28. Baru Dimulai

374 32 5
                                    

"Setiap orang punya ceritanya masing-masing."

~❄❄❄~

Ini hari paling membingungkan buat gue. Perasaan gue campur aduk, antara seneng karena sekarang gue pacaran sama Soobin dan rasa gak enak gue ke kak Tae.

Gue duduk di atas kasur, memeluk kedua lutut kaki gue dengan pikiran yang entah dimana.

"Besok, hari kamis." gue menggigit bibir memikirkan sesuatu. "Pasti ketemu kak Tae lagi," lalu merebahkan diri gue lemas.  Gue menatap langit-langit kamar.

"Cecil," oma tiba-tiba masuk ke dalam kamar gue.

"Eh? Iya oma," gue menyahut kaget.

"Kamu ngelamun ya?" tebak oma tepat sasaran. Oma duduk di pinggir kasur gue.

"Enggak kok oma. Cecil tadi hampir ketiduran, hehe." gue menyegir masam. Oma gak boleh tau soal masalah pribadi gue ini.

Oma terlihat gak percaya gitu aja sama gue. Wajar lah, gue ini cucunya. "Oma udah selesai masak, kita makan bareng ya." kata oma lalu pergi keluar dari kamar gue. Gue mengangguk.

Gue menghembuskan nafas lemas. Setelah itu gue bergegas keluar dari kamar karena takut oma berpikir yang tidak-tidak. Apalagi kak Jeka, dia pasti udah tau semuanya. Iya, semuanya.

"Oma kira kamu gak mau makan," kata oma selagi menyiapkan masakannya di atas meja. Gue hanya tersenyum sekadarnya.

"Wah! Makan enak hari ini," kak Jeka datang ke meja makan dengan sumringah sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.

Setelah semua makanan siap, kami mengambil lauk dan sayuran yang dimasak oma. Tapi, kenapa nafsu makan gue jadi berkurang gini ya? Padahal semuanya enak.

Tapi gue tetap mengambil seperti biasa. Gue gak mau oma ataupun kak Jeka jadi makin curiga sama gue.

"Kamu, keliatannya gak enak makan cil?" gue tertangkap basah. Oma tau betul gue itu paling seneng kalau dia masak apalagi  ekspresi gue waktu makan itu keliatan. Dan sekarang beda jauh.

Gue salah tingkah. Gue gak berani menatap dan menjawab pertanyaan oma.

"Mungkin, Cecil gak terlalu laper oma." kak Jeka menyelamatkan gue. Dia tau gue gak bisa menjawab apapun. Setelah ini, dia bakalan mengintrogasi gue. Gue pastikan itu.

"Yaudah, kamu makannya dikit aja. Oma gak marah kok." tutur oma menenangkan gue. Gue menatap oma sedih.

Di sela-sela makan, gue menyadari kak Jeka memberikan tatapan mengintrogasi ke gue. Dari tatapannya itu, gue bisa merasakan dan tau maksudnya. Dia meminta klarifikasi. Gue jadi risih.

Oma bangun lebih dulu untuk membereskan semua piring kotor. Tinggal gue dan kak Jeka yang saling tatap. "Lo harus jelasin semuanya." bisiknya ke gue lalu kembali memakan lauknya yang masih tersisa di piring.

Gue menghela nafas.

Gue bukan cucu yang malas. Selesai makan gue bantu oma mencuci piring kotor. Setidaknya oma gak terlalu khawatir sama kondisi gue. Kalau begini pasti dia gak negatif thinking.

Kak Jeka lebih dulu keluar dan menunggu gue di halaman depan. Gue sebenarnya gak takut sih sama dia, cuma dia itu bawel banget. Pertanyaannya kadang suka diulang-ulang. Pokoknya dibikin ribet aja sama dia.

"Oma, Cecil ke depan dulu ya. Kak Jeka minta ditemenin." gue berbohong. Maaf oma. Lalu gue berjalan cepat supaya kak Jeka gak ngambek.

Gue dan kak Jeka duduk di bangku yang terbuat dari kayu jati. Oma memang sengaja meletakkan bangku ini di halaman depan rumah untuk sekedar duduk santai atau mengobrol sambil nge-teh.

My Cold Crush [On Hold/Slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang