"Diam-diam aku mencintaimu, walaupun mungkin kamu tak pernah mencintaiku."
~Rio Setya Anggara~
~•~•~"Pagi tuan Putri" Ucap Fahri, saat gerbang pintu terbuka dan menampakkan Putri yang sudah siap dengan style kampusnya.
"Pagi" Jawab Putri singkat.
"Kamu masih marah ya?" Tanya Fahri yang tidak digubris sama sekali oleh Putri.
"Maafin aku dong, aku kemarin pulang duluan karena pas nunggu kamu aku liat Riana, terus aku nganterin dia pulang karena aku masih ngerasa gak enak sama dia put." Jelas Fahri dengan wajah memelasnya.
"Ternyata perempuan yang dimaksud Rio itu Riana." Batin Putri.
"Iya udah aku maafin ko" Ucap Putri namun masih menunjukan wajah datarnya. Beda halnya dengan Fahri yang sudah tersenyum senang.
"Kamu memang perempuan terbaik di dunia" Ucap Fahri sambil mencubit pipi Putri sampai merah.
"Aduhh sakitt ri." Rengek Putri sambil mengusap pipinya.
"Eh maaf Put kekencengan saking senengnya. sakit yah?" Tanya Fahri sambil mengusap pipi Putri lembut.
Mata mereka bertemu dengan jarak yang cukup dekat. Putri tidak bisa menyembunyikan kegugupannya ketika Fahri bersikap seperti itu padanya.
"Duh dia ngapain sih bikin jantungku olahraga pagi-pagi gini, semoga aja Fahri gak denger detak jantungku." Batin Putri.
"Iya gak apa-apa ko" Ucap Putri gugup.
"Beneran gak apa-apa? Eh tapi tadi kan aku nyubitnya cuman pipi sebelah kanan, tapi kenapa yang kirinya juga ikut merah." Ucap Fahri sambil tersenyum usil.
Mendengar itu Putri pun segera menepis tangan Fahri dan memalingkan wajahnya kearah lain. "Ih apaan sih, udah ah yu berangkat, kamu mau jemput aku kan? Nanti telat lagih ke kampusnya." Elak Putri yang kini tak bisa menyembunyikan kegugupannya.
Fahri pun hanya terkekeh ketika melihat pipi Putri yang memerah seperti buah tomat, menurutnya itu sangat menggemaskan.
Benar apa yang dikatakan Rio, mereka berdua tidak akan lama jika bertengkar karena pagi ini saja mereka sudah berbaikan dan kembali berangkat bersama menuju kampus.
Saat diperjalanan tidak ada perbincangan yang serius, mereka hanya membahas hal-hal random yang sesekali membuat mereka tertawa.
"Makasih ri, ya udah aku ke kelas dulu yah." Ucap Putri setelah mereka sudah sampai di parkiran kampus.
"Put tunggu." Langkah Putri pun terhenti saat Fahri memanggilnya.
Putri kembali membalikan badannya untuk menatap Fahri. "Kenapa?" Tanya Putri.
"Salam buat Riana yah." Ujar Fahri sambil menggaruk tengkunya yang tidak gatal itu.
Wajah Putri kembali datar, tatapannya kini berubah dingin. "Kenapa dia nyuruh aku kaya gitu sih, NYEBELIN." Batin Putri kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Tertambat, Cintaku Tumbuh [End] √
RomanceCinta terkadang sulit untuk diungkapkan sehingga memendam adalah pilihan. Walaupun tidak mudah memendam perasaan cinta sendiri. Hanya bisa melihat senyumnya dari jauh, Harus sanggup melihatnya bersama orang lain, Menahan api cemburu, Hanya bisa me...