🔹PART 15🔹

197 13 0
                                    

~•~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~•~

Fahri melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, diikuti oleh mobil Rara yang juga melaju cukup kencang mengikuti arah motor Fahri.
Fahri sangat berharap Putri ada di taman yang sering mereka datangi.

Entah apa yang terjadi tapi tiba-tiba Rara menginjak pedal rem secara mendadak yang membuat dia dan Hanin hampir terbentur ke arah depan mobil, untung saja mereka menaati peraturan dengan memakai sabuk pengamannya.

"Astagfirulloh Ra, kenapa sih? Kaget aku, untung gak jantungan." Bentak Hanin sambil memegangi dadanya karena terkejut.

Dengan tangan yang mencengkram erat stir mobil, Rara menghela napasnya kasar. Hampir saja di mau menabrak orang, untung saja dengan cepat dia langsung menginjak remnya.

"Gak tau tuh si Fahri tiba-tiba berhenti, ya aku injek rem mendadak lah kalau engga nanti aku bisa nabrak dia." Gerutu Rara sembari menekan klakson mobilnya untuk memberi kode pada Fahri yang secara tidak langsung menanyakan apa yang terjadi.

Saat itu Fahri memang tiba-tiba menghentikan motornya karena ada sebuah balon yang terbang kearahnya, ia pun memutuskan untuk berhenti dan meraih balon tersebut.

"Kertas?" Gumam Fahri saat melihat kertas yang terikat dibalon itu. Dia pun melihat disekelilingnya, mungkin saja ada seseorang yang sedang bermain dengan balon ini, tapi saat itu jalanan terlihat sepi tak ada seorang pun yang terlihat bermain disana.

"Mungkin ada seseorang yang menerbangkan balon ini dan balon itu turun disini." Gumamnya lagi. Namun, tiba-tiba balon itu mengingatkan Fahri pada kenangannya dulu bersama Putri.

FLASHBACK ON

"Ri kita bikin surat buat Allah yuk." Ujar Putri saat mereka tengah duduk di sebuah bangku taman sepulang sekolah. Saat itu mereka masih duduk di kelas sepuluh.

Terlihat Fahri menautkan kedua alisnya, dan manatap Putri heran dengan ajakannya itu.

"Hah, bikin surat buat Allah? maksudnya gimana put, bukannya kita tinggal berdoa aja, kalau bikin surat nanti suratnya dikirim lewat apa? JNE atau kantor pos?" Celetuk Fahri dengan polosnya.

"Hahaha ya kali lewat kantor pos, ya engga lah, kamu mah aneh-aneh aja." seketika Putri pun mentertawakan tingkah polos Fahri itu. Mana ada surat buat Allah dikirim lewat kantor pos. Fahri ini terlalu polos atau bagaimana.

"Trus gimana?" Tanyanya lagi yang masih nampak kebingungan.

"Kamu tulis aja dulu suratnya, nanti aku kasih tau cara ngirimnya." Ujar Putri sembari menulis suratnya di selembar kertas.
Tanpa bertanya lagi, Fahri pun juga ikut menuliskan surat di kertas miliknya.

Hatiku Tertambat, Cintaku Tumbuh [End] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang