Taeyong seketika mematung saat ia disambut dengan pertanyaan yang sangat menggambarkan jika kehadirannya tidak pernah diharapkan. Kasarnya, ia diusir karena datang begitu saja. Tanpa diundang dan tanpa memberi kabar apa-apa sebelumnya.
Sementara itu, Mingyu; si lelaki yang pertama kali bersuara saat Taeyong muncul dihadapannya juga teman-temannya lantas melirik Yugyeom. Sang tuan rumah memberi kode kedipan mata, agar ia menjaga perasaan tamunya.
"Hayu, Yong. Duduk dulu," Yugyeom mempersilahkan, namun dibalas dengan gelengan kepala oleh Taeyong.
Tatapan si lelaki manis tertuju pada Bambam yang duduk bersisian dengan Mingyu dan Jungwoo. Sahabat terdekat kekasihnya itu tak menatap ke arahnya sama sekali. Seolah ia adalah sosok menakutkan dan patut dihindari. Bambam senantiasa sibuk menunduk seraya menautkan jemari.
"Maaf kalau kedatangan aku mengganggu kalian," kata Taeyong. "Aku cuma mau ngomong sebentar. Boleh?"
Mingyu mendengus. "Apa lagi yang mau kamu omongin, Yong?" Ia bertanya. "Daripada nanti pacar kamu marah-marah kalau tau kamu datengin kita, mending sekarang kamu balik aja."
"Gyu!" Yugyeom mendesis. "Jangan gitu, ih. Biarin Taeyong duduk dulu kek, minum kek, terus ngomong bentar. Kamu teh pernah belajar Fiqih sama Akidah Akhlak waktu masih sekolah teu?"
Dukyeom berdeham, "Dia non-muslim, Gyeom."
"Eh iya, lupa."
Yugyeom bahkan tak bisa berkonsentrasi ditengah keterkejutan sekaligus kegugupannya. Pertama, karena kedatangan sosok Taeyong Narendra di rumahnya. Kedua, karena ia yakin akan ada perang dunia ketiga jika teman-temannya tidak berhati-hati dengan omongan mereka. Sebab saat Jaehyun kemudian tahu akan hal itu, sangat mudah ditebak bahwa si lelaki berlesung pipi akan murka.
"Jaehyun enggak tau kalau aku kesini. Kalau pun nanti dia tau, aku bisa pastiin Jaehyun enggak akan marah-marah sama kalian," Kata Taeyong.
Ia kemudian beralih menatap Mingyu yang masih memandanginya dengan raut resah. "Sebelumnya, aku mau minta maaf sama kalian semua. Atas nama aku, juga Jaehyun karena sikapnya seminggu yang lalu."
"Kenapa kamu minta maaf?" Sanggah Jungwoo. "Kamu merasa bersalah sekarang?"
"Iya," Taeyong menegaskan, "Dan posisi aku disini emang salah kan? Jaehyun marah sama kalian karena aku."
Yugyeom berdeham lalu bergumam, "Yong, enggak gitu."
"Maka dari itu, kedatangan aku disini cuma untuk meluruskan semuanya." Sambung Taeyong, "Aku mau kalian baikan lagi sama Jaehyun."
"Baikan kata kamu?" Jungwoo kembali bersuara, "Gampang banget ya ngomongnya. Apa kamu tau, Taeyong? Sejak seminggu yang lalu jangankan untuk bicara, natap teman-temannya aja Jaehyun seakan udah enggak sudi lagi."
"Dan kalau pun kamu mau memohon supaya Jaehyun baikan sama kita, kayaknya kamu salah tempat. Seharusnya kamu ngomong sama pacar kamu. Bukan disini," sambung lelaki beriris hazel itu.
Mingyu menambahkan, "Yang dibilang Jungwoo bener. Apalagi Jaehyun sendiri kok yang nuduh kita semua bermuka dua tanpa bukti dan enggak butuhin kita lagi. Jadi kenapa harus kita yang minta maaf duluan?"
"Aku enggak bilang kalau kalian yang harus minta maaf duluan," balas Taeyong, "Tapi aku cuma mau memastikan terlebih dahulu kalau kalian semua bisa bersikap seperti biasa dan maafin dia saat datang untuk memperbaiki hubungannya dengan kalian."
Senyum kecut menghiasi wajah lelaki bermata besar itu ketika mengingat tingkah Jaehyun yang belakangan menjadi sangat penyendiri. Ia sangat kasihan melihat sang kekasih diam-diam tersiksa karena tak berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya lagi. Terutama saat ia tak berada disisi si lelaki berlesung pipi. Namun Jaehyun sendiri pun nyatanya masih memendam rasa benci akibat kesalahpahaman juga gengsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...