14. Rahasia

3.6K 764 429
                                    

"Je, kamu yakin mau nunggu Taeyong sendiri?"

Jaehyun mengangguk mantap sebagai jawaban. Nampak raut kekhawatiran di wajah sahabat-sahabatnya. Namun penolakan yang ia terima pagi tadi lantas tak membuatnya menyerah. Ia tidak ingin kehilangan Taeyong Narendra. Ia tidak ingin lelaki manis itu menjauhinya.

Jaehyun akui dirinya salah. Dan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah mengejar maaf dari sosok yang telah mencuri seluruh rasa sakral dalam hatinya. Rasa bernama cinta.

"Ya udah, kalau gitu aku sama Yugyeom balik duluan. Kalau kamu udah di kostan kabarin ya?" Ujar Bambam dan dibalas acungan jempol oleh si lelaki berlesung pipi.

Setelah Bambam dan Yugyeom berlalu meninggalkannya di area depan gedung FEB, Jaehyun menyibukkan diri dengan menatapi ponsel pada genggamannya sembari terduduk di atas motor jadulnya. Ia sadar, mahasiswa yang sedari tadi berlalu-lalang seakan berlomba-lomba melemparinya dengan tatapan mengejek, namun ada juga yang memandanginya dengan raut kasihan. Bahkan beberapa diantara mereka berbisik-bisik, mencibir betapa tidak tahu malunya Jaehyun setelah ditolak mentah-mentah oleh Taeyong di depan dekan.

Memang, hingga hari ini mungkin belum ada mahasiswa yang tahu jika sosok Jaehyun Jayantaka Pradana adalah keponakan dari orang nomor satu di FEB. Sebab ia pun tidak terang-terangan menunjukkan hubungan diantara mereka. Ditambah lagi, Jaehyun dan sang Paman pada dasarnya tidak terlalu dekatㅡdalam artian bisa berbagi cerita secara lepasㅡmeski pria paruh baya itu adalah kakak dari Bundanya.

Lahir dan besar di Jakarta membuat Jaehyun jarang bertemu dengan sanak saudara sang Bunda yang kebanyakan tinggal di Bandung dan sekitarnya. Hanya ketika perayaan lebaran juga libur sekolah lah ia bisa berkunjung. Hal itu pula yang membuat Jaehyun kadang merasa sedikit canggung pada Paman dan Bibi juga sepupu-sepupu dari pihak Bundaㅡterlebih karena umur mereka yang perlahan beranjak menuju dewasa. Berbeda dengan sanak saudara dari sang Ayah yang hampir tiap hari ia temui di Jakarta.

Bunda pun tidak heran lagi ketika Jaehyun lebih memilih untuk mencari kost saja sebelum mulai berkuliah di Universitas Biantara. Pasalnya sang anak semata wayang merasa tidak enak jika harus tinggal di rumah saudara. Meski Bunda juga memiliki sebuah rumah di daerah Jatinangor, namun jarak kampus Jaehyun dengan hunian pribadinya itu cukup jauh.

Setelah beberapa menit menunggu, Jaehyun lantas mendapati sosok yang sedari tadi tak henti-henti menyambangi pikirannya tengah berjalan menuju sisi jalan depan FEB; Tak jauh dari tempatnya berada saat ini. Jaehyun pun bergegas turun dari motor, dengan sigap ia mengejar Taeyong yang tidak menoleh sedikitpun ke arahnya.

"Taeyong."

Jaehyun menahan lengan lelaki manis itu, namun Taeyong refleks menepisnya sebelum menghentikan langkah lalu menoleh dengan tatapan nyalang. "Mau apa lagi kamu?"

"Taeyong, maafin aku." Ucap Jaehyun lirih.

Taeyong menggeleng pelan dengan tampang tak percaya. "Maaf?" Ia tersenyum miring. "Kamu udah bikin aku malu, Jaehyun. Kamu bikin aku makin diomongin yang enggak-enggak sama semua orang. Kamu pikir kata maaf kamu itu bisa nyembuhin sakit hati aku semudah itu?"

"Aku salah." Jaehyun berkata dengan matanya yang kian memanas. "Aku akan ngelakuin apa aja demi maaf dari kamu. Jangan kayak gini, Yong."

Taeyong mendengus lalu menoleh ke arah lain. Nampak orang-orang kembali memerhatikannya dan Jaehyun yang tengah berdiri saling berhadapan di trotoar jalan depan FEB.

Taeyong mengulum bibirnya sejenak sebelum kembali memandangi wajah si lelaki berlesung pipi dengan mata berkaca-kaca. "Tolong, mulai sekarang jangan deket-deket sama aku, Jae. Cuma itu yang perlu kamu lakuin."

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang