07. Surabi

4.1K 810 212
                                    

"Aku lagi di kantin."

Taeyong memutar bola mata kala mendengar ocehan seseorang yang menelponnya di seberang sana. "Siapa yang makan sambel sih?" Ia mendengus. "Orang aku lagi ngemil keripik kentang bareng Winwin."

Ada jeda dalam percakapan itu sebelum Taeyong bergumam. "Hm," si lelaki manis pun memutus sambungan panggilan lalu kembali melahap camilan dihadapannya.

"Saha sih, Yong?" Tanya Winwin penasaran. Sebab sejak sang sahabat menerima panggilan telepon yang entah dari siapa itu, Taeyong seakan terlihat mendapat omelan dari MimihㅡBibir tipisnya mengerucut dengan alis saling bertautan.

Taeyong menghela napas. "Itu... Si Jaehyun," jawabnya.

"Jaehyun?" Winwin mengangkat alisnya. "Jaehyun Jayantaka Pradana? Temennya Bambam?!" Ia mendadak histeris.

Kedua iris Taeyong melebar kala Winwin memekik. Ia kemudian terkekeh lalu berkata. "Kamu heboh banget kalau udah nyangkut sama nama Bambam."

"Ih, enggak gitu." Winwin mencebik seiring dengan rona merah muda yang tiba-tiba nampak pada kedua pipinya. Ia berdeham pelan lalu kembali memasang tampang serius seraya mendekatkan wajah pada milik sahabatnya. "Kamu pertama kali kenal sama Jaehyun pas kita berempat makan disini kan, Yong?"

"Iya. Kenapa?"

"Berarti kalian kenalnya belum sebulan kan?"

"Tiga minggu dua hari," jawab Taeyong santai sebelum melahap keripik kentang terakhir yang tersisa di kemasannya.

"Anjaaay!" Winwin mati-matian menahan pekikan dan refleks menepuk bahu Taeyong. "Sampai dihitung gitu. Kalian lagi PDKT? Apa udah jadian?"

Taeyong mendengus. "PDKT apaan," gumamnya. "Enggak. Aku sama Jaehyun mah cuma temenan."

Winwin menyipitkan mata lalu menggeleng tidak yakin. Pasalnya sangat jarang Taeyong memperlihatkan kedekatannya dengan orang lainㅡselain ia dan Yuta yang notabennya teman sejak SMA. Meski Taeyong terkenal sangat ramah dan mudah berbaur dengan siapa saja, namun untuk menjadi teman terdekatnya bukan lah perkara mudah.

Ya, Taeyong begitu pemilih tidak hanya untuk persoalan tambatan hati, namun juga teman terdekatnya sehari-hari. Alasannya? Klasik. Taeyong sudah terlalu sering dihadapkan dengan wajah-wajah palsu yang hanya datang disaat suka, dan pergi ketika duka melandanya. Ia benar-benar membenci tipikal manusia seperti itu.

"Yakin cuma temenan?" Winwin kembali memastikan dan dibalas anggukan mantap oleh Taeyong. Ia lantas menghela napas lalu berucap. "Padahal kalian kelihatan serasi loh, Yong."

"Serasi apaan," Taeyong terkekeh. "Jaehyun bukan tipe ideal aku," katanya lalu menepuk pundak Winwin. "Aku duluan ya, Jaehyun udah nunggu di depan fakultas."

"Mau kemana, Yong?"

"Ya pulang ke rumah lah," Taeyong berdecak-decak. "Kamu enggak apa-apa kan nungguin Bambam disini sendiri?"

Winwin mengangguk paham. "Iya, enggak apa-apa. Lagian Bambam udah ada di sekre fakultasnya kok."

"Oke deh, duluan ya!"

"Hati-hati!" Winwin memekik dan dibalas lambaian tangan oleh Taeyong yang telah berlari meninggalkan area kantin.

Lelaki manis yang berjalan tergesa menuju jalan di depan fakultasnya lantas menghela napas kasar ketika mendapati Jaehyun terduduk diatas motor Yugyeom. Ya, ia bahkan sudah mengenali motor sahabat lelaki berlesung pipi itu. Sebab Jaehyun kerap kali mengantar dan menjemputnya dengan kendaraan pribadi Yugyeom.

Taeyong kemudian menghampiri Jaehyun lalu menepuk pundaknya. Sosok yang tengah menunggu sembari menatap layar ponselnya itu lantas tersentak sebelum menoleh dengan senyum merekah di bibirnya.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang