That's my good girl

8.2K 1K 171
                                    

Warning.
Mature content

Melissa tiba-tiba merasa kedinginan. Seingatnya, sebelum Jeon-Jonas pergi, pria itu sudah mengubah suhu pendingin udara, sudah meninggalkan satu mug cokelat panas untuk ia teguk selama pria itu pergi, dan telah berakhir di dalam perutnya.

Namun, seolah masih belum cukup, ia memanaskan air, membuat cokelat panas lain, dan sayangnya tidak selezat yang dibuatkan Jeon-Jonas.

Ia meneguknya perlahan, bersandar pada dinding sembari memperhatikan ruang tamu.

"Kenapa aku tidak boleh ikut?" tanyanya ketika melihat Jeon-Jonas sudah bersiap-siap. Pria itu tidak menjawab, hanya berbalik menatap Melissa dengan datar, lurus.

"Apa itu cukup mengganggu?" sambung Melissa.

"No. Ini tentang nyawa, and i want you to stay here."

Jeon-Jonas mendekat, membelai pipi wanita itu dengan menerbitkan sebuah senyum. Ia hanya ingin Melissa mengerti, bahwa selalu ada bahaya selama wanita itu bersamanya. Ia adalah gangster, pemimpinnya. Dan jika saja ia adalah orang biasa yang bisa mengajak wanita itu berjalan-jalan di semua waktu dan tempat, ia akan melakukannya setiap hari.

Tentu saja, ia akan melakukannya. Hanya poin-poin penting itu.

He just wanna love her, take her on cute dates, buy her food, and of course-fuck her every night.

Dan sepertinya, Melissa sudah menjadi jauh lebih dewasa. Wanita itu tidak merengek karena tidak ingin ditinggalkan, justru mengangguk dan mengulas senyum.

"Aku akan tetap di sini."

Kedua sudut bibir Jeon-Jonas tertarik ke atas. "Good."

Melissa meletakkan mug berisi cokelat panas buatannya di atas meja kaca. Anehnya, ia belum cukup puas dengan rasa hangat itu, ia butuh lebih hangat lagi. Ia segera beranjak menuju kamar tidur, memutuskan memakai pakaian yang lebih tebal.

Lemari pakaiannya ia bongkar, ia lihat satu per satu. Dan karena menemukan satu piama tidur berwarna putih, dan sepertinya ia belum pernah mengenakannya, ia melepas pakaiannya, berjalan menuju cermin dengan piama tersebut.

Srukk.

Ia terkesiap tajam, sudah akan memekik jika saja matanya tidak mendapati Jeon-Jonas, memeluknya dengan erat. Setelan pria itu yang masih rapi, juga aromanya yang segera menerobos masuk ke penciuman Melissa, membuat wanita itu nyaris melayang.

Bagaimana-bagaimana bisa pria itu semenggoda itu?

"Jeon?"

"Pinky..."

Panggilan menggemaskan itu berhenti ketika Jeon-Jonas lebih memilih mengecupi bahu Melissa, lengan-lengannya, hingga punggungnya yang terbuka.

Tidak, janin di dalam perutnya masih rentan. Sebelumnya Fay juga menjelaskan bahwa untuk beberapa minggu ke depan, ia diharuskan untuk menghindari hubungan badan, yang bersifat penyatuan.

Tapi Jeon-Jonas sebegitu menginginkannya, ia menggigit bibir, tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak ingin pria itu merasa kecewa, dan yang lebih parah-beralih pada wanita yang bisa menuntaskannya.

"Jeon..."

Jeon-Jonas masih enggan untuk berhenti. Alih-alih sekedar menyahut, pria itu telah melabuhkan kepalanya di cerukan leher Melissa. Dan masih belum merasa cukup, ia mengangkat tubuh wanita itu ke atas tempat tidur, menaruh kepalanya di dada yang menantang untuk dicumbu, lalu-

"I can't."

Ia berhenti di detik itu juga.

"Itu-akan menyakiti bayinya."

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang