Taeyong bermandikan keringan dingin ketika satu-persatu petinggi himpunan memasuki sekretariat. Ia yang datang lebih awal bersama Winwin, Chungha, juga beberapa teman seangkatannya lantas memperbaiki posisi duduk pada kursi masing-masing. Napas Taeyong kian tertahan ketika matanya kemudian bertemu pandang dengan Sehun. Ia tidak tahu mengapa ketua senat fakultasnya itu bahkan ikut hadir.
Apa masalah yang ditimbulkannya begitu serius?
Hingga saat ini, Taeyong masih belum tahu siapa gerangan sahabat sang kekasih yang telah tega menyebar fitnah tentangnya juga Jaehyun. Ia menahan diri untuk tak menanyakan hal itu terlebih dahulu kepada Winwin juga teman-temannya yang lain. Sebab sekarang, hal terpenting untuk ia lakukan adalah meluruskan kesalahpahaman juga mempertahankan keanggotaannya dalam himpunan.
Detak jantung Taeyong kian menggebu-gebu saat orang nomor satu dalam himpunan memasuki ruangan. Seketika suasana menjadi hening dan mencekam. Melebihi atmosfer ketika dosen killer mulai memberi kuis harian.
Jaebum Dewananda yang kerap disapa JB, lelaki berambut hitam gondrong sebatas bahu dengan sorot mata tajam nan membunuh. Mahasiswa pertama yang mencetak rekor dengan menjabat sebagai ketua himpunan selama tiga periode penuh. Sosok paling disegani di FEB bahkan melebihi sang ketua senat itu pun lantas duduk pada salah satu kursi dibalik meja panjang yang berhadapan langsung dengan para anggota himpunan jurusan.
"Selamat siang." Sapa Jaebum dan dibalas serentak oleh seluruh audiensi di depannya.
Pandangan sang ketua himpunan kemudian tertuju pada si pemilik nama Taeyong Narendra. Ia menatap lelaki bermata indah itu lekat-lekat, sedangkan yang dipandangi justru mengulum bibirnya rapat-rapat.
Meski Taeyong sadar jika ia tak melakukan kesalahan apa-apa, dan semuanya murni akibat fitnah belaka, namun hatinya tak bisa berbohong jika ia ketakutan. Takut jika saja Jaehyun kemudian menjadi bulan-bulanan mahasiswa di fakultasnya. Dan takut jika citra Jaehyun akan buruk karenanya.
"Saya yakin, 90 persen dari kalian sudah tahu alasan kenapa siang hari ini kita semua berkumpul di sekretariat." Kata Jaebum.
Sang ketua himpunan tak melepas pandangannya dari wajah Taeyong barang sedetikpun. "Sebenarnya sekarang saya lagi ada kelas, tapi berhubung salah satu anggota sekaligus orang yang sudah saya anggap adik sendiri bikin ulah sama anak fakultas sebelah, saya rela absen."
Jauh di dalam lubuk hati Taeyong, ia tidak terima.
Bagaimana bisa ia disebut membuat ulah?
Apa menjalin kasih dengan Jaehyun Jayantaka Pradana sangat salah?
Ia pun sedikit heran, baru kali ini Jaebum mengambil suatu kesimpulan tanpa membiarkan yang bersangkutan memberikan penjelasan.
Atensi Taeyong kemudian dicuri oleh ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Layar benda dihadapannya itu menyala seraya menampilkan nama kontak Jaehyun juga sebuah pesan singkat bertuliskan,
"Yang, kamu dimana? Aku mau ketemu sekarang. Ini penting, please..."
"Taeyong Narendra, ada komentar?" Tanya Jaebum tanpa pikir panjang. Membuat seisi ruangan kembali menahan napas dan menggulirkan mata ke arah sosok yang duduk pada kursi paling depan. Sosok yang menjadi sasaran sorot mata tajam sang ketua himpunan.
Berdeham pelan lalu bangkit dari kursi, Taeyong lantas menarik napas seraya memandangi Jaebum yang seakan sudah siap mendengar setiap kata dari bibirnya. Tak lupa pula ia menggulirkan mata ke arah Taemin yang duduk disebelah kiri sang ketua himpunan, juga Sehun di sisi kanannya.
"Saya enggak akan bicara panjang lebar, A'." Kata Taeyong. "Karena saya yakin ada fitnah yang terselip dibalik omongan-omongan buruk tentang hubungan saya dan Jaehyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...