Sekolah edelweis ramai pagi-pagi, murid laki-laki ataupun perempuan berkerubungan memenuhi lapangan, upacara dimulai dengan khidmat. Tak ada satupun murid yang berbicara, kecuali mereka mengibaskan sebelah tangan mereka karna panas, cahaya matahari pagi itu cukup menyengat. Keringat mengucur dipelipis mereka.
Cowok dengan kelakuan santainya berdiri dengan khidmat, seolah memperhatikan upacara dengan khusyuk. Ia memperhatikan sekitar mencoba menghilangkan kejenuhannya. Matanya menangkap gadis itu, gadis dengan muka galak dan juteknya, gadis itu benar-benar menantangnya. Sebelumnya tak ada bahkan belum pernah ada yang bersikap seperti ini padanya, dan baru kali ini ia temukan, benar-benar menarik.
Ia tersenyum licik, terus memperhatikan dari jauh, sebelah tangannya merapikan poninya dan kembali menaruh topi ditempatnya.
"Lia Arunika, lo benar-benar menarik. Lo pantes mati paling akhir, lo..cewek paling berani" terkekeh pelan, kepalanya memilih menghadap kedepan, melanjutkan aktivitasnya.
Kepala sekolah berdiri membawa sebuah berita bagi seluruh murid Edelweis. Mengenai perjalanan sekolah yang pastinya butuh persiapan banyak, beberapa sudah sekolah sediakan, sebagian murid-murid akan diberitahu oleh wali kelasnya masing-masing. Membubarkan murid-murid untuk kembali kekelas, Arka malah membelokan dirinya ke gudang sekolah.
Kakinya berjalan cepat, semakin lama berlari kecil, ia tidak boleh kalah cepat.
Sesampainya ia didepan gudang sekolah ia mengeluarkan ponselnya menelpon seseorang, menunggu beberapa saat sebelum akhirnya terdengar suara diseberang sana.
"Jadi...besok kita bakal memulai rencana"
~~~
Mayat perempuan tergeletak menggenaskan dipojokan dinding, darah telah menempel banyak disekitar mayatnya.
Namun, gadis itu masih betah berdiri disitu memperhatikan sekitar, melihat pekerjaannya yang hampir selesai, tinggal membereskan bercak-bercak darah ditangannya dan dilantai."Akhirnya beres" mengibaskan tangannya sekali membersihkan darah yang lengket ditangannya, ia tersenyum kecil.
"Hemm, gue apain nih mayat. Gue buang apa gue jual aja organ tubuhnya? Hemm nanti ajalah gue pikirin dulu." Ia membalikan badan, menghampiri wastafel, mendongak kepalanya menghadap kaca bundar kecil yang masih nampak baru. Ia mencuci tangannya sambil terseyum kecil.
"Besok pertunjukan apa yang bakal gue tampilin ke mereka? Apa perlu gue bikin mereka menjerit ketakutan? Apa perlu gue teror dulu? Haha pasti bakalan seru" ujar nya riang, ia benar-benar menantikan hari itu.
Ia membalikan tubuhnya, berjalan kearah pintu coklat lusuh. Tubuh kecilnya menghilang tertelan pintu, menyisakan bau anyir yang sangat menyengat.
~~~
Besok adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh murid Edelweis, berbagai peralatan dan barang sudah tertata rapi tinggal disusun sebentar lagi semuanya beres. Semua sudah tertata sempurna, hingga tunggu saja hari esok maka mereka semua berangkat meninggalkan sekolah.
Vina membereskan beberapa barang yang akan dibawanya, memindahkan baju dari lemari kedalam tas yang berukuran sedang. Dirinya nampak sibuk mengurus segala hal, memasukan sabun, shampo, pasta gigi dalam satu wadah, kemudian ia mengambil handuk, beres.
Ia menatap puas, kemudian berbaring disebelah ranselnya, ia mengambil handphonenya. Mulai menghubungi Lia, menanyakan apakah ia jadi menginap dirumahnya. Namun, alisnya bertaut mendapat nomor tidak dikenal, ia dengan cepat membuka percakapannha dilayar.
08975***
Hay, save ya?
Ini gue, Arka. Temen kelas lo:)Setelah membaca pesan tersebut, Vina berjengkit. Ia bingung bagaimana lelaki itu mendapatkan nomer ponselnya? Bukannya nomernya pribadi? Lalu bagaimana bisa? Apakah dari sekolah? Entahlah. Mulai mengetikan balasan, udara disekitar seakan melingkupinya hidup-hidup, memilih mengabaikan ia membalas chat itu.
Vina:
Iya udah gue save.Arka:
Makasih, oiya Vina?
Besok kalo dibis sekolah
Gue boleh duduk bareng
Sama lo? Ada hal penting yang mau gue omongin, boleh?Alisnya mengerut semakin dalam, baru saja meminta disave nomornya, kemudian memintanya untuk duduk bersebelahan, hah! Cowok ini sok sksd banget, ia jadi males meladeninya.
Dikejutkan oleh suara notif chatnya lagi, ia kemudian membuka layar ponselnya.
Arka:
Gamau ya?
Oke gapapa kalo ga mau,
Tapi gue harap si lo mau:)Vina:
Besok gue duduk sama Lia.
Jadi, maaf ya?Diseberang sana, Arka terkekeh geli sendiri, ia benar-benar memaksa gadis ini untuk duduk dengannya, walaupun ia sendiri tidak yakin ajakannya akan diterima. Namun, sayangnya dugaannya benar, ia mendesah berat bagaimana cara memancingnya, agar ia masuk dalam permainannya?
Pasti ada pertunjukan yang menarik, ia benar-benar menantikan hal ini. Acara apa yang akan ia tunjukan? Acara lari-lari mengejar mereka atau mengundang mereka masuk kedalam sarang pembunuh?
Membayangkannya saja sudah membuat ia tersenyum-senyum.
~~~
Hari ini telah tiba, semua murid berjejer rapi membentuk barisan seperti upacara. Satu persatu murid memadati lapangan, menunggu namanya diumumkam ia akan masuk ke kelompok berapa. Melihat barisan sudah penuh dan berdesakan membuat Lia menghembuskan napas kasar, ia tipe jenis orang yang sangat anti keramaian. Benar-benar memuakan melihat begitu banyaknya manusia memenuhi lapangan. Ia memutar tubuhnya menuju tempat lain, ia hanya butuh udara segar dipagi hari.
Berjalan santai kepinggir lapangan. Namun, matanya malah mendapati Vina sedang mengobrol dengan cowok yang paling ia benci, menyipitkan mata tanda bahwa ia tidak suka dan enggan untuk berdekatan dengannya. Memilih mengabaikan dan terus berjalan kearah kantin, tapi sebuah suara yang cukup nyaring menghentikan pergerakannya. Bahkan beberapa anak yang ada disekitarnya ikut menoleh tertahan. Langkahnya berhenti namun tidak membalikan diri, masih tetap pada posisinya.
"Lia denger ga sih gue panggil? Sini dong sebentar ajaa" Memasang wajah datar ia membalikan tubuh namun tetap tidak melangkah menghampiri, ia menyorot matanya dalam-dalam menatap Vina, enggan bertubrukan netra dengan cowok beralis tebal itu. Vina menyengir lebar menampakan urutan giginya yang rapih, ia mengibaskan tangannya menyuruhnya mendekat.
Lia makin menurunkan kelopak matanya, ia malas dan hanya diam ditempat, padahal cuaca nya sedang panas-panas nya. Tapi ia tidak terganggu dengan cahaya yang menyengat itu.
"Liaaaa sinii denger ga si gue ngomong??" Vina menyorotkan cengirannya, tergantikan dengan bibirnya yang maju kedepan, cemberut.
"Lo yang butuh, dateng kesini." Vina makin dibuat kesal namun tetap melangkahkan kakinya mendekat, melihat keduanya berinteraksi membuat Arka terkekeh pelan, menggemaskan. Ia memilih menatap ekspresi yang dikeluarkan Lia, sangat menarik bukan? Wajah cantik namun sangat datar, matanya yang indah tapi hanya menyorot tajam.
Jutek
Judes
Semua paketan lengkap seorang Lia Arunika. Ia diam-diam menyuarakan kejelekannya meski ia suka. Arka malah tertawa dengan suara yang berseru dihatinya, masih menatap cewek jutek itu ia sembari melihat sekeliling, banyak murid yang membawa tas besar dan tentengan, semua persiapan benar-benar sudah 98%.
Ia mengernyit heran melihat betapa banyak barang yang dibawa oleh kaum hawa, apakah barang yang dibawanya penting semua. Sudahlah lupakan, buat apa ia memikirkan hal yang tidak penting? Haha lucu sekali.
Ia benar-benar menunggu hari ini, pasti gadis berdarah pembunuh itu sedang menyiapkan sesuatu, ia harus memerankan seperti apa ya? Apakah ikut membantu atau menonton pertunjukannya? Ahhh itu pasti sangat seru, ia terus terseyum-senyum dalam hati. Matanya yang tajam hanya menatap satu objek, dibalik pilar spanduk yang besar, matanya menyorot dalam, tersungging senyuman kecil diwajahnya yang tampan bak dewa yunani.
![](https://img.wattpad.com/cover/187028924-288-k442262.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri kematian Risa
HorrorRank #3 kematian, 13-7-2019 Rank #2 kematian 14-7-2019 Pemenang wattys 2019 Namaku Risa Laila, aku remaja berusia 17 tahun. Hari ini adalah ulang tahunku, Seharusnya menjadi hari yang paling menyenangkan untukku, tetapi tuhan berkata lain.. kejadia...