Broke

7K 1K 143
                                    


Ketika Melissa kesusahan membawa boneka hiu pemberian Ben, Maggie dan Ava baru muncul setelah berendam di dalam Jacuzzi tub, sudah berpakaian rapi, karena sadar kalau mereka bukan di kamar sendiri. Kedua wanita itu menganga mendapati betapa besar boneka yang kini diseret oleh Melissa.

Shark doll!” seru Ava dengan mata berbinar.

“Siapa yang memberimu itu?” tanya Maggie, duduk di tepi ranjang.

“Paman Ben,” jawab Melissa, mengembuskan napas lega begitu boneka hiu itu sudah diletakkan di atas ranjang.

“Wow, aku mencium aroma Hans kedua,” kekeh Maggie.

Ava mengangguk. “Ben sudah pasti menyukaimu.”

“Kenapa kalian berpresepsi seperti itu hanya karena Paman Ben memberikanku boneka?”

Listen. Meski tidak mengenal jauh, aku tahu Ben itu bukan tipe yang mau repot-repot membelikan sesuatu untuk seseorang, apalagi itu boneka. Well, mungkin kau menganggapnya hanya sebatas hadiah pernikahan. Tapi itu Ben. Ben yang sangar, yang menyeramkan, yang hanya patuh pada Jeon-Jonas. Mengapa dia tidak memberikan hadiah pernikahan itu pada Jeon-Jonas? Dia mungkin akan mendapatkan pujian, karena harusnya memang itu yang dia inginkan. Tapi dia menjumpaimu langsung, ketika Jeon-Jonas tidak ada, dan itu boneka hiu, dan … sebesar ini.”

Ava mengangguk-angguk, sementara Melissa tidak ingin berpikir jauh mengenai hal itu. Ia sudah memiliki Jeon-Jonas, dan meski fakta itu benar, ia akan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Karena, Hans sudah tumbang karena mencintainya, ia tidak ingin Ben merasakan hal yang sama.

“Jadi, bagaimana rasanya berendam di dalam jaguzzi?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.

“Setelah berendam, aku merasa seperti menemukan tujuan hidup,” sahut Ava, tersenyum solah menemukan hal paling berharga.

Maggie memutar bola mata jengah.
Kemudian, Ava tiba-tiba terlihat antusias. “ Bagaimana malam pertama kalian, ceritakan pada kami,” ucapnya.

Maggie segera menyenggolnya, akan tetapi Ava masih tampak penasaran.

“Ya—kami tidak melakukan apa-apa.”

“Serius? Bahkan setelah yang kami lihat di kolam? Jeon-Jonas tahan?” sambung Ava.

“Kami hanya tidur bersama.”

“Dalam artian sesungguhnya?” tanya Maggie. Melissa mengangguk.

Ava lalu tertawa geli. “Pasti karena lelah setelah proses pernikahan. Mungkin nanti, Magg,” godanya.

“Kalian tidak boleh membicarakan itu di depanku,” dengus Melissa.

“Kenapa? Itu wajar, lagi pula kami membicarakannya karena kau sudah menikah. Kau sudah menjadi istri, dan kami cukup penasaran untuk tahu banyak hal,” balas Maggie.

Ava menyenggol Melissa, melanjutkan godaannya. “Yang sudah menjadi istri,” kekehnya.

Melissa mendengus kecil. “Aku sudah gagal menjadi istri.”

“Hah?!”

“Aku bangun terlambat, tidak membuat sarapan, dan Jeon sepertinya akan menyesal menikahiku.”

“Ya ampun, Mel. Kenapa kau harus melewatkan hal penting seperti itu? kau tahu kasus-kasus sekarang? Banyak suami yang berselingkuh karena tidak puas dengan pelayanan istrinya. Kau mau itu terjadi?” ucap Ava.

“No! Jeon itu milikku!”

“Jeon-Jonas tidak mungkin berpaling,” ujar Maggie.

“Bisa saja, kau lupa kehidupan Jeon-Jonas dulunya seperti apa?” Ava mendelik, memasang wajah dramatis. “Jadi, Mel. Kau harus melakukan sesuatu mulai dari sekarang. Hal paling kecil adalah membuatnya nyaman di rumah. Kau harus waspada kalau dia lebih sering di luar, itu tanda-tanda kalau dia sudah tidak tahan di rumah.”

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang