🔹PART 6🔹

256 19 3
                                    

~•~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~•~

Kini Fahri tengah berjalan menuju kelasnya tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat mengingat makanan yang belum sempat ia kasih untuk Putri.

"Duh kenapa gue bisa lupa sih." Gumam Fahri sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Nanti ajalah gue suruh dia ke kantin kalau udah jam istirahat." Tambahnya dan langsung masuk ke dalam kelasnya. Tidak lama setelah itu Rio pun masuk dan duduk di meja samping Fahri.

"Tumben datengnya duluan gue, biasanya juga lo udah nyampe duluan." Ujar Fahri yang menatap sahabatnya heran.

"Tadi gue nolongin Putri dulu." Jawab Rio yang membuat Fahri terkejut dan menatapnya penuh tanya.

"Tadi Putri jatoh terus pelipisnya berdarah, jadi gue bantuin dia buat ngobatin lukanya, tapi lo tenang aja dia gak kenapa-kenapa." Jelas Rio seolah dia tahu apa yang akan Fahri tanyakan padanya.

"Gue harus lihat keadaannya." Ujar Fahri hendak berlalu, namun ditahan oleh Rio.

"Lo gak lihat tu dosen udah masuk, lo maen mau keluar aja, bisa-bisa lo dikeluarin dan gak boleh masuk mata kuliah beliau lagi." Ucap Rio yang membuat Fahri membatalkan niatnya.

Fahri pun kembali duduk di kursinya dengan perasaan tidak tenang, dia khawatir dengan keadaan Putri, walaupun tadi Rio bilang Putri gak kenapa-kenapa, entah kenapa dia masih saja khawatir sebelum dia lihat sendiri keadaan Putri.

Rio yang sedari tadi memperhatikan Fahri pun hanya menatap sahabatnya itu heran. "Sebenarnya dia suka juga gak sih sama Putri? Tapi kalau suka kenapa dia malah deketin cewe lain." Batinnya.

Setelah pembelajaran selesai, Fahri langsung bergegas menuju kelas Putri, dan ternyata dikelas Putri masih ada dosen yang sedang menjelaskan. Ia pun menunggu di depan kelas itu hingga kelasnya bubar.

Setelah dosen dan beberapa mahasiswanya keluar, Fahri langsung mencari Putri.

"Eh Fahri ngapain kamu disini?" Tanya Riana yang kembali so manis saat di depan Fahri.

"Aku cari Putri, Putrinya ada di kelas kan?" Tanya Fahri yang membuat Riana mengepalkan tangannya, rasanya ia ingin mengeluarkan emosinya sekarang. Akan tetapi dia menahan emosinya agar Fahri tetap percaya padanya dan rencananya selama ini tidak akan sia-sia. "Ada ko, masuk aja."

"Oke makasih yah." Ucap Fahri dan langsung masuk ke dalam kelas.

Saat Fahri masuk ke dalam kelas, Riana pun mulai merasa takut jika Putri akan mengadukan semuanya pada Fahri dan mengabaikan ancamannya tadi, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Fahri masuk ke dalam kelas. Terlihat Putri yang sedang membereskan buku pelajarannya, dengan luka di pelipis matanya.

"Put kamu gak kenapa-kenapa kan? Kata Rio kamu jatoh." Ujar Fahri yang membuat Putri terkejut.

"Ih kapan kamu dateng, ko tiba-tiba ada disini." Ucap Putri.

"Kalau ada yang nanya itu dijawab bukan balik nanya." Omel Fahri.

Putri menghela napasnya kasar, ia melihat Riana yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan tajam, seperti siap menerkam jika ia berbicara yang sebenarnya.

"Aku cuman jatuh aja ko, terus ke bentur meja." Ucap Putri bohong yang membuat Riana menyunggingkan bibirnya.

"Ternyata dia takut juga sama anceman gue." Batin Riana.

"Lain kali kamu hati-hati dong, tadi pagi kamu nyuruh aku hati-hati tapi kamunya sendiri ceroboh. Harusnya kamu itu lihat jalan, masa bisa-bisanya jatuh terus kepentok meja lagi, gimana kalau kamu kenapa-kenapa, apalagi kalau sampe amnesia terus kamu lupa sama aku, kan bahaya." Omel Fahri panjang lebar.

"Aduh tuan Fahri, tuan Putri ini cuman kepentok meja dan dia gak kenapa-kenapa ko, jadi gak usah cerewet kaya emak-emak yang marahin anaknya gitu dong." Kini yang berbicara bukan Putri melainkan Hanin yang berada di kursi samping Putri.

Putri pun hanya terkekeh mendengar omongan Hanin, dan Fahri saat ini tengah menahan malunya karena ia sadar kalau dia terlalu berlebihan. Riana yang sudah merasa muak dengan tingkah mereka pun memilih keluar dengan wajah yang sudah memerah menahan emosi.

"Put tadi mamah aku nitip makanan ini buat kamu." Ucap Fahri sambil mengeluarkan sekotak makanan itu.

"Wahh Mamah dewi baik banget, tolong bilangin makasih yah." Ucap Putri antusias.

"Mamah bilang, kamu harus sering-sering lagi maen ke rumah, kangen katanya." Tambah Fahri.

"Iya nanti aku maen ke rumah kamu." ucap Putri dengan senyumnya.

Fahri pun merasa lega karena Putri ternyata memang baik-baik saja."Ya udah aku pergi dulu yah, masih ada kelas soalnya. Awas ya lain kali harus hati-hati." Ucap Fahri sebelum berlalu dari kelas Putri.

Senyum Putri pun mengembang, ia sangat senang Fahri begitu perduli padanya, walaupun di hatinya masih merasa takut dengan ancaman Riana. Sebenarnya ia ingin sekali memberitahu Fahri kejadian sebenarnya, tapi ia takut ancaman Riana itu benar terjadi.

"Ciee yang senyum-senyum terus. Sebenarnya Fahri itu sahabat kamu, ayah kamu, pacar kamu atau suami kamu sih, sampe perhatian banget kaya gitu." ledek Hanin.

"Ih apaan sih Han." Ucap Putri yang tersipu malu.

Hanin pun tertawa puas, namun tidak lama kemudian wajahnya kembali serius. "Oh iya Put, emang kamu beneran cuman jatoh terus kepentok meja." Tanya Hanin penasaran yang membuat Putri terdiam.

"Apa aku beritahu Hanin aja soal ini." Batinnya.

"Put" Panggil Hanin saat melihat Putri malah melamun.

"Eh iyaa Han, malam ini kamu ada acara gak? Kalau engga, kamu nginep dirumahku yu, kebetulan ayah aku lagi keluar kota. Nanti aku bakalan ceritain semuanya sama kamu." Ajak Putri.

Hanin terdiam sejenak dan menatap Putri curiga,
"Sepertinya memang ada yang disembunyiin sama Putri." Batinnya.

"Aku gak ada acara sih, tapi aku ijin ke orang tua aku dulu yah. Tapi Insya Allah mereka pasti ngijinin kalau sama kamu." Ucap Hanin yang diangguki oleh Putri.

~•~•~

~•~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hatiku Tertambat, Cintaku Tumbuh [End] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang