SAAT Seline membuka matanya, ia sudah tidak menemukan Eldrick. Bibirnya mengerucut kesal, tapi ia bisa merasakan bahwasanya Eldrick masih ada di sekitar sini. Karena aroma memabukkan dari Eldrick masih tercium di sekitarnya.
Perlahan Seline turun dari tempat tidurnya. Ia hendak menuju kamar mandi untuk mandi karena merasa tubuhnya sangat lengket. Tentu saja Seline menyelimuti tubuhnya karena pakaiannya dikoyak tadi malam dibuat Eldrick. Pipi Seline mendadak menjadi merah mengingat malam panas mereka tadi malam.
Setelah selesai mandi, Seline memakai baju santainya karena hari ini tidak ada acara formal. Pipi Seline mendadak memerah karena banyak sekali bekas gigitan Eldrick di tubuhnya. Seline langsung merinding saat merasakan bibir panas mengecupi lehernya yang jenjang itu.
Desahan keluar dari bibir mungil Seline yang membuat Eldrick tersenyum miring. Ia memutar tubuh Seline agar bisa melihat wajah Seline dengan puas dan kembali mengecupi seluruh wajahnya. Dengan perlahan Eldrick menurunkan baju yang Seline pakai hingga membuat Seline memejamkan erat matanya karena malu.
Eldrick yang merasakan itu perlahan mendorong tubuh Seline ke ranjang mereka dan kembali melakukan aktivitasnya sehingga mereka tidak sadar bahwasanya sudah hampir menuju siang hari.
Wajah segar dari Eldrick membuat berbagai pertanyaan dari Alice. Meskipun begitu, wajah Eldrick tetap memasang wajah datar seperti biasanya, berbeda dengan Seline yang menggigit bibir bawahnya gugup. Eldrick yang tadinya makan dengan santai, malah berpindah tempat duduk ke sebelah Seline.
Alice dan Ryann sudah bertatapan seolah sedang berbicara lewat mindlink padhaal tidak. Alice berdehem. "Eldrick, Seline, aku dan Ryann pergi dulu ingin melihat para warrior yang latihan. Aku sudah menghabiskan makananku dan bersenang-senanglah," goda Alice diakhir kata tidak lupa dengan kedipan matanya yang menbuat Seline menunduk karena malu.
Eldrick menjepit ibu jari dan jari telunjuknya di dagu Seline dan mengangkat wajah Seline agar Seline mau melihatnya. "Ada apa, Rose? Adakah yang merusak hari-harimu?" tanya Eldrick terus terang dan menatap tajam mata Seline.
Seline mengangguk kuat. Hal itu membuat Eldrick menggeram. "Siapa yang berani-beraninya membuat seperti itu kepadamu?" tanya Eldrick menggeram tidak suka.
"Kau," jawab Seline dengan polosnya.
Rahang Eldrick yang tadinya mengeras menjadi kembali seperti semula karena mendengar ucapan Seline. "Aku?" beo Eldrick tidak mengerti.
"Kau selalu muncul dalam pikiranku dan itu mengesalkan!" kesal Seline mengerucutkan bibirnya.
Tepat setelah mendengar ucapan Seline, Eldrick terkekeh perlahan dan malah mengecup bibir Seline sekilas. "Aku tidak merusak hari-harimu, aku hanya ingin membuatmu agar mengingatku terus agar kita impas."
"Impas?" bingung Seline mengerutkan dahinya.
"Ya, impas. Aku selalu memikirkanmu bahkan kadang aku bisa tidak jadi fokus saat berada di kantor karena kau tiba-tiba muncul dalam kepalaku," jujur Eldrick mengelus kepala Seline lembut.
Seline yang merasa nyaman langsung mendekat kepada Eldrick dan segera memeluknya erat. Tidak lupa Seline menarik napas dalam-dalam karena ingin menghirup harumnya tubuh Eldrick. Begitu juga dengan Eldrick yang menghirup rakus bau tubuh Seline.
Ketika mereka sibuk berdua, Catherine tiba-tiba muncul dengan wajah tidak enak. Sebelum berbicara ia menunduk hormat lalu menatap Eldrick tidak enak. "Maafkan saya jika mengganggu waktu anda, Alpha, Luna. Saya hanya ingin memberi tahu bahwa ada kedatangan tamu hari ini."
"Siapa?" tanya Seline menoleh ke belakang untuk menatap Catherine yang sedang memberikan laporan tersebut.
"Tamu—"
"Seline!"
"Linlin!"
Tentu saja Seline mengenal dua suara tersebut, Seline yang hendak berlari menuju Ibu dan Neneknya terpaksa tidak jadi karena Eldrick menahan pinggangnya. "Jangan lari," perintah Eldrick yang tentu saja dibalas anggukan dari Seline. Setelah itu, Eldrick melepaskan rengkuhannya pada pinggang Seline dan menbiarkam Seline melepas kerinduan kepada Ibu dan Neneknya.
Eldrick terus mengamati Seline yang sangat bahagia sekali walaupun hanya melihat ibu dan neneknya. Eldrick menatap datar keluarga bahagia di depannya ini. Pikirkannya masih tertuju kepada Seline yang sangat bahagia walau hanya bertemu dengan Ibu dan neneknya. Tidak pernah Eldrick melihat binar bahagia jika Seline diberikan kemewahan, Seline malah akan merasa risih jika diberikan sesuatu yang mewah.
"Manusia kurang belaian kasih sayang sepertimu tidak akan mengerti perasaan mate-ku sekarang," ucap Ellard terus terang tanpa memperdulikan perasaan Eldrick yang sakit.
"Lebih baik kau melihat dirimu sendiri sebelum berbicara," balas Eldrick tidak mau kalah.
Seline yang berpura-pura sibuk berbicara kepala ibunya diam-diam mendengarkan pembicaraan Eldrick dan Ellard. Buru-buru Seline menarik tangan Tasya dan Amara menuju Eldrick yang tersenyum tipis saat melihat Tasya dan Amara.
Ketika Tasya dan Amara hendak membungkuk hormat kepada Eldrick, Eldrick segera menahan tubuh Tasya dan Amara. "Tidak perlu melakukannya," kata Eldrick masih tersenyum tipis.
Tasya yang mendengar jawaban Eldrick terkekeh. "Panggil saja aku Ibu seperti Seline."
Amara juga menganggukkan kepalanya. "Aku juga, panggil nenek saja."
Awalnya Eldrick bingung ingin merespons apa, tapi setelah melihat Seline yang menganggukkan kepalanya saat matanya bertatapan dengan Seline Eldrick tersenyum tipis kembali. "Baik, Bu, Nek."
Tasya dan Amara tersenyum lebar melihat tingkah Eldrick yang begitu menggemaskan di mata mereka. Tanpa sadar Tasya mencubit pipi Eldrick gemas. "Sudah lama aku ingin memiliki anak laki-laki," kata Tasya dengan santainya.
Pipi Eldrick yang tadi dicubit oleh Tasya sedikit meninggalkan rasa sakit, tapi Eldrick merasa bisa mendapatkan hangatnya arti 'keluarga' itu kembali. "Ibu dan nenek sudah makan?" tanya Eldrick berusaha menghilangkan kecanggungan.
"Ah iya, belum. Kalian sudah?"
Seline menggeleng. "Masih belum selesai, ayo bergabung dengan kami."
Pada akhirnya mereka semua mengumpul di meja makan tersebut. Tidak lama kemudian Alice dan Ryann muncul dan ikut bergabung karena paksaan Seline. Mereka semua bertukar cerita dan tawa menggelegar dari ruangan makan tersebut.
Catherine yang awalnya datang karena takut terjadi apa-apa malah merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Bahkan Seline juga menarik Catherine untuk bergabung dengan mereka. Lengkap sudah mereka bertukar cerita hingga tidak sadar waktu sudah menuju jam berapa.
Cloria menatap ruangan itu dengan tatapan tidak suka. Dan berlawanan arah, Cloria juga mendapatkan Victoria yang berada di ujung sana menatap mereka semua dengan tatapan datar dan tidak bisa diartikan.
[-/-/-]
Gimana? Gimana?
Udah puas atau malahan tambah penasaran?😄
Padahal thor lagi ada ujian malah bandel update. Soalnya aku stress banget liat soal-soal materi jadinya deh update dan bisa bikin mood aku membaik. *maap kalau curhat :3
Btw, jangan lupa seperti biasa!
VOOOOOMMMMEEENNNNTT!
*supaya thor rajin update.Mon maap kalau aku banyak mintanya. Namanya juga manusia😝
Makasih juga atas 80K read-nya❤️
PS : makasih loh yang udah ngucapin untuk aku, lop u tiga rebu dech❤️
Happy Reading!
18-12-19[00.00]
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Mate [END]
Hombres LoboSikap Roseline yang kekanakan membuat semua orang kesal sekaligus gemas. Bagaimana menurut kalian jika ternyata Roseline yang kekanakan, ceroboh, bodoh dan lemah memiliki mate yang berbanding terbalik dengannya? PS : Baca aja dech, memang snipnosis...