20. Tiga Bulan

4.2K 738 388
                                    

"Yong, mau pulang bareng enggak?"

Taeyong berdeham, melirik ke arah Winwin sekilasㅡmeminta bala bantuan secara tersiratㅡsebelum menjawab pertanyaan dari pria tinggi dihadapannya. "Makasih banyak ya, A' Sehun. Tapi hari ini aku bawa motor, terus udah janjian juga sama temen aku, mau pulang bareng."

"Temen? Siapa?"

"Jaehyun, A'."

"Jaehyun?" Sehun memasukkan kedua tangan dalam saku celana lalu menipiskan bibir. "Kamu masih temenan sama dia? Bukannya dia yang udah bikin kamu malu di depan dekan?"

Mendengar penuturan Sehun membuat rahang Taeyong seketika mengeras.

Teman-teman bahkan kakak tingkat yang cukup dekat dengannya masih saja belum melupakan kejadian dimana Jaehyun menyatakan perasaan di depan dekan. Raut tak suka sangat jelas di wajah mereka, dan hanya Winwin lah satu-satunya sosok yang tak pernah menyudutkan hingga merendahkan kekasihnya. Hal itu pula yang membuat Taeyong masih merahasiakan hubungannya dengan si lelaki berlesung pipi.

Sebelum perkuliahan semester genap dimulai, tepatnya saat musim liburan, ia dan Jaehyun memang telah saling berjanji untuk tak memberitahu siapapun tentang status mereka terlebih dahulu. Butuh waktu yang tepat untuk bisa terang-terangan jika Jaehyun Jayantaka Pradana dan Taeyong Narendra adalah sepasang kekasih. Bahkan sahabat-sahabat keduanya pun belum tahu sama sekali, tak terkecuali Winwin.

"Babah aku selalu bilang, anaknya harus jadi orang yang pemaaf." Taeyong berkata dengan nada candaan, namun tersirat sebuah sindirian. "Jaehyun tahu kesalahannya kok, dia udah minta maaf sama aku."

"Ya ampun, Yong. Emang kamu tau isi hatinya si Jaehyun?" Timpal teman wanita Taeyong. "Bisa aja dia bilang maaf, terus pura-pura baik lagi sama kamu karena ada maunya."

"Chungha, kok kamu ngomong gitu? Jangan suudzon. Jaehyun anak baik-baik, aku kenal dia juga." Balas Winwin sebab merasa tak terima jika sahabat Bambam itu selalu saja disudutkan.

Chungha memutar bola mata. "Udah deh, Win. Kita tau kamu lagi deket sama sahabatnya Jaehyun, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya bilang kalau dia anak baik-baik." Cerocosnya. "Emang kamu mau lihat sahabat kamu sendiri disakitin? Enggak kan?"

"Udah... Udah... Kok kalian malah berantem?" Sehun menengahi adik-adik tingkatnya sebelum menggulirkan mata ke arah Taeyong yang justru terdiam. "Yong, kalau gitu aku anterin kamu ke depan ya?"

Taeyong menggeleng. "Enggak usah, A'." Ia memaksakan senyum lalu melirik ke arah teman-teman juga kakak tingkat yang masih berada di sampingnya. "Aku duluan ya." Ucapnya sebelum bergegas meninggalkan sekretariat himpunan dengan amarah yang tertahan.

Ia tidak mengerti lagi mengapa Jaehyun begitu tidak disukai oleh segelintir orang di fakultasnya. Ironisnya, teman akrabnya sendiri lah yang kerap melontarkan kalimat kurang mengenakkan terhadap si lelaki berlesung pipi. Belum lagi sikap mereka yang jelas-jelas selalu acuh tak acuh ketika kekasihnya itu mencoba untuk berbaur.

Masih segar dalam ingatan Taeyong ketika Jaehyun juga menjemputnya Minggu lalu di depan gedung fakultas. Sang kekasih menyapa teman-temannya dengan ramah, namun hanya Winwin lah yang memberi respon berarti padanya. Sedangkan yang lainnya justru memandangi si lelaki berlesung pipi dengan tatapan sinis sebelum pergi.

Taeyong sakit hati melihat Jaehyun diperlakukan demikian oleh temannya sendiri. Meski sang kekasih selalu berkata jika ia tidak perduli, tapi Taeyong tahu, Jaehyun hanya tak ingin ia terbebani.

Sesampainya di trotoar jalan depan gedung FEB, senyum Taeyong lantas merekah kala mendapati Jaehyun tengah terduduk di atas motor miliknya. Ia memang memberi kunci kendaraan pribadinya itu pada sang kekasih sebelum mereka berpisahㅡkarena fakultas keduanya berbedaㅡpagi tadi.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang