Bernard

14.1K 1.4K 121
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌷🌷

Perubahan sorot mata jelas begitu berbeda di sana. Satu sama lain menilai apa saja yang membuatnya menjadi berbeda. Stephanie menaikkan alis memindai gadis yang tengah berdiri tepat di belakang Jeon Jonas. Gadis belia itu menilik sedikit, ingin melihat siapa kiranya wanita tinggi semampai yang tengah menatap lurus ke arahnya.

Pemindaian Stephanie mengenai gadis itu segera berlalu saat sebuah tangan menariknya agar segera angkat kaki dari rumah.

“Apa yang kau lakukan?” Stephanie berteriak kesal, kali pertama tangannya dipelintir ke belakang bak tahanan polisi.

“Jeon..” Stephanie meringis, meminta dengan wajah memelas agar Jeon Jonas membantunya.

“Aku akan berbicara denganmu nanti,” sahut Jeon Jonas lantas menarik Melissa ke dalam kamarnya.

“Lepaskan aku Hans!” Kali ini Stephanie memasang raut wajah seperti monster, ia menghentakkan tangan lalu memberi tamparan di pipi kiri pria yang berani menyakiti tangan putihnya.

“Kau pikir Jeon Jonas akan mentolerir kelakukanmu ini padaku?” ancam Stephanie dengan tatapan nyalang. Sementara Hans masih setia dengan wajah datarnya sembari menggerakkan kepala menoleh pada wanita di depannya.

“Siapa dirimu berani mengancamku? Aku tangan kanan Jeon Jonas, sedangkan kau hanya wanita yang dibayar sebulan sekali untuk menuntaskan hasratnya.” Stephanie berdecih angkuh lalu melipat tangannya di depan dada.

“Seorang Jeon Jonas selalu membutuhkan wanita yang dibayar sebulan sekali sepertiku, dia tidak akan mampu meninggalkanku,” ucapnya.

“Kau pikir kenapa selama ini Jeon Jonas tidak mengunjungimu?” Hans menandas disertai seringaian.

“Keparat kau!” Kembali Stephanie ingin melayangkan tangan dan secepat itu pula tangannya kembali dipelintir ke belakang.

“Lepaskan!” Stephanie meronta namun tanpa belas kasihan Hans menariknya keluar dari rumah.

🌷🌷

“Tadi itu siapa?” Jeon Jonas tahu kebohongannya akan semakin menumpuk di udara, bahkan untuk menjawab pertanyaan dari gadis itu ia harus kembali berdusta.

“Teman kerja.”

“Lalu kenapa Paman membawaku ke sini?” Melissa merasa sesak berada di ruangan serba hitam milik Jeon Jonas, bahkan pria itu tanpa sebab mengurungnya di dinding bersama kedua tangan kokoh berotot yang Melissa yakini muncul karena sering berolahraga.

“Paman tidak jadi makan?” tanpa ingin menerima jawaban dari pertanyaan sebelumnya Melissa bertanya sekali lagi.

“Sudah lewat jam sepuluh, sebaiknya kembali ke kamar dan tidur.”

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang