30. Harus Apa?

227 24 0
                                    

"Orang bisa berpikir tanpa berbuat, tapi dia tidak bisa berbuat tanpa berpikir."

~❄❄❄~

 "Angkat dong telfonnya," 

"Gue mau jelasin masalah tadiii," Soobin menggeram pada panggilan yang tidak mendapatkan respon sedaritadi. 

"Ah!" dia melemparkan HPnya ke kasur. Meregangkan punggungnya pada kursi empuk yang biasa didudukinya saat belajar.

"Mampus gue kalau sampe dia minta putus." cowok ini dilanda kegalauan yang tidak bisa dia jelaskan. Dia ingin marah, tapi marah untuk dirinya sendiri. Cecil itu harus diperjuangkan, dan cewek berambut pendek itu yang harus dihapus dalam pikirannya.

Soobin menggaruk rambutnya dengan rasa marah yang tidak terkendalikan. Dia membenturkan dahinya pada meja belajar. Bingung apa yang harus dilakukan. Pasti Yeonjun sudah tahu soal ini. 

Tok!Tok!Tok!

"Bin, kamu gak makan?"

"Bunda," Soobin mengangkat kepalanya mendongak ke arah pintu kamarnya.  

"Bin?"

"Udah kenyang bun," Soobin berbohong. Perasaannya galau, pikirannya kalut.

"Oh, yaudah. Tapi kamu gapapa kan bin?"

"Enggak bun. Aku baik-baik aja."

Suara langkah bunda menjauh dari pintu kamarnya. Soobin jadi merasa bersalah. Mungkin bunda bisa bantu dia, kasih dia saran mungkin. Siapa tahu, kalau soal masalah cewek bunda bisa diandalkan.

Soobin keluar dari kamar dengan hati-hati. Dia melihat bundanya sibuk membereskan piring-piring kotor dia atas meja makan.

"Mau ngomong apa bin?" tanya bunda tiba-tiba selagi membereskan piring-piring kotor itu, seakan tahu Soobin berdiri di belakangnya dan ingin mengatakan sesuatu.

"Bunda kok tau aku disini?" Soobin jadi malu sendiri karena ketahuan.

Soobin mengekori bundanya masuk ke dalam dapur. Dia bersender di kulkas sesekali melirik bundanya karena ragu harus mulai dari mana.

"Bun," panggil Soobin samar.

"Hm."

"Kalau cewek lagi marah, suka gak jawab telfon ya?" Soobin bodo amat. Dia langsung saja ke poin nya, daripada harus berbelit-belit.

"Kamu udah punya pacar toh," bunda malah tertawa setelah tahu secara tidak sengaja kalau anaknya diam-diam sudah punya pacar.

"Bunda, gak baik loh ngacangin cowok ganteng kayak Soobin." 

"Yaampun, anak bunda bangga banget ya punya muka ganteng."

"Simple aja sih," bunda meletakkan piring yang sudah dicuci di rak piring.

"Cewek kalau lagi marah itu, harus dibujuk, harus dirayu." bunda membalikkan badan menghadap anaknya. "Dan kamu, harus berusaha buat balikin moodnya dia." bunda tersenyum sambil mengusap puncak kepala anaknya itu.

"Bundaaa," Soobin lagi-lagi mengekori bundanya yang berjalan menuju meja makan.

"Gimana aku ngerayu dia, telfon gak diangkat, chat gak dibales." Soobin menyenderkan kepalanya di bahu kiri bundanya yang sibuk membereskan sisa makanan.

"Ya itu berarti, cewek kamu bener-bener marah, kamu ngapain dia coba?" bunda jadi penasaran seperti apa sih pacar anaknya itu, sampai-sampai membuat anaknya yang sangat dingin ini jadi sangat galau.

My Cold Crush [On Hold/Slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang