Jaehyun mengekor dibelakang Taeyong yang melangkah lebih dahulu memasuki rumahnya. Lelaki manis itu menuntunnya menuju ruang tengah, dimana Mimih berada dan melakukan rutinitas sore harinya seperti biasaㅡmenonton sinetron Indonesia.
Namun ada satu hal yang membuat Jaehyun tiba-tiba bergidik dan menelan ludah kasar. Di sofa lain yang berseberangan dengan posisi Mimih, seseorang tengah terduduk sembari memegang buku bertuliskan Anatomi. Kedua iris kelam sosok itu menyorot tajam ke arahnya dari kepala hingga ujung kaki.
Doyoungㅡ sebuah ujian lain dalam perjuangannya menaklukkan hati Taeyong.
"Eh, Doy. Kamu udah enggak ada kuliah?" Tanya Taeyong lalu menghampiri sepupunya.
Doyoung bergumam tanpa melepas tatapannya dari Jaehyun yang tengah mematung di samping sofa Mimih sembari memegang kantungan berisi surabi. "Aku tadi nunggu kamu di kampus, tapi kata Winwin kamu udah pulang bareng..." Ia menggantungkan kalimatnya.
"Jaehyun!" Lelaki berlesung pipi itu menyeletuk lalu menghampiri Doyoung. Ia mengulurkan tangannya kaku guna bersalaman dengan lelaki bergigi kelinci itu. "Kita belum kenalan waktu itu. Doyoung kan? Salam kenal ya," katanya.
Jaehyun pun berjalan ke arah Mimih setelah bersalaman dengan Doyoung. Ia yakin sepupu Taeyong itu bisa merasakan tangannya yang tiba-tiba membeku dan sedingin es batu.
"Gimana? Udah nyoba Surabi di tempat langganan Taeyong?" Tanya Mimih seraya menepuk bahu Jaehyun yang telah duduk disebelahnya.
Si lelaki berlesung pipi menggeleng pelan. "Aku sama Taeyong enggak makan disana, Mih." Katanya lalu mengeluarkan empat kotak surabi yang telah ia beli dan meletakkannya diatas meja. "Kita makan bareng-bareng disini aja. Pas banget aku beli empat porsi. Doyoung juga kebetulan disini."
"Bukannya yang satu kotak itu buat Babah ya?" Taeyong bertanya lalu mengulum bibirnya. Ia kembali menahan tawa ketika melihat tatapan horor Jaehyun yang seolah berteriak, "Yong, kamu mau lihat aku mati?"
Berdeham pelan, Jaehyun tertawa hambar, berusaha mengusir rasa canggungnya akan tatapan datar Doyoung. Ia kemudian berucap. "Iya, yang ini topping keju cokelat susu, buat Babah." Katanya lalu menoleh pada Mimih. "Babah suka toping ini kan, Mih?"
"Iya, bener." Mimih melebarkan mata. "Kok kamu tau, Jaehyun?"
"Tau dong, Mih." Jaehyun tersenyum bangga. "Kan udah nanya sama Taeyong," katanya yang membuat Mimih terkekeh lalu mengusap surai hitamnya.
Lelaki berlesung pipi itu lantas mengambil satu kotak surabi yang memang ia beli khusus untuk Ayah Taeyong. "Ini, Yong. Simpan buat Babah." Ia berkata lalu menyodorkannya ke arah Taeyong.
Mengangkat alisnya heran, Taeyong lantas bertanya-tanya dalam hati apa yang akan Jaehyun lakukan kali ini. Pasalnya, ia sengaja menjebak Jaehyun dalam pertanyaan "Surabi untuk Babah" tadi agar lelaki berlesung pipi itu bisa berkenalan dengan Doyoung lebih dekat lagi. Terlebih Jaehyun beberapa kali memberitahunya jika sang sepupu kerap menatapnya sinis ketika tak sengaja berpapasan di kampus. Alhasil si lelaki berlesung pipi merasa canggung bahkan sedikit takut pada Doyoung.
Berdeham pelan, Taeyong beranjak dari sofa lalu meraih surabi yang disodorkan Jaehyun padanya. "Terus buat aku yang mana?" Tanyanya lagi dengan tatapan polosㅡyang dibuat-buat.
"Kamu tadi mesen yang topingnya keju, susu, pisang kan?" Kata Jaehyun lalu menunjuk kotak lain dihadapannya. "Kayaknya yang ini deh, Yong."
Lelaki berlesung pipi itu lantas menatap Doyoung yang kembali sibuk dengan buku bacaannya. Dengan keberanian yang hampir ciut, ia berkata. "Eh iya, Doy. Kamu suka surabi yang toppingnya telur setengah matang enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...