MATA TAEYONG menyusuri taman FIKOM. Mencari sosok wanita yang tadi telah ia ketahui tampang juga pakaiannya dari kiriman pesan beserta foto melalui Twitter. Namun belum sempat manik legam Taeyong menemukan Binnie, seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang.
Berbalik, lelaki manis itu lantas tersenyum tipis sebelum disambut dengan pertanyaan, "Taeyong kan?"
"Iya, kamu Binnie kan?"
"Iya," Wanita dihadapan Taeyong tersenyum tipis, "Maaf ya, udah bikin kamu repot-repot kesini."
Taeyong refleks menggeleng pelan, "Enggak apa-apa kok, santai aja. Lagian aku juga sekalian mau jalan ke parkiran fakultas kamu."
Binnie tertawa kecil, "Oh, mau ketemu Jaehyun ya?"
Hanya respon anggukan kaku yang bisa ia berikan pada wanita dihadapannya. Ia merutuki dirinya sendiri karena justru refleks berkata dengan gamblang akan pergi ke parkiran FIKOM. Taeyong benar-benar merasa bersalah. Mungkin Binnie merasa tersakiti lagi karena ucapannya tadi, pikirnya.
Berdeham pelan, lelaki bermata rusa itu berusaha mengusir kecanggungan. Ia kemudian kembali bersuara dengan bertanya, "Oh iya, ada apa sampai kamu mau ketemu sama aku disini?"
"Duduk di bangku itu dulu yuk, Yong!" Ajak Binnie sebelum menuntun Taeyong untuk mendaratkan bokong mereka pada salah satu bangku panjang di bawah pohon rindang.
Lelaki manis itu pun lantas menurut. Ia duduk di samping Binnie dengan jarak yang sewajarnya. Bahkan terpaut lebih dari tiga jengkal. Sebab banyaknya mahasiswa yang berlalu-lalang membuat ia takut jika nanti ada lagi kabar miring tentang dirinya juga wanita di sampingnya ini.
Taeyong tidak takut jika caci maki kembali menyerangnya. Ia sudah cukup kebal dan terbiasa. Namun jika orang lain ikut terlibat; seperti halnya Jaehyun kemarin, ia sungguh tidak tega dan akan dikekang rasa bersalah.
"Yong, kamu udah tau kan kalau sebelumnya aku berencana buat nyatain perasaan aku ke Jaehyun pas Inaugurasi?"
Menelan ludahnya kasar, Taeyong menganggukan kepala tanpa bersuara. Ia bisa melihat wanita disebelahnya tersenyum kecut lalu menunduk. Dan demi Tuhan, ia benar-benar tidak tega melihat seseorang bersedih hingga murung seperti ini. Terlebih Binnie seorang wanita. Taeyong sangat menghargai lawan jenisnya, sama halnya dengan Mimih.
"Aku bener-bener minta maaf, Yong."
Kedua bola mata Taeyong melebar. Firasatnya yang sedari tadi berkata bahwa Binnie mungkin akan menangis dihadapannya lalu memohon agar ia meninggalkan Jaehyun seketika sirna. Raut penyesalan pun terpancar pada wajah cantik wanita di sampingnya.
"Waktu itu aku belum tau kalau ternyata Jaehyun udah punya pacar," sambung Binnie. "Dan bodohnya, aku malah enggak pernah percaya sama teman-teman aku kalau Jaehyun lagi deketin kamu bahkan udah naksir sama kamu sejak awal masuk kuliah."
Taeyong tak menjawab ataupun membalas perkataan Binnie. Ia memilih diam terlebih dahulu untuk mendengarkan semua yang akan dikatakan wanita berambut pendek ini.
"Akhirnya Bambam pun ngasih tau semua kebenaran hubungan kalian ke aku. Dia bilang kalau kalian udah jadian sejak tiga bulan yang lalu," Binnie memberanikan diri untuk mempertemukan manik kecoklatannya dengan milik Taeyong, "Satu hal yang perlu kamu garis bawahi Taeyong, Bambam cuma bilang kalau kalian udah jadian dan sering nge-date diam-diam di kosan Jaehyun karena enggak mau ketahuan."
Taeyong mengangguk paham, "Aku tahu kok."
Binnie meremas-remas tangannyaㅡyang perlahan basah karena keringat dinginㅡdi atas paha. Ia kemudian kembali bersuara, "Jaehyun marah banget sama aku dan teman-temannya. Dia ngira kalau aku sama anak-anak lain yang udah nyebar fitnah tentang kamu hingga akhirnya kabar enggak bener itu sampai ke telinga anak FEB."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...