37. Sidang

3.7K 580 544
                                    

Keringat dingin bercucuran di kening Jaehyun. Kurang dari lima belas lagi namanya akan dipanggil untuk memasuki ruang sidang. Ia menatap jam pada pergelangan tangannya berkali-kali lalu menoleh ke arah koridor dengan harapan sang kekasih akan datang sebentar lagi. Namun nihil, sepertinya Taeyong tidak akan pernah datang. Pertengkaran mereka benar-benar membawa dampak besar.

Kekasihnya itu mungkin sudah enggan untuk peduli.

Jaehyun bahkan tidak tahu bagaimana kejelasan hubungan mereka kedepannya nanti. Ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga setelah sidang hari ini selesai, Taeyong akan membuka hati untuknya lagi. Datang padanya dan menjelaskan jika mereka akan baik-baik saja.

"Je, kok malah ngelamun sih?"

Si lelaki berlesung pipi menoleh ke sumber suara. Mendapati Jungwoo yang sama sekali tidak ia undang pada hari bersejarahnya justru datang dan berdiri di sampingnya sedari tadi bersama sahabat-sahabatnya yang lain. Mencoba menenangkannya berkali-kali dengan berkata jika semuanya akan berjalan lancar.

"Enggak apa-apa kok, Woo." Jaehyun memaksakan senyum.

Meski hubungan pertemanannya dengan Jungwoo telah menjadi canggung, namun Jaehyun berusaha untuk mengimbangi aksi si lelaki manis. Sebab bagaimana pun juga, Jungwoo pernah menjadi salah satu sahabat yang menemani perjalanannya selama berada di bangku kuliah. Ia tidak ingin menyimpan terlalu banyak amarah jelang momen perpisahan mereka; mahasiswa FIKOM Universitas Biantara.

"Eh iya, Taeyong enggak datang ya?" Tanya Jungwoo lagi, "Aku kok gak lihat dia dari tadi."

Napas si lelaki berlesung pipi lantas tertahan. Mendengar nama Taeyong membuat konsentrasinya seketika terbagi. Buru-buru ia menggeleng pelan lalu menghembuskan napas panjang, berharap rasa gugup juga ketakutannya segera hilang.

"Kayaknya enggak. Dia lagi sibuk kali," Balas Jaehyun singkat. Membuat Jungwoo menautkan alis curiga.

"Kalian baik-baik aja kan?"

Jaehyun tidak menjawab. Dan memang tidak ingin berkomentar atas pertanyaan itu. Sebab ia dan Taeyong benar-benar sedang tidak baik-baik saja.

"Je! Je! Udah giliran kamu tuh," pekik Bambam histeris saat melihat seorang mahasiswa telah keluar dari ruang sidang. Yang mana artinya Jaehyun harus segera masuk ke dalam sana.

"Je, basmalah dulu, Je." Yugyeom menambahkan seraya merapikan jas hitam sahabatnya.

"Je, masih bisa lihat jari aku ada berapa enggak?" Kini giliran Dukyeom yang memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya pada Jaehyun.

"Kalian kenapa sih?" Mingyu menyela, "Padahal yang mau sidang, Jaehyun. Tapi kok malah kalian yang histeris."

Mengulum bibirnya sejenak, Jaehyun kemudian menarik napas dalam-dalam sebelum membuangnya perlahan. Mengumpulkan semua keberanian dan rasa percaya diri yang telah ia persiapkan sejak semalam.

Ya, semuanya akan berjalan lancar.

"Je, semangat ya." Ucap Jungwoo seraya mengusap bahu lelaki berlesung pipi itu.

Jaehyun pun mengangguk paham. Ia kemudian bergegas ke pintu masuk ruang sidang dengan membawa map berisi hasil akhir dari skripsi yang telah mati-matian diselesaikannya. Meninggalkan sahabat-sahabat juga teman angkatannya yang rela datang untuk memberi doa dan dukungan.

Meski hati Jaehyun sangat sakit sebab sang kekasih tidak kunjung datang atau setidaknya mengirim pesan, namun ia tidak ingin hal itu mengganggunya. Jika Taeyong benar-benar mencintainya, maka lelaki manis itu tidak akan membiarkannya terluka, pikirnya.

Beberapa menit setelah perginya Jaehyun ke ruang sidang, saat itu pula Taeyong datang. Memilih untuk berdiri pada sisi lain koridor yang cukup jauh dari kerumunan mahasiswa FIKOM. Sebab dari tempatnya menghentikan langkah, ia bisa melihat bahwa Jungwoo berada di antara sahabat-sahabat Jaehyun yang lain. Taeyong hanya tidak ingin emosinya kembali digali ketika lelaki manis itu mulai melemparkan frasa yang mampu menyayat hati.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang