✎ᝰ┆day nine

3.9K 408 23
                                    

day 9: [put at least one date night on ur calendar this month.]

sembilan desember dua ribu sembilan belas.

start!

"ayo ngedate."

Jisung sedikit menunduk menatap suaminya, Minho.

omong-omong, mereka sedang bersantai di ruang keluarga dengan posisi Jisung yang berada di pangkuan Minho.

ya, Minho berencana untuk berkencan dengan Jisung sekarang. karena ia takut dirinya dan istrinya tidak punya waktu untuk meluangkan waktu seperti sekarang.

"yaudah, ayo." ucap Jisung beranjak dari pangkuan Minho, untuk mandi. tapi, Minho menarik tubuh Jisung agar mendekat lagi. "mandi bareng aja, yuk?"

"yang ada bukannya mandi air malah mandi susu, hadeh!" jawab Jisung kesal. Minho menyengir tanpa dosa.

∆∆∆

"kita mau kemana?" tanya Jisung saat berada di dalam mobil. Minho menyengir, "gak tau, hehe.."

pria berwajah tupai itu memutar bola matanya malas, lelah dengan kelakuan aneh suaminya. "yaudah, jalan dulu. nanti juga kepikiran." usulnya sembari mengamit lengan kiri Minho, kebiasaannya saat suaminya sedang menyetir.

setelah puas memainkan tangan Minho, Jisung membawa tangan kekar itu ke perutnya. "kira-kira anak kita nanti laki-laki atau perempuan ya?" sambil melirik ke arah Minho yang sedang fokus menyetir.

"laki-laki mungkin." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari arah depan. Jisung mengernyit, "kenapa?"

"biar kita bisa sering-sering main." jawab Minho santai, membuat Jisung tersipu sekaligus sebal.

"apa sih! kalau ngomong nggak berbobot. untung suami, untung sayang, untung cinta." mendengar ucapan sederhana dan nyeleneh dari istrinya, Minho melebur, bucin memang.

"udah ah, fokus nyetir!"

Lee Jisung, padahal kamu loh yang mulai percakapan ini.

∆∆∆

"loh? kesini?" tanya Jisung kebingungan saat sudah sampai di tujuan, suaminya yang memilih.

"iya dong, hari ini kamu sama aku boleh saling nraktir sampe jam enam sore. abis itu kita pergi ke tempat bagus." jawab Minho lalu membukakan pintu mobil istrinya.

omong omong, dua sejoli ini sedang berada di mall, setelah dipikir pikir lagi, ada bagusnya berbelanja dan saling mentraktir satu sama lain.

Jisung yang tidak boros dan tidak banyak mau tentu saja menjadi keuntungan untuk Minho dan dompetnya.

tapi untuk Minho sendiri..

"HEH, KAMU KAN BOROS?!" Minho membekap mulut Jisung dengan tangannya lalu tersenyum tidak enak pada pengunjung lainnya. "gak apa-apa, kita kan orang kaya." ucapnya santai.

Jisung mendengus kesal lalu menepis tangan suaminya dengan kasar. "tapi kan kita banyak keperluan,"

"belum lagi ada si bayi nanti." lanjutnya sebelum mengambil sebelah tangan Minho untuk di taruh ke perutnya yang sedikit—sangat sedikit—membuncit lalu bergerak mengelusnya.

Minho tersenyum manis. "yaudah, cantik, gini. aku bakalan hemat, tapi kamu tetap traktir aku ya, hm?"

cukup, Jisung sangat tidak kuat jika Minho sudah berkata 'hm' saat berbicara dengannya. ia hanya mengangguk pelan lalu berjalan sembari memegang perutnya.

Minho merangkul pundak Jisung lalu nampak berpikir sejenak. "gimana kalau kita sama-sama beli perlengkapan bayi?" usulnya, membuat Jisung mendongakkan kepalanya. "great idea, itu baru ada manfaatnya."

sepasang suami-suami itu akhirnya menghabiskan waktu untuk membeli perlengkapan bayi, dan bermain di timezone selagi mempunyai sisa waktu sebelum jam enam sore nanti.

membuat pengunjung terheran heran dengan kelakuan calon papa dan calon mama yang seperti kurang mempunyai masa kecil yang bahagia.

∆∆∆

"udah, turun." titah Minho, lalu keluar dari mobil.

"wow, lucu banget tempat kencannya!" jerit Jisung setelah melihat pemandangan di depannya. huft, padahal mereka hanya duduk di tempat duduk pinggiran monas yang menampilkan gedung gedung tinggi dan monas waktu malam hari.

"nggak apa-apa ya kita cuma kesini? aku bingung mau kemana lagi." ujar Minho setelah membeli beberapa minuman dan makanan pinggir jalan.

bukan untuk mereka berdua apalagi istrinya, tapi untuk dirinya sendiri. alasannya,

"nanti kalau kamu makan ini, si bayi bisa marah sama sakit, kamu juga." begitu katanya. Jisung hanya cemberut mendengarnya. tapi tak apa, semenjak hamil, Jisung jadi kekurangan selera makan kecuali saat ngidam.

dengan sengaja, Minho mencium bibir ranum Jisung.

awalnya Jisung terkejut dan menelisik ke arah lain, apakah ada orang yang melihat kelakuan tidak senonoh dirinya dan suaminya. beruntung, tidak ada. hanya sedikit orang yang ada disini, itupun berjauhan, dan sibuk dengan kegiatan mereka masing masing.

kesempatan bagus. Jisung melingkarkan kedua tangannya di leher Minho dan sedikit menekan tengkuk suaminya dengan maksud untuk memperdalam ciuman intens mereka.

Minho semakin gencar, setelah puas bermain dengan bibir Jisung. ia mengetuk ngetuk-an lidahnya pada bibir Jisung yang langsung dipahami sang submisif dengan membuka mulutnya suka rela.

sesekali Jisung mendesah lirih akibat permainan lidah mereka yang begitu liar, saliva yang entah milik siapa menetes dan sedikit membasahi celana mereka.

"hhh.. udah ah!" ucap Jisung di sela sela ciuman sembari memukul dada Minho pelan.

Minho menurut, tautan bibir dan lidah mereka pun dilepas. sang suami mengecup bibir Jisung guna memutus kontak saliva mereka.

Jisung tetap melingkarkan kedua tangannya di leher Minho dan membuka mata dengan pandangan sayu.

"shit, don't do that, Jisung." ucap Minho sembari menelan ludahnya kasar. istrinya benar benar menggoda untuk diterkam saat ini juga.

Jisung berganti menatap Minho dengan tatapan polos dan menggoyangkan kakinya kesana kemari. "kenapa?" mendengar tanggapan Jisung, Minho hanya menggigit bibir dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

dengan sengaja, Jisung menarik dagu Minho agar kembali menatapnya.

"shit! jangan, ya? we're in public now." umpat Minho saat melihat istrinya yang kini tengah menatapnya dengan pandangan yang-errr sangat dan benar benar menggoda, binal sekali.

"hhh oke, sekarang kamu mau apa, hm?" final Minho sembari mengelus rambut istrinya.

Jisung memiringkan kepalanya. "eung? mauku?" lalu tersenyum menggoda, "aku mau kamu, dad." diakhiri dengan menjilat rahang Minho seduktif.

dan ya, berakhir lagi dengan malam panjang yang mereka lakukan di mobil hingga pagi menjelang.

+++

fyi, latar tempat cerita ini lokal ya. ada di jakarta. tapi namanya tetep pake nama korea. cuma manggilnya bukan pake embel embel "hyung" tapi "kakak"

30 dmc [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang