29. Sedih

277 28 2
                                    

"Ingat, jangan terlalu senang dulu."

~❄❄❄~

"Ngapain kalian disini?" Jeka mendapati pacar adiknya dan gebetannya tengah berduaan di dekat perpustakaan.

"Eh, jek." cewek berambut pendek itu menoleh setelah diciduk Jeka.

"Na kamu ngapain disini?" Jeka melirik ke Soobin. "Sama dia?" lalu menunjuknya dengan ekapresi dingin.

"Tenang dulu jek, kasi aku jelasin." Eunha mencoba untuk mengklarifikasi kejadian ini.

Jeka mengganguk setuju.

"Jadi, Soobin ini adik sepupu aku. Yang pernah aku ceritain itu loh," jelas Eunha. Dia sudah sering bercerita soal keluarganya ke Jeka. Hanya pada Jeka dia percaya kalau ceritanya tidak akan bocor.

"Hah?" Jeka lumayan terkejut. Mengingat sepotong cerita dari Eunha, dan ternyata cowok tinggi di hadapannya ini salah satu tokohnya.

"Kenapa kamu kaget gitu?" Eunha heran, kenapa Jeka menampilkan ekspresi yang tidak dia duga itu.

"Eh, gak gak. Oiya na, kamu dicariin tuh sama Yuju." Jeka ingin mengupas tuntas semua rasa penasarannya sekarang. Masalah Cecil urus nanti saja.

"Ah iya. Yaudah aku kesana dulu ya." Eunha berpamitan pada Jeka lalu berlalu pergi.

Jeka benar-benar ingin bicara apa yg dia lihat dan dengar tadi. Tapi, sepertinya Cecil lebih penting. Jadi dia lebih mendahulukan itu daripada rasa penasarannya.

"Jadi lo, cowok dari semua masalah itu?" Soobin menyeringai. Lalu menatap Jeka dingin.

"Bentar," Jeka tidak mengerti maksud cowok tinggi dihadapannya ini.

"Gue bukan orang yang lo maksud," Jeka mengklarifikasi agar tidak terjadi salah paham.

"Brengsek!" Soobin menarik kerah seragam Jeka. Emosinya memuncak jika mengingat apa yang pernah terjadi.

Cecil yang sedaritadi memiliki perasaan tidak enak, tau-tau sudah mendapati pacarnya dan kakaknya bertengkar. Dia segera melerai keduanya.

"Lo apaansih berdua?!" Cecil menarik lengan kakaknya agar menjauh dari Soobin.

Soobin seakan tidak mendengar makian Cecil. Dia justru menatap dingin penuh emosi kapada Jeka. Beberapa detik kemudian, dia berlalu pergi dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Pacar lo, udah sinting." Jeka lalu ikut berlalu pergi meninggalkan Cecil.

Ini pada kenapa sih? Apa gara-gara ngomongin tentang gue? Tapi gak mungkin sampe segitunya. Cecil membatin.

Dia memilih untuk mengejar Soobin. Mungkin dia bisa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

Cecil berlari sekuat mungkin untuk mengejar Soobin yang tidak terlihat di hadapannya. Benaknya mengatakan kalau cowok itu pergi ke lapangan basket. Segera dia berlari kesana.

Benar saja, dia menemukan cowok itu disana. Dia terlihat berdiri melempar bola basket sembarang. Cecil dengan ragu menghampiri cowok itu.

"Bin," panggilnya samar. Dia menelan ludah lalu melanjutkan kalimatnya.

"Maaf kalau kak Jeka, ada salah ngomong tadi." tatapan Cecil terpaku pada punggung cowok itu.

"Ya, lo kenapa juga sampe emosi gitu? Emangnya-"

"Kakak lo tuh cowok brengsek!" Soobin memekik cewek pendek itu tanpa peduli perasaanya.

"Dia yang bikin gue jadi pendiem, jadi introvert! Dan susah buat percaya sama orang lagi!" Soobin sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi.

My Cold Crush [On Hold/Slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang