34. Skripsi

2.7K 537 479
                                    

Jaehyun menghela napas panjang setelah melihat list nama mahasiswa semester akhir yang memprogramkan skripsi beserta dosen pembimbingnya pada grup angkatan. Entah nasibnya sedang baik atau justru sial, sebab pembimbing skripsinya adalah Pak Yunho; si perfeksionis yang tak akan membiarkan mahasiswa bimbingannya melakukan setitik kesalahan. Entah itu dalam hal penulisan maupun teknik penelitian.

Masih segar dalam ingatannya ketika Baro, sang senior yang telah lulus dua tahun lalu bercerita akan sulitnya menghadapi Pak Yunho. Belum lagi jadwal bimbingan yang beberapa kali harus ditunda karena kesibukan si pria paruh baya sebagai wakil dekan.

Jaehyun hanya bisa berdoa semoga Tuhan tidak mempermainkan nasibnya jelang lulus kuliah.

"Je!"

Mendengar namanya dipanggil membuat si lelaki berlesung pipi yang tengah berjalan di lobi fakultas lantas menoleh. Ia pun menghela napas pelan kala mendapati Jungwoo berlari ke arahnya dengan senyum cerah.

Jika boleh jujur, Jaehyun kian resah ketika lelaki bersurai cokelat gelap itu berada di sekitarnya. Meski hanya sekedar untuk bertanya perihal tugas maupun ajakan untuk berkumpul di sekretariat.

Hal itu tak lain karena ia tidak ingin hubungannya dengan Taeyong merenggang. Jaehyun sudah cukup lelah mempergunjingkan permasalahan serupa dengan kekasihnya; yakni Jungwoo, yang semakin terang-terangan ingin mendekatinya.

Sudah cukup rencana liburannya dan Taeyong ke Korea di semester lima harus batal karena pertengkaran mereka. Beruntung saat itu Babah membantu untuk membuat hubungannya dengan sang anak tunggal si pria paruh baya kembali seperti semula.

Sudah cukup pula pertambahan usianya tahun lalu yang seketika berubah menjadi momen paling menyedihkan. Sebab Taeyong cemburu dan kembali mendiaminya satu minggu karena Jungwoo lah yang datang lebih dahulu ke kos-an saat tengah malam, guna memberi kue dan kejutan.

Jaehyun benar-benar tidak ingin lagi dijauhi oleh sang kekasih dengan alasan sepele seperti ini.

Jauh sebelum ia bertemu untuk kedua kali dengan Taeyong di kantin FEB dulu, Jaehyun memang telah paham jika Jungwoo mencoba mencuri perhatiannya. Namun ia masih bersikap tak acuh dan biasa saja, sebab ia tidak ingin disebut kegeeran atau pun mencoba memberi harapan.

Tapi, Jaehyun merasa jika semakin dibiarkan Jungwoo pun semakin bertingkah aneh dan terkesan ingin selalu berada disisinya. Dan mungkin saat ini ia harus menindak tegas si lelaki manis agar tak membuat Taeyong kembali salah sangka. Lalu berakhir membuatnya menangis di kos-an seorang diri.

"Kamu udah tau dosen pembimbing kamu siapa?" Tanya Jungwoo lalu bergelayut pada lengan sang sahabat.

Jaehyun pun buru-buru menepisnya dengan raut tidak nyaman. Ia hanya mengangguk pelan lalu bergumam, "Udah kok."

Tapi seolah tidak peduli; lebih tepatnya pantang menyerah untuk mencuri atensi si lelaki berlesung pipi, Jungwoo kembali bersuara, "Jadi kapan nih kamu mulai nyusun proposal penelitian?"

"Secepatnya sih," jawab Jaehyun seadanya.

Ia diam-diam memikirkan kalimat yang tidak bersifat menyinggung untuk bisa memberitahu Jungwoo jika tingkah si lelaki manis sedikit berlebihan. Terlebih ia telah memiliki kekasih; Taeyong Narendra.

"Sama, aku juga pengen cepet-cepet selesai." Jungwoo menggembungkan pipinya, "Kalau gitu kita kerja proposal bareng-bareng yuk, Je? Soalnya kamu tahu sendiri kan, aku kalau kerja sendiri suka males-malesan."

"Woo," Jaehyun menghela napas panjang, "Aku bukannya enggak mau bantu dan ngerjain proposal bareng kamu..."

Jungwoo terdiam. Memilih untuk memandangi wajah Jaehyun lekat-lekat sembari menunggu perkataan si lelaki berlesung pipi selanjutnya.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang