35. Posesif

3.2K 547 463
                                    

Jaehyun menghela napas panjang bersamaan dengan langkah kakinya yang telah meninggalkan ruangan sang wakil dekan sekaligus dosen pembimbing skripsinya; Pak Yunho. Sebelum menemui si pria paruh baya tadi, ia pikir perjuangannya untuk melakukan revisi akan segera usai. Tapi apa hendak dikata, sang dosen nyatanya masih memberi. Bahkan seolah tak ingin berhenti melayangkan kritik juga saran lagi dan lagi.

Sebenarnya Jaehyun tahu dan paham bahwa maksud Pak Yunho mencari setiap titik celah dari hasil penelitiannya adalah agar setelah sidang nanti ia tidak lagi mendapat banyak revisi dari tim penguji. Bahkan jika dari pengalaman seniornya kemarin-kemarin, beberapa mahasiswa bimbingan Pak Yunho ada yang tidak menerima revisi sama sekali. Sebab wakil dekan itu begitu teliti dan perfeksionis terhadap skripsi anak bimbingannya.

Di dalam ruangan tadi pun si paruh baya berkata pada Jaehyun, "Kamu mahasiswa andalan saya. IPK enggak pernah dibawah 3,9. Jadi saya mau kamu memberikan yang terbaik di depan tim penguji. Kalau bisa enggak usah ada revisi lagi."

Ya, sekali lagi Jaehyun mengerti.

Tapi melihat waktu dan kondisi dimana kurang dari dua minggu lagi gelombang terakhir sidang skripsi untuk semester delapan akan berakhir, si lelaki berlesung pipi lantas dirundung rasa cemas. Semua teman-teman terdekatnya bahkan telah memulai revisi akhir dari tim penguji sembari menunggu jadwal wisuda.

Jujur saja hal itu membuat Jaehyun mengalami tekanan batin.

Terlebih, ia dikenal sebagai mahasiswa yang selalu berdiri di barisan terdepan jika menyangkut masalah prestasi. Lalu di detik-detik terakhir dalam perjuangannya meraih gelar sarjana seperti sekarang ini, Jaehyun justru terjebak dalam peliknya revisi.

Kerisauan hati Jaehyun kemudian menemukan titik pudar kala ponselnya berdering. Buru-buru ia merogoh saku celana sebelum menjawab panggilan dari kekasihnya; Taeyong Narendra.

"Halo, Yang?"

"Kamu dimana?"

"Aku masih di kampus nih. Abis ketemu Pak Yunho."

"Oh, nyetor revisi?" Tanya Taeyong lagi.

Jaehyun menghela napas pelan lalu bergumam, "Hm, biasa lah."

"Jadi gimana? Udah selesai?"

"Belum nih, Yang. Aku masih harus revisi lagi." Jaehyun berkata seraya melangkahkan kakinya ke arah lift, "Kata Pak Yunho sih diusahain supaya semuanya beres Minggu ini. Paling lambat Minggu depan deh, soalnya dia ada dinas ke luar kota lagi beberapa hari. Supaya aku juga bisa ikut sidang gelombang terakhir."

"Ya ampun, Yang. Padahal kamu udah berapa kali bolak-balik nemuin dia. Terus masih banyak yang harus kamu revisi lagi enggak?"

Jaehyun terkekeh, "Enggak apa-apa, Yang. Dikit doang kok yang harus aku revisi lagi," katanya. Meski sebenarnya masih banyak yang harus ia benahi. Namun ia tidak ingin sang kekasih khawatir.

"Ck! Jadi kamu mau kemana sekarang?"

"Aku mau balik ke kos-an, mau lanjutin revisi. Data aku ada yang kurang juga, jadi musti diutak-atik lagi."

"Revisinya entar malam aja, Yang." Taeyong merengek diseberang sana, "Temenin aku ke Starbucks dulu ya?"

Jaehyun lantas menggigit pelan bibir bawahnya. Bersamaan dengan pintu lift yang telah terbuka tepat di lobi fakultas.

"Yang, aku musti nyelesaiin revisian aku dulu sebelum Pak Yunho pergi dinas Minggu ini. Supaya kalau masih ada yang harus diubah, aku juga bisa nyelesaiin sebelum dia balik ke Bandung lagi," Jaehyun mencoba memberi pengertian.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang