Awal

592 21 3
                                        

Flashback on

"Aaaa pergi!! Pergi kamu jangan kesini!" Teriaknya nyaring menggema membelah malam, dia berusaha menahan air matanya yang ingin meluncur keluar. Bersamaan dengan itu, sosok tadi kian mendekat tidak menghiraukan jeritan gadis itu.

"Tolong, tolong biarin saya pergi, saya gak akan ganggu kamu." Ia terus meminta tolong walaupun keadaan taman itu gelap dan sepi. Tidak akan ada yang bisa menolongnya. Tidak akan. Melihat sekitar yang senyap semakin membuat Risa takut bukan main, ia tidak ingin di keadaan seperti ini, dia tidak ingin mati.

Perasaannya berkecamuk saat seseorang mengeluarkan benda tajam dari balik saku jaketnya, ia membuka lipatan benda itu hingga nampak bagian ujungnya yang mengkilap terkena cahaya lampu jalan.

Tubuhnya tremor dan tidak bisa bergerak kemanapun, hanya diam membisu tidak bisa melakukan apapun. Napasnya memburu, kakinya lemas seperti tidak bisa digunakan, ia melihat jalanan. Tidak ada barang yang dapat dijadikan buat tameng perlingdungan diri, hanya jalanan aspal yang kosong.

"Hai!" Sapa seseorang dibalik jaket itu dengan riang, Risa menutup matanya erat takut-takut. Dia bingung suaranya seperti perempuan, tidak ada nada laki-laki? Ia ingin membuka mata namun takut bahwa itu bukan orang yang dikenalnya

"Kenalin aku.." suara itu menghilang, suara yang nampak riang itu tak terdengar, karna sesaat mata ku mulai menutup yang kurasakan adalah gelap. Aku pingsan sepertinya

Flashback off

~~~

"Wooo gila gilaaa, ini bagus banget pemandangannya" jerit Rosa sesaat turun dari bus perkemahannya. Ia berlari-lari mengelilingi sekitar perkemahan. Nampak pepohonan pinus tumbuh dengan sangat tinggi, beberapa daunnya terlihat jatuh berserakan, menghias sekitarnya. Ditambah cuaca yang cukup dingin membuat kabut berkumpul di sekelilingnya.

"Setelah panasnya suasana kota akhirnya bisa ngerasain sejukkk" lagi dan lagi suara yang lain kian menyahut.

Lia menenteng tasnya yang ia bawa tidak cukup besar, namun berukuran sedang, Membawa satu tote bag ukuran mini. Bedanya ia membawa barang itu beda dengan yang lainnya. Kalo yang lain membawa tas besar, kalo Lia hanya membawa tas sedang.

Cewek emang gitu kan?

"Gue laper Li, kita cari makan yuk di warung itu" jemarinya yang kurus kian pucat menunjuk salah satu warung yang berada di kawasan kemah. Warung kecil dengan meja kayu yang berukuran sedang, beberapa kursi plastik tampak berjejer sembarang. Tidak terlalu banyak, ia juga memperhatikan warung itu sejenak. Nampak kayunya yang sudah lapuk pun melayu, ia meringis melihatnya. Ini bukan seperti warung, kayak tempat yang udah lama ga kepake.

Lia meringis dalam hati, ia kembali menatap Vina sepertinya gadis ini kelaparan, nampak ia melihat lihat makanan yang tersedia di depan warung itu.

"Lo yakin mau makan disana? Terjamin ga kesehatannya?"

Vina nampak berfikir juga, ia menggeleng kan kepalanya. "Yaudahlah gapapa, gue udah laperrr bangett" matanya nya nampak menyedihkan. Lia hanya menghela napas berat kemudian dirinya melangkah terlebih dahulu menghampiri warung itu.

"Cepet belinya, makannya deket pohon aja." Lia tidak bisa duduk disini, hawanya terasa asing, seperti ada hal yang janggal.

"Lah kenapa? Kenapa ga disini?"

"Vin..bisa kan nurut sama gue sekali aja?" Nadanya terdengar datar, seperti memerintah. Bukan memerintah, tapi memaksa.

"Iya-iya gue ngalah" Vina kemudian mengambil mie instan itu selagi dengan bumbunya yang belum dituang, namun sebelum tangan itu menggapai makanannya seseorang menahannya.

Misteri kematian RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang