00 : Prologue

7.4K 321 34
                                    

Kisah ini sekilas biasa saja.

Hanya seputar kehidupan insan biasa yang disaji sedemikian rupa.

Karakternya bahkan jauh dari kata sempurna.

Hidupnya juga tergolong biasa saja, bahkan sangat monoton sepertinya.

Hingga suatu hari sebuah peluang muncul mengubah hidupnya.

Sedikit demi sedikit ia mengerti apa yang namanya peduli.

Peduli akan sahabat, keluarga, bahkan cinta yang tak pernah ia jejaki.

Namun satu hal yang pasti.

Bahagia tidaklah kekal, perlu beberapa taburan air mata agar semuanya seimbang.

Jadi, apa lagi yang ditunggu?

Mari kita mulai kisah ini.

Garis bibir itu melengkung membentuk sebuah sabit senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Garis bibir itu melengkung membentuk sebuah sabit senyuman.

Matanya berpendar menjelajahi ruangan sederhana yang selalu menjadi favoritnya.

Ini kamar malaikatnya.

Malaikat hebat yang membawanya melihat seperti apa dunia.

Namun sayang, sosok malaikat itu sudah sirna dibawa kejamnya fana.

Si gadis masih tersenyum lebar. Di saat-saat seperti ini ia mencoba tegar.

Dipandanginya sebuah bingkai foto usang berisi gambar wanita muda.

Cantik.

Sosok itu memang secantik hatinya. Pantas saja ayahnya menggilai sosok malaikat itu hingga waktu kian mengikis.

Tiba-tiba lamunannya buyar kala suara pintu terdengar.

"Sayang, ayo makan." Seorang wanita berumur hampir enam puluh tahun itu berjalan mendekatinya. Ia usap kepala gadis itu dengan lembut seolah-olah tahu betul seperti apa isi hatinya.

Gadis itu menoleh seraya tersenyum.

"Aku belum lapar, Nek. Nenek makan duluan aja." Bisa ia lihat sang nenek menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Yasudah, kalau lapar langsung ke dapur." Wanita tua itu berjalan dengan anggun untuk keluar dari kamar. Namun sebelum keluar, ia masih menyempatkan diri untuk menatap gadis muda yang berdiri tidak jauh darinya itu.

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang