30. Jakarta

3.1K 588 203
                                    

Taeyong mengulum bibir tipisnya kala Bunda membuka kunci pintu utama rumah di hadapan mereka. Setelah sore tadi si wanita paruh baya juga Jaehyun meminta izin pada Mimih untuk membawanya ke Jakarta, berakhirlah ia di depan rumah megah ini. Sebuah rumah bergaya modern klasik, didominasi warna abu-abu, cokelat, hitam juga putih sehingga menambah kesan vintage dan mewah nya.

 Sebuah rumah bergaya modern klasik, didominasi warna abu-abu, cokelat, hitam juga putih sehingga menambah kesan vintage dan mewah nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halaman depan dipenuhi dengan rerumputan hijau, bahkan terdapat ruang santai outdoor disana. Tak jauh dari tempat itu terdapat garasi, dua mobil Marcedes Benz berwarna hitamㅡtermasuk yang ditumpanginya ke Jakarta tadiㅡpun terparkir apik. Memikirkan isi di dalam rumahnya saja seketika membuat kepala Taeyong pening.

Ketika pintu utama terbuka, lamunan singkat Taeyong lantas buyar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika pintu utama terbuka, lamunan singkat Taeyong lantas buyar. Jaehyun merangkul bahunya seraya tersenyum tipis lalu bergumam, "Ayo," Menginstruksikan agar ia segera masuk.

Namun sebelum kaki dua pemuda tampan itu melangkah, si wanita paruh baya tiba-tiba berbalik, menarik lengan Taeyong. Membuat Jaehyun yang sedari tadi hendak mencuri-curi kesempatan untuk bisa melakukan secuil kontak fisik dengan kekasihnya kembali mendengus gusar.

Bagaimana lelaki berlesung pipi itu tidak kesal?

Sejak dalam perjalanan menuju Jakarta tadi, Bunda lah yang mengakuisisi Taeyong sepenuhnya di dalam mobil. Berbincang-bincang dan menikmati dunia mereka berdua di jok belakang sementara dirinya dituntut untuk tetap fokus menyetir.

Disatu sisi Jaehyun tentu bahagia melihat sang Ibu tercinta sudah begitu dekat dengan pujaan hatinya. Tapi disisi lain ia juga merasa bahwa Taeyong nya justru direbut oleh Bunda. Menyebalkan.

"Sini, nak. Kayaknya Ayah Jaehyun juga udah datang dari acara temennya."

Bunda tersenyum seraya bergelayut pada lengan Taeyong. Ia kemudian menuntun lelaki manis itu memasuki rumah tanpa menghiraukan anak tunggalnya yang hanya mampu berdecak kesal di belakang mereka.

Taeyong lantas tidak bisa berbuat apa-apa, meski ia sadar bahwa sedari tadi Jaehyun terus-terusan mengoceh tidak jelas atas sikap Bunda padanya. Hal itu pun menjadi hiburan tersendiri baginya. Melihat sang kekasih mencebik, mengomel sendiri sambil menautkan kedua alis bahkan menghentak-hentakkan kaki ketika berjalan adalah momen langka yang harus Taeyong simpan baik-baik dalam memorinya.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang