Outline Katanya Membantu, Memang Iya?

1.2K 171 33
                                    

Halo! Silvia di sini, yey!

Ada yang kangen? Enggak. Oq.

Dikarenakan tempo hari ada sharing mengenai keluhan penulis di salah satu grup yang gue singgahi, asek. Jadi, di sini gue membawakan part baru. Sambil menunggu rekomendasi cerita thriller/mystery, fantasy, science fiction, action, etc. yang di-request sama salah satu pembaca, jadi gue bawakan ini dulu ya.

Banyak banget (enggak juga sih, gue aja yang hiperbola wkwk) yang mempertanyakan persoalan,

apakah outline dapat membantu kita?

Lalu, bagaimana outline yang efektif itu sih?

Ada enggak tips khusus kalau semua tips yang udah dianjurkan penulis dilakukan, tetap enggak bisa nulis?

Tenang, santai aja oke. Bacanya juga santai aja ya, enggak usah tegang. Sebelum mulai, gue mau menegaskan satu hal ya. Semua tulisan ini adalah tulisan yang sebenar-benarnya ditulis atas pendapat gue dan beberapa teman, oke. Jadi, buat yang baca enggak setuju sama opini gue atau teman gue, enggak apa, boleh komentar asal pakai bahasa yang manusiawi gitulah ya wkwk. Intinya santai aja oke, lu komentar santai, gue juga santai kok. Kalau emang ada salah kata atau kekeliruan, boleh komentar juga. Tapi ya tetap pakai bahasa yang manusiawi ya.

Dan juga, kalau kita beda haluan (ya apaan banget anjir wkwk) bukan berarti lu atau gue salah oke. Semua punya persepsi masing-masing. So, meminjam kata dari Ka Gita Sav, ini adalah sesi beropini ala Sil. Cekidot!

#SilBeropini
Outline katanya membantu, memang iya?

Teruntuk kalian semua yang membaca ini, semoga dapat membantu opini ala kadarnya dari Sil.

Balik ke topik, soal outline yang udah ribuan kali dibahas di grup kepenulisan, penulis ternama, seminar bahasa, dan lainnya. Buat yang belum tahu soal outline, bisa dibuka kembali part "Dikendalikan Oleh Khayalan atau Mengendalikan Khayalan" di situ ada pengertian singkat mengenai outline.

Menurut gue sih ya, outline itu membantu banget. Eitsss, tahan jangan komentar dulu wkwk. Outline sangat membantu karena begini kawan. Kalau mau bangun rumah, yang dilakuin sebelum bangun 'kan buat kerangka dulu ya, pondasinya dulu nih. Baru rumahnya dibangun sesuai kerangkanya. Tapi outline sendiri ini, lebih dari sekadar pondasi. Punya outline bukan berarti harus sama persis dengan apa yang ditulis. Outline lebih dari itu, dengan outline cerita bisa lebih berkembang dan sesuai dengan tujuan awal penulis.

"Kalau enggak suka pakai outline gimana?"

Konsekuensinya harus pandai-pandai improve cerita dan ingat-ingat biar enggak keluar jalur. Tapi, hal itu cuma 30% aja sih berhasilnya. Karena, gue sendiri dari sekian banyak cerita, baru Biru dan Langit aja yang tamat. Itu pakai outline kasar dan ending-nya pun itu diubah WAKAKAK.

Cerita lain kaya Broken Heart dan Seventeen Flares Inside You cuma bermodal premis aja, asli. Pas eksekusi memang susah banget untuk menulisnya. Kadang kalau mood lagi buruk, malah ambyar karena enggak adanya outline juga.

Selama ini, kebanyakan penulis pemula berpikiran bahwa outline itu harus diikutin bahkan ke titik komanya aka kita sebagai orang yang membuatnya pun enggak bisa otak-atik. Udah macam UUD aja, padahal UUD sendiri pernah mengalami amandemen. Namanya manusia pasti enggak luput dari kekeliruan, ketidaksempurnaan, jadi bagi gue wajar aja kalau lu buat outline dan enggak ngikutin 100%. Tapi ....

Kalau outline cuma buat pajangan alias enggak dipakai karena seluruhnya diubah, ya mending buat ulang outline aja. Daripada outlinenya cuma buat pajangan, kasian wkwk.

[K1] Bad Things in Wattpad ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang