39. Dukyeom [END]

6.7K 645 419
                                    

Dua bulan berlalu setelah Jaehyun kembali ke Jakarta. Meninggalkan bumi Pasundan yang selama empat tahun lamanya menjadi kanvas dimana ia melukis kisah pada masa-masa kuliah.

Juga kisah cintanya bersama Taeyong Narendra.

Kini Jaehyun lantas mempersiapkan dirinya untuk bekerja pada sebuah agensi PR dan marketing digital ternama yang disarankan oleh bunda. Atas kerja kerasnya selama menyusun berkas kelengkapan hingga lolos pada tahap wawancara, esok hari ia pun akan memulai hidup barunya sebagai pekerja.

Dan Jaehyun harap, ia juga akan mulai melupakan masa kelamnya di Bandung.

Melupakan sosok Taeyong Narendra yang belum bisa terlepas dari dalam benaknya.

"Jae?"

Suara Bunda yang bersumber dari arah belakang membuat lelaki berlesung pipi itu tersentak. Buru-buru ia menghapus buliran air asin di pipinya sebelum berbalik. Mendapati si wanita paruh baya yang entah sejak kapan memasuki kamarnya dan kini menghampirinya di balkon.

"Kok belum bobo? Bukannya besok kamu harus ke kantor jam delapan pagi, ya?" Tanya Bunda.

"Abis ini udah mau bobo kok, Bun."

Sang Ibu mengangguk pelan sebelum memilih untuk berdiri di samping anaknya. Keheningan pun seketika menyusup ditengah-tengah keduanya. Baik itu Jaehyun maupun Bunda sama-sama menatap kosong ke depan sembari terdiam. Sibuk memandangi gemerlap lampu penerangan kompleks tempat tinggal mereka dari atas balkon.

"Jae, dunia kerja itu enggak sesederhana yang kita lihat dalam sinetron Indonesia atau drama Korea."

Alis Jaehyun berkerut heran kala mendengar penuturan Bunda.

"Kenapa Bunda tiba-tiba bilang kayak gini?"

Menarik napas dalam-dalam, si wanita paruh baya kemudian menoleh pada putra semata wayangnya, "Bunda bilang kayak gini karena bunda khawatir..."

"Udah dua bulan berlalu sejak kamu kembali ke Jakarta, tapi selama itu juga Bunda selalu mendapati kamu menangis sendirian. Tidur kemalaman. Bahkan enggak bisa makan," ia melanjutkan.

Jaehyun lantas bungkam. Ia ketahuan. Padahal selama ini ia selalu berusaha menyembunyikan rasa sakitnya yang belum sembuh. Selalu berkata jika ia sudah baik-baik saja dan tengah berusaha melupakan Taeyong Narendra.

Tapi nyatanya, semua usaha Jaehyun sia-sia. Bunda selalu mengawasinya dalam diam.

"Terus gimana jadinya kalau kamu udah kerja nanti, nak?" Tutur Bunda dengan nada lirihnya.

"Bunda ini juga seorang pekerja kantoran. Bunda tahu gimana rasanya stress karena kerjaan," wanita paruh baya itu mengulum bibirnya sejenak.

"Dan kalau kamu masih terus seperti ini; enggak bisa memerhatikan kesehatan batin dan fisik sendiri sampai udah sibuk bekerja nanti, sama aja kalau kamu mencoba untuk bunuh diri."

Jaehyun menunduk. Tak berani menoleh sedikit pun ke arah sang Ibu. Sebab dari suaranya saja, ia sudah bisa tahu jika Bunda tengah melampiaskan rasa takut, khawatir sekaligus marah akan tingkahnya selama ini.

"Sekarang Bunda tanya sama kamu," si wanita paruh baya kembali bersuara. "Sebenarnya kamu masih sayang sama Taeyong atau enggak?"

"Jaehyun emang masih sayang banget sama dia, Bun. Tapi dia udah enggak mau peduli lagi sama Jaehyun. Dia enggak pernah ada usaha untuk mengejar dan meminta supaya Jaehyun enggak pergi," Tutur Jaehyun tanpa sedikitpun kebohongan seperti yang selalu ia katakan belakangan.

Bunda menghela napas, "Jae, kalau kamu memang masih sayang sama Taeyong, seharusnya kamu memperjuangkan dia, nak."

"Memperjuangkan seseorang yang dicintai tanpa mengharap diperjuangkan kembali itu salah satu usaha untuk menggapai cinta sejati," katanya lagi.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang