25. Just Make It Right. Right?

497 46 8
                                    

"Kalau ragu, mesti maju gak sih?"

~❄️❄️❄️~

"Mau gak jadi pacar gue?" Soobin menatap gue penuh harap. Matanya berbinar-binar.

"Anjir serangan mendadak." gue bergumam mungkin tidak terdengar. Lutut gue melemas. Jantung gue berdebar semakin kencang.

"Ekhem," Soobin berdeham. Dia sedikit menunduk untuk mendapatkan sudut yang pas menatap gue.

Gue belum berani menatapnya sekarang. Betah banget gue mandangin rumput di halaman rumah Yeji ini.

~❄️❄️❄️~

Setelah serangan mendadak kemarin, gue memikirkan banyak hal. Entah apa yang bikin Soobin jadi bukan dirinya gitu. Gue bingung harus senang atau sedih. Percakapan kami yang sudah gak berlangsung selama sebulan ini diawali dengan rasa canggung yang makin menjadi-jadi.

Ngapain juga dia nembak gue?

"Ditembak doi kan harapan gue selama ini, kenapa malah bingung gini sihhhh!" gue melemparkan badan gue ke atas kasur, lalu guling-gulingan sendiri dan terakhir menutup wajah gue dengan bantal.

"Cecil, Azahra, cewek ambyar, gak laku-laku, kerjanya galau terus. Lo di dalem apa gak?"

Suara dan perkataannya gak pernah enak di denger. Pengen gue bakar cowok itu yang lagi berdiri di depan kamar gue.

"Gak. Pergi lo." gue goblog. Kenapa gue harus jawab kalau memang gak ada orang disini.

"Ada dong berarti, goblog lo. Gue masuk,"

Bersamaan dengan itu, pintu kamar gue terbuka dan masuklah kak Jeka dengan menyengir tanpa dosa.

"Ah," kak Jeka mendaratkan pantatnya di atas kasur gue. Gue belum berbalik. Masih betah main tatap-tatapan sama tembok.

"Gimana, gimana?" dia langsung antusias sambil mengguncang badan gue.

"Aduh kakk," gue sangat kesal karenanya. Segera saat itu juga gue berbalik menghadapnya.

Durhaka sih sebenernya. Tapi gue kesel aja sama kakak gue satu ini, kenapa sih bawaannya emosi mulu kalau liat dia. Maaf, maaf dulu nih gue bales jambak rambutnya sampai dia meringis kesakitan.

"Ahk, sakit njirr. Udah lepasin gila lo, kalau rambut gue copot gimana." kak Jeka memaksa melepaskan kedua tangan gue yang menjambak rambutnya.

"Biarin. Biar botak sekalian," kata gue sarkas dan galak. Habisnya bikin emosi.

"Nanti gue beliin album BTS dehhhh," seketika gue berhenti menjambak rambutnya itu. Gue langsung seneng aja gitu. Hehe.

"Serius lo?" gue menampakkan ekspresi sumringah.

"Lo lebih sayang BTS dari pada gue ternyata," kak Jeka mengerucutkan bibirnya merajuk kesal seraya merapikan rambutnya yang berantakan.

"Iyalah, apalagi sama Jungkook." jiwa fangirl gue menyeruak keluar.

"Jongkok? Aelah, mukanya mirip gue begitu." kak Jeka emang gak mau kalah untuk membuat gue semakin kesal.

My Cold Crush [On Hold/Slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang