10. Penolakan

3.8K 801 213
                                    

Taeyong melebarkan mata tak percaya kala mendengar penuturan Jaehyun barusan. Ia kemudian berdeham lalu tertawa hambar sebelum berkata. "Apaan sih, Jae. Candaan kamu enggak lucu."

"Aku enggak bercanda, Yong." 

Suara bariton Jaehyun yang begitu dalam lantas membuat jantung Taeyong berdegup kian kencang. Apa sekarang Jaehyun benar-benar menyatakan perasaan padanya?

Selama ini Taeyong belum pernah merasakan seseorang menyatakan perasaan secara langsung padanya. Kebanyakan pria dominan bahkan wanita-wanita yang mendekatinya selalu mengutarakan kalimat cinta melalui sebuah pesan. Entah melalui SMS, chatting di sosial media maupun surat yang disematkan pada buket bungaㅡseperti perlakuan Sehun selepas masa ospek kemarin.

Menurut kabar yang Taeyong dengar dari sang sahabat ㅡYutaㅡtak seorang pun berani blak-blakan dihadapannya dalam hal mengungkapkan perasaan. Sebab mereka seolah sudah tahu 99 persen kemungkinan terburuk yang akan menimpa setelah itu. Tapi Jaehyun justru berbeda, dengan beraninya lelaki berlesung pipi itu mengungkap pertanyaan "Kamu mau enggak jadi pacar aku?" Di depan wajahnya.

Sementara itu, Jaehyun yang melihat Taeyong bungkam pun berusaha menetralisir rasa gugupnya. Jantung dibalik rongga dadanya seakan ingin keluar dari tempatnya bersarang kala lelaki manis itu menghindari kontak mata dengannya.

Beberapa detik berjibaku dalam keheningan, Taeyong kemudian menghela napasnya pelan lalu menunduk seraya memandangi jemarinya yang saling bertautan. Ia menipiskan bibir sembari menimbang-nimbang jika jawabannya setelah ini tak akan menyakiti si lelaki berlesung pipi.

"Aku... Enggak bisa, Jae."

Jaehyun refleks mengepalkan tangannya yang tiba-tiba bergetar hebat. Ia yakin telinga dan otaknya masih berfungsi dengan baik, tak ada rekam medis yang menunjukkan jika dua organ dalam tubuhnya itu memiliki kelainan. Maka bukanlah salah dengar dan salah mengartikan belaka jika Taeyong baru saja menolak pernyataan cintanya.

Napas Jaehyun lantas tertahan diatas diafragma kala Taeyong beralih memandanginya. Lelaki manis itu menatapnya sendu yang membuat hatinya seakan dilempari ribuan batu.

"Kenapa, Yong?" Tanya Jaehyun lirih. "Apa yang kamu enggak suka dari aku? Aku bisa memperbaiki diri kok. Aku janji enggak bakal bikin kamuㅡ"

"Jae..." Taeyong memotong perkataan lelaki berlesung pipi itu. "Aku udah nganggap kamu teman, sahabat, bahkan saudara laki-laki aku. Aku enggak mau ngerusak hubungan pertemanan kita cuma karena perasaan yang mungkin cuma sementara itu."

"Sementara?" Jaehyun menggeleng pelan. "Aku udah nyimpan perasaan ini sejak ngelihat kamu di masjid pas masa Ospek. Selama itu juga aku cuma mikirin kamu, enggak pernah sekalipun aku suka sama seseorang sampai sedalam ini, Taeyong." Sambungnya lirih.

"Maafin aku," Taeyong mengulum bibirnya sejenak. "Perasaan aku ke kamu saat ini enggak lebih dari seorang sahabat, Jae."

Jaehyun mati-matian menahan diri agar air matanya tidak jatuh membasahi pipi. Jawaban Taeyong benar-benar menusuk hingga ke relung hati. Harusnya ia benar-benar mempersiapkan diri sebelum menyatakan perasaannya dan memikirkan kemungkinan terburuk seperti sekarang ini, pikirnya.

"Tolong kasih aku kesempatan, Yong." Pinta Jaehyun. "Aku bakal nunjukin kalau perasaan aku ini bener-bener tulus."

Lelaki berlesung pipi itu menelan ludahnya kasar. "Aku juga yakin bisa bikin kamu cinta sama aku suatu saat nanti. Tolong kasih aku kesempatan sekali aja." Sambungnya.

"Aku enggak bisa, Jae." Balas Taeyong yang membuat sekujur tubuh Jaehyun semakin melemas. "Dengan ngasih kamu kesempatan, itu artinya aku juga ngasih kamu harapan."

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang