BBQ

8.9K 1.1K 258
                                    

Tidak ada yang lebih diinginkan Jeon-Jonas selain perayaan besar-besaran di hari pernikahan mereka, sebelum itu ia sudah merencanakan untuk mengadakan pesta barbeque di kediamannya. Melissa dapat mengundang teman-temannya, hanya teman yang benar-benar dekat, dan Jeon-Jonas sendiri juga membebaskan anak buahnya untuk ikut berpartisipasi. Untuk pesta pernikahannya yang diadakan lusa, Jeon-Jonas tidak mengundang siapa pun kecuali Krista, livy dan ayahnya, sedangkan Melissa sudah lebih dahulu mengundang ke enam temannya. Jeon-Jonas tahu setelah ia bercerita bahwa Krista bersikeras akan menjadikan ballroom hotel miliknya sebagai tempat pernikahan mereka dan ia tentu tidak dapat menolak, terlebih karena Melissa juga menyetujuinya.

“Paman, apa kita memang harus ke dokter?”

“Ya, apa kau takut?”

Melissa memandang lurus perutnya.

“Apa mereka akan menyuntikkan sesuatu?”

“Tidak, mereka tidak akan menyuntik. Tidak suka disuntik?”

Ya, because it hurts, and I thought I would never like it.”

Jeon-Jonas terkekeh samar kemudian membelai pelipis wanita itu dengan lembut.

“Ouw, kalau begitu aku juga akan benci jarum suntik.”

Mereka sedang duduk berdua di dalam mobil, rencananya akan memeriksa Melissa yang pagi-pagi tadi merasa mual dan Jeon-Jonas panik luar biasa dengan mengumpulkan semua pelayan, mengira ada yang berniat meracuni Melissa-nya.

Tapi kemarahannya akhirnya hilang ketika tidak ada tanda-tanda kejahatan dan teringat bahwa Melissa pernah membahas tentang kehamilan. Itu sebabnya mereka kini sedang menuju rumah sakit, untuk memastikan apa benar ada bayi di dalam perut kecil wanita itu atau justru sebuah hal buruk.

Melissa masih tampak gugup ketika mobil yang dibawa Jeon-Jonas semakin jauh dari kediaman mereka. Wanita itu terus-menerus menatapi perutnya dan akan mengalihkan perhatian jika Jeon-Jonas mengelus jemarinya.

Well, Pinky. Aku rasa akan lebih baik jika kita hanya akan membeli alat cek kehamilan.”

Melissa mengerjap-erjap. “Jadi—kita tidak akan ke rumah sakit.”

“Ya, seperti yang kau inginkan, bukan?”

Melissa tersenyum lebar, mengangguk membenarkan.

“Sebagai gantinya, mungkin aku yang akan menyuntikmu.”

Melissa menggeleng, menolak disuntik. “No.”

Why no? Aku pernah menyuntikmu, lupa?”

“Paman tidak pernah.”

“Pernah, Sayang. Oh, aku rasa aku perlu mengingatkanmu, nanti."

Melissa masih sibuk mengingat kapan ia pernah disuntik oleh pria itu ketika Jeon-Jonas menepikan mobil di depan sebuah toko swalayan.

“Tetap di sini, aku yang akan turun.”

Melissa mengangguk, membiarkan pria itu turun sendirian dan masuk ke dalam toko untuk berbicara dengan seorang pramuniaga. Ia menumpukan wajah ke atas dashboard lalu memperhatikan bagaimana Jeon-Jonas berbicara pada pramuniaga wanita itu sembari menunjuk beberapa benda. Ada dua pramuniaga wanita lain yang ikut bertanya mengenai keperluan pria itu dan Melissa sudah merasa tidak suka ketika kedua wanita itu seolah sedang menggoda Jeon-Jonas dengan mengumbar senyum dan mengibas rambut.

Ia mengerucutkan bibir lalu dengan cepat menuruni mobil dan masuk ke toko hanya untuk merangkul lengan Jeon-Jonas. Ketiga wanita itu memandang Melissa lurus-lurus, Melissa membalasnya dengan menatap mereka dengan tatapan sengit. Jeon-Jonas tersenyum samar lalu mengusap rambut Melissa dengan gemas.

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang