Taeyong melangkahkan kakinya pelan, melewati lorong ruang kelas sembari memusatkan atensi pada ponsel di tangan. Sedari tadi ia telah mengirim pesan dan menelpon si lelaki berlesung pipi, namun nihil tak ada respon sama sekali. Padahal saat mengantarnya ke kampus pagi tadi, Jaehyun berkata akan menjemput sebelum pulang bersama ke rumahnya.
Meski seminggu yang lalu Jaehyun terang-terangan mengutarakan rasa suka padanyaㅡlalu kemudian ia melontarkan penolakanㅡhubungan mereka lantas tidak menjadi canggung. Kecuali pada hari pertama setelah si lelaki berlesung pipi menyatakan cinta. Namun hal itu tidak lah sampai berlarut-larut. Jaehyun kembali bersikap biasa, seperti sedia kala dengan ocehan jenaka nya.
Sesampai nya di trotoar jalan depan fakultas. Taeyong sontak mengangkat pundak ketika seseorang meneriakkan namanya. Terdengar seperti suara pria namun amat nyaring layaknya pekikan wanita. Dan ketika ia mendongak, senyum Taeyong lantas tercetak kala sumber teriakan tadiㅡyang ternyata adalah Bambamㅡmelambaikan tangan ke arahnya.
Lelaki manis itu kemudian menghampiri sahabat dari Jaehyun yang tengah duduk di atas motor matic tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Ia menepuk pundak Bambam lalu berkata. "Eh, kamu ngapain disini?" Ia memicingkan mata. "Nungguin Winwin yaaa?" Ledeknya.
Bambam berdecak. "Teu," katanya lalu berdeham. "Justru aku teh lagi nungguin kamu, Yong."
"Loh, nungguin aku?" Taeyong mengangkat alisnya. "Aya naon?"
"Ini, si Jaehyun enggak sempat jemput kamu cenah. Makanya dia nitip kamu ke aku," Bambam terkekeh pelan. "Enggak apa-apa kan kalau aku yang ngantarin kamu pulang hari ini?"
Terbesit sedikit rasa kecewa dalam benak si pemuda bertampang bak tokoh utama dalam manga. Pasalnya, sejak dua hari belakangan Jaehyun memang selalu sibuk dengan dunianya hingga mereka bahkan tak pernah berjumpa meski semenit saja. Entah karena kepentingan organisasi juga aktivitas lain yang tidak Taeyong ketahui. Sebab untuk bertanya saja ia tidak berani.
Mencari tahu setiap aktivitas Jaehyun bukan lah hak apalagi kewajiban nya. Hubungan mereka hanya sebatas teman, tidak lebih. Ia telah mencamkan itu dalam hati.
Tapi tetap saja,
Tidak melihat Jaehyun untuk beberapa hari terkadang membuatnya merasa aneh sendiri. Mungkin hal itu efek dari terlalu seringnya mereka menghabiskan waktu bersama dari pagi hingga pagi berikutnya lagi.
Mungkin.
Namun Taeyong berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya dari Bambam dengan tarikan lemah di sudut bibir. "Emang aku anak kecil apa? Pake dititipin segala," katanya diikuti tawa namun terkesan dipaksa. "Enggak apa-apa kok, Bam. Tapi..." Ia menggantungkan kalimatnya sejenak sembari memikirkan keputusannya; apakah sudah benar atau tidak.
"Emang Jaehyun kemana?" Tanya Taeyong pada akhirnya.
"Jaehyun lagi ngerjain rangkaian project amal dari Himpunan, Yong." Jawab Bambam. "Dia kan jago pake kamera sama ngedit video tuh, makanya take gambar sama teaser acara dikerjain semua tuh sama si Jeje."
"Oh," Taeyong bergumam paham. "Jaehyun ngerjain semuanya sendiri?" Ia mendadak khawatir. Bagaimana jika si lelaki berlesung pipi ternyata hanya diperlakukan semena-mena oleh senior nya?
Bambam lantas tertawa pelan. "Enggak lah, Yong. Sejak kemarin Jaehyun juga dibantuin sama Jungwoo kok."
"Jungwoo?" Taeyong sontak memastikan praduganya jika ia tidak salah dengar.
Seingatnya Jaehyun kerap menyebut nama lelaki itu.
Dan seingatnya lagi Jungwoo lah nama dibalik sosok yang selalu memandangi Jaehyun dengan tatapan lamat. Bahkan masih segar dalam ingatan Taeyong ketika ia melihat lelaki manis itu bergelayut manja pada lengan Jaehyun di taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...