Uncle, i'm scared

12.7K 1.2K 213
                                    


Pendek---- Pendek----

Melissa seharusnya sadar kalau ia sendiri yang telah menggiring seekor serigala untuk memangsanya. Jeon Jonas telah membawa mereka pada posisi yang membahayakan, menyulitkan Melissa untuk keluar.

Ketika Jeon Jonas masih terus menghabisi bibirnya dengan pagutan bertubi-tubi, Melissa menurunkan tangan, melemas karena sejak tadi menggantung di leher pria itu. Kesiap tajam ia keluarkan saat tangan itu tidak sengaja telah menyentuh kekerasan Jeon Jonas.

Jeon Jonas menunduk, tersenyum miring ketika wajah wanita itu memerah padam, mereka sama-sama tahu bahwa yang terjadi selanjutnya akan lebih menyenangkan.

Open it.” Melissa menggeleng keras, mengaku bersalah karena menyentuh pria itu di tempat yang salah.

“Dia tidak akan menerkam tanpa kusuruh.”

Melissa semakin memerah, semakin menggeleng keras dan Jeon Jonas ingin sekali menjelaskan bahwa tidak, sesuatu di dalam celana itu tidak akan meledak ketika Melissa membukanya. Itu lunak dan jinak.

Jeon Jonas mengulum senyum melihat wanita itu berniat menyembunyikan wajah. Ia menciumnya lagi, sekilas, hanya agar wanita itu tidak merasa takut karena sempat menawarkan hal yang berbahaya. Tapi bukan berarti Jeon Jonas akan diam saja, mereka akan tetap melakukannya.

Jadi, saat wanita itu lengah dalam memperhatikan gerakannya, Jeon Jonas membaringkannya, merangkak lebih dekat dan membayangi wanita itu dengan tubuhnya.

Uncle.” Melissa tahu, itu mengapa kini ia merasa cemas. Sementara Jeon Jonas kembali menenangkan wanita itu dengan kecupan-kecupan ringan di pelipis. Karena untuk kali ini, ia tidak yakin akan lembut seperti pertama kali. Mungkin—ia akan menjadi brutal, kendati tetap berusaha lembut, dan mungkin—akan menghancurkan wanita itu dengan kegilaan yang tidak pernah ia perlihatkan.

Tapi yang lebih penting untuk sekarang adalah, he need to show how dominant he can be.

Jeon Jonas merunduk, mencegah dirinya sendiri untuk tidak mengoyak pakaian wanita itu alih-alih membukanya pelan-pelan. Ketika kulit wanita itu terpampang dengan bra hitam yang tampak manis, pria itu menunduk menenggelamkan wajahnya di sana. Melissa menggeliat karena geli.

Tanpa ingin berlama-lama, Jeon Jonas menyelipkan jemarinya ke belakang punggung wanita itu, melepas kaitan bra yang sempat membuatnya menggeram lalu—seketika memenuhi matanya dengan kesima.

Has someone ever told you how cute these , Pinky?”

Tentu saja tidak! Jeon Jonas menjawab pada dirinya sendiri. Sebab ini kali pertama seseorang melihatnya selain wanita itu. Dan tidak ada satu pun yang bisa menggantikan Jeon Jonas untuk memuja keindahan tersebut.

Ketika pemikiran itu muncul, Jeon Jonas tidak menunggu untuk melahap wanita itu, mengisap sebanyak mungkin, menimbulkan satu erangan lolos dari mulut Melissa yang kemudian segera Jeon Jonas bungkam dengan lumatan lembut.

Tangan pria itu merayap ke bawah, menekan kelembutan Melissa hingga memekik tertahan. Oh, persetan. Jeon Jonas segera melepas pakaian, membuat mereka saling terbuka satu sama lain. Begitu Melissa mengetahui bahwa pria itu telah siap mengobrak-abrik tubuhnya, ia bergumam dengan lirih.

"I'm scared.."

It won't hurt you anymore, Pinky.”

Sebab mereka pernah melakukannya, dan harusnya untuk kali ini mereka hanya akan merasakan suatu kenikmatan yang sama-sama bisa mereka dapatkan. Tapi Melissa masih ingat hari itu, ia harus menahan sakit satu hari penuh, bahkan hari berikutnya masih takut untuk bergerak banyak. Ia tidak tahu bagian mananya yang salah, mungkin karena itu wajar untuk pertama kali—karena ia berlebihan—atau karena milik pria itu yang—

“Please..”

“Aku akan pelan-pelan.”

Melissa menggigit bibir, sementara pria itu telah menyiapkan diri, perlahan-lahan menyentuh dan Melissa menahan napas saat kekerasan itu tengggelam sempurna.

Uncle!” Lirih namun tajam. Jeon Jonas bersumpah bahwa Melissa terlalu sempit dan itu sedikit menyebalkan tapi ia suka.

Jeon Jonas bergerak, menciumi seluruh wajah Melissa seraya memegangi kaki wanita itu agar tidak meluruh karena lemas.

Ia mendongak, memperhatikan bagaimana wanita itu terengah-engah dengan mata tertutup. Dengan nakal, Jeon Jonas menyentak sedikit kuat, yakin bahwa kekerasannya sampai pada pusat terdalam tubuh wanita itu.

“Aww.” Pekikan Melissa yang kecil nyaring membuat Jeon Jonas tersenyum geli.

“Aww,” ucapnya meniru pekikan kecil wanita itu.

Melissa memberengut, menutup matanya dengan kedua tangan. Sedangkan Jeon Jonas masih tersenyum karena gemas. Ia lantas menenggelamkan wajah di dada wanita itu, memberi gigitan kecil di puncak merah muda yang kemudian menjadi lebih merah saat ia membuatnya basah dengan saliva.

Ahh..” Sial, Jeon Jonas menjadi lebih gila saat desahan itu terdengar. Gerakan pinggulnya semakin kencang, pada akhirnya memang dengan sialan justru membuat desahan wanita itu semakin sering terdengar.

“Uncle..”

“Pinky..”

Sebentar lagi, sebentar lagi mereka akan mencapai nirwana. Hanya sebentar lagi.

Uncle, I wan—I wannahh...” Melissa menekan ranjang, akan sampai.

Jeon Jonas ikut terengah rendah, ia melumat bibir wanita itu, menjilati saliva yang menempel di sudut-sudut bibir.

“Uncle..”

“Cum, Princess..”

Secepat itu, wanita itu menemukan kelegaannya. Ia tersengal, dadanya naik turun, berusaha meraup udara.

Remember that i'm so proud of you, Pinky."

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang