Being a Jerk

6.2K 1K 198
                                    


Dengan tubuh berbalut gaun tidur berwarna putih, Melissa berlari menghindari Enna yang menyuruhnya tetap beristirahat di dalam kamar. Tadinya, Enna berniat mengecek suhu tubuhnya dengan termometer. Namun, karena ia terbangun tanpa memeluk apa pun, dan menemukan sisi ranjang sebelahnya kosong, ia memilih memasukkan termomoter yang baru dibeli oleh Enna itu ke dalam mulut, mencari Jeon-Jonas di seluruh tempat.

Begitu langkahnya mencapai pelataran rumah, ia mengeluarkan thermometer tersebut.

“Hatchii.”

Tatapannya mengedar, menemukan mobil Jeon-Jonas terparkir di tempat biasa, bersisian dengan mobil lainnya.

Ia berjalan ke taman, dan suaminya itu tampak tengah berdiri di lapangan golf, bersama Nevan dan empat anak buah yang lain.

Dengan bergegas, ia menghampiri pria itu, memeluknya dari belakang tanpa merasa risi dengan tatapan Nevan dan pria-pria yang berada di sana.

Jeon-Jonas berbalik, menaikkan alis saat melihat wanita itu mengulum thermometer di dalam mulut. Ia mencabutnya, tidak menunjukkan ekspresi apa pun ketika menemukan angka 37.8 yang tertera.

“Enna!!” Ia berteriak, dan wanita yang ia panggil cukup tergopoh-gopoh saat muncul dengan satu nampan kosong.

“Kenapa membiarkannya keluar?”

“Itu—itu—saya tadi—”

“Dia sakit dan kau membiarkannya keluar begitu saja?!”

“Maafkan saya, Tuan.” Enna menundukkan kepala, merasa bersalah.

“Jeon—aku baik-baik saja,” ujar Melissa.

Jeon-Jonas memelototi Enna, dan wanita itu segera menarik pelan Melissa agar kembali ke kamar untuk beristirahat.

“Jeon…”

“Enna!!"

Enna meneguk ludah susah payah.

“Ayo, Nona.”

Melissa mengerucutkan bibir, akhirnya mengikuti langkah Enna memasuki rumah. Ia hanya perlu beristirahat sebentar. Dan ketika suhu tubuhnya kembali normal, ia akan menemui pria itu.

🌷🌷

Sedari pagi, Melissa sudah meminum obat penurun demam dan menerima banyak makanan hangat yang katanya dapat digunakan sebagai pengganti obat. Enna akan sering masuk ke dalam kamar, mengecek suhu tubuhnya dan berakhir menyuruhnya tidur dengan menggunakan selimut meski ia merasa kepanasan.

Dan kali ini, ketika bangun dengan tubuh berkeringat, Enna tengah menata makanan di atas nampan.

“Kau sudah bangun?” Enna tersenyum hangat, menyodorkan segelas air putih hangat.

“Tidak ada yang dingin?”

“Yang hangat lebih baik.” Wanita paruh baya itu menempelkan telapak tangan ke dahi Melissa, tersenyum karena dahi wanita itu sudah tidak sepanas sebelumya.

“Jeon di mana?”

“Tidak tahu, aku tidak melihatnya sejak tadi.”

Melissa meneguk air putih di dalam gelasnya, memberikannya pada Enna untuk ditaruh kembali ke atas nampan.

“Aku akan mandi dan menemui Jeon.”

Enna mengangguk. “Aku akan menyiapkan air hangat, tunggu sebentar.”

Seperginya Enna ke kamar mandi, Melissa mendapat telepon video dari Ronny. Ia menerimanya, kemudian melihat Ronny yang menyapa dengan melambaikan tangan.

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang