Vina membawa semua barang masuk kedalam tenda.
Sesaat benda seperti kertas terjatuh, ia mengernyit bingung. Kertas itu bewarna pudar agak kekuningan, seperti amplop cuman lebih besar. Dengan penasaran ia membuka sedikit kertas itu, mengintip bagian dalamnya. Namun, ia menemukan tanda aneh, bukan aksen bahasa indonesia, namun bahasa yang tidak ia mengerti. Beberapa angka berderet membentuk lingkaran, seperti jam namun angka itu seperti sengaja diacak.
Ia meneguk salivanya kasar, ini simbol angka jam? Lalu hubungannya apa? Lingkaran? Jam? Surat? Taman anggrek?
Ia mengerjap tidak mengerti sesaat, lalu kembali ia melipat kertas itu berupaya menyembunyikan, ketika resleting tenda terbuka menampakan gadis dengan rambut hitam legam nya masuk, ia berkaca mata bulat hidungnya bangir mancung, alisnya tebal, bulu matanya terlihat begitu lentik. Dia masuk membawa beberapa tas kecil dan sebuah kotak kardus, menempatkan nya disisi kiri tempat barang-barang.
"Itu apa?" Tanya Vina penasaran.
Gadis itu menatap Vina kemudian menjawab, "oh ini? Ini barang yang nanti kita perluin buat acara nanti malam. Kita bakalan butuh barang ini."
Kemudian keduanya terdiam, yang satu membereskan barang sedangkan satunya berusaha menyembunyikan, gadis itu menoleh menatap Vina sebentar, ia mengernyit bingung. Vina kenapa diam memperhatikan dirinya?
Ia hanya merasa risih..
"Woi! Kok lu diem, nih beresin tas lu, kita satu tenda kan sama Lia? Nanti dia marah kalo tau kita belum beresin barang-barangnya."
Vina tersadar sesaat, ia kemudian membereskan cepat sekaligus menyimpas kertas itu kedalam kantong celana jeansnya. Ia berbalik arah ingin keluar tenda mencari kegiatan lain yang bisa ia kerjakan, meninggalkan gadis berkacamata itu sendiri didalam tenda.
Ia terlalu takut untuk mengatakan, bahwa ia baik-baik saja, sepertinya makhluk itu benar-benar mengincar dirinya, pasti permainan pembunuhan itu tidak akan berhenti sampai ia berhasil dibunuh, atau mungkin semua peran masa lalunya.
Ia kini rindu sahabatnya dulu, sahabat yang slalu ia lindungi. Namun berubah semenjak Mika datang, yah gadis itu..
Flashback on
"Lo tau ga Ris hal apa yang gue benci dari temen kelas kita itu?" Vina bertanya dengan nada sedikit kencang. Tapi tetap hanya mereja berdua saja yang bisa mendengar.
Dua gadis itu berjalan santai di koridor yang sepi, suasana juga sedang mendung. Mungkin sebentar lagi turun hujan, mengingat sedari tadi angin bertiup dengan sangat kencang. Risa menoleh menatap sebentar sebelum kembali fokus kedepan.
Ia mengulas senyuman kecil, berfikir sejenak. Apa salahnya juga ia berteman dengan Vina? Yah Vina.. gadis dengan sejuta keanehannya. Disaat semua orang menjauhinya dan menganggap nya seoongok sampah tidak berguna. Namun, Vina berbeda ia terus membela sahabatnya walau tahu ia pasti juga ikut dicaci maki.
"Vin.. ga baik ngomongin orang yang ga ada dihadapan kamu."
Vina berdecih mendelik sebal, ia melirik sekilas menatap kosong. Masih seperti dulu, Risa tidak pernah mau balik membenci orang yang menjahatinya, sekalipun nyawa Risa diganggu.
Pantes aja lo dijahatin mulu Ris...
Ia tidak lagi memberi pertanyaan. Karna itu sama saja membuang-buang tenaga.
Sesaat Risa berhenti menatap sedikit pintu gudang yang mereka lewati, Vina pun ikut menghentikan langkahnya. Ia mengernyit bingung, apa yang membuat mereka berhenti?
Risa memicingkan mata bulat cokelatnya, seolah-olah ia menyisir tempat itu dengan sekali pandangan. Kemudian ia berkedip setelah sadar apa yang ia lakukan akan mengundang pertanyaan. Ia berbalik masih demgan senyuman tipis diwajahnya, alisnya tebal, senyumannya begitu memikat. Tanpa polesan make up, dia tetap cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri kematian Risa
KorkuRank #3 kematian, 13-7-2019 Rank #2 kematian 14-7-2019 Pemenang wattys 2019 Namaku Risa Laila, aku remaja berusia 17 tahun. Hari ini adalah ulang tahunku, Seharusnya menjadi hari yang paling menyenangkan untukku, tetapi tuhan berkata lain.. kejadia...