Love

14.3K 1.3K 123
                                    

WARNING
MATURE CONTENT

Ketika malam akhirnya merajai bumi, mereka masih di posisi yang sama. Bertatapan dengan intens, seakan tatapan itu akan menembus dalam hingga melubangi kepala. Melissa sudah tidak peduli bagaimana cara Jeon Jonas menyelinap ke kamar, seorang gangster pasti bisa melakukan itu dengan mudah. Sementara Jeon Jonas menjadi tidak karuan, ia menginginkan Melissa dan gadis itu hanya melihatnya dengan tatapan polos.

Bagaimana cara menjelaskannya pada gadis ini?

Rupanya, meski sudah berumur dewasa, Melissa tetap sama. Tidak mengerti predator seperti apa Jeon Jonas, dan sebesar apa kebutuhannya. Gadis itu hanya menganggapnya seorang paman yang baik, paman yang lembut dan paman perhatian terlepas penjelasannya beberapa menit yang lalu.

Dari cara gadis itu tergeletak pasrah di bawahnya, Jeon Jonas mengakui bahwa Melissa mungkin adalah santapan makan malam yang lezat.

Tanpa berlama-lama, ia memagut bibir gadis itu, merasakan rasa manis Melissa yang merupakan kesukaannya. Tangannya merosot ke bawah, menekan lutut Melissa lalu melihat apa yang ada di sana. Betapa gadis itu sangat panas, pisau kecil dan sabuk garter itu alih-alih membuatnya menakutkan justru terlihat sangat menggairahkan.

Jeon Jonas menunduk, mengecup kaki jenjang itu, juga pisau itu. Ia selalu senang saat mengingat Melissa mengandalkan pisau miliknya. Dalam pikirannya, Melissa pasti selalu mengingat Jeon Jonas saat menyentuh pisau itu. Patut ia banggakan bahwa pedang itu memang keberuntungan, meski berhasil menusuk pemiliknya sendiri. Takut pisau itu melukai kulit gadisnya, Jeon Jonas menaruh pisau itu di atas nakas. Ia mendongak, meminta lewat tatapan mata dan gadis itu baru saja ragu-ragu menyetujui lewat bahasa mata juga. Jeon Jonas menyeringai, siap untuk menyantap hidangan makan malam lezat di depan matanya.

Melissa menggigit ibu jari, masih ragu apakah ia harus melepaskan atau meninggalkan. Ia percaya Jeon Jonas dan betapa ia juga mendambakan pria itu. Ketika pria itu berhasil mencecap dan membuat mereka sama-sama terbuka, Jeon Jonas merangkak, melihat tatapan Melissa yang bergetar. Ia mengecup kedua mata gadis itu, membelai wajahnya dengan lembut dan membisikkan bahwa semua akan baik-baik saja. Gadis itu mengangguk, meyakinkan Jeon Jonas bahwa ia harus segera menyatukan kekerasannya pada kelembutan Melissa.

“Uncle..”

Pria itu mendongak saat ia sudah bersiap. Demi menenangkan gadis itu, Jeon Jonas menyatukan kening mereka, mengecup setiap wajah Melissa lalu menerbitkan sebuah senyuman.

“It’s not hurt, not really hurt.”
Melissa melahap jarinya sendiri sementara Jeon Jonas masih sibuk menenangkannya dengan kalimat-kalimat lembut.

“Trust me, it will not hurt you.” Melissa mengangguk.

Kekerasan itu akhirnya menyapanya dan ia hampir menangis karena semua yang dikatakan Jeon Jonas adalah tipuan belaka. Melissa memekik seiring air matanya yang berjatuhan, pria itu kembali menatapnya, mengecup matanya yang basah lalu memeluknya dengan sayang.

“I love you, I love you, Pinky.” Jeon Jonas berbisik di telinganya sebelum akhirnya menghunus kelembutan Melissa dengan penuh kehati-hatian.

Melissa adalah domba putih yang lucu. Jeon Jonas benar-benar melahapnya dengan mulutnya yang besar, ia menelan gadis itu seperti yang selalu ia bayangkan. Melissa ternyata lebih lezat daripada yang ia perkirakan, Jeon Jonas bahkan terus ingin menambah dan setiap rasa yang ia telan adalah perpaduan yang fantastis. Kendati baru kali ini ia harus susah payah membujuk mangsanya untuk bermain. Melissa tidak seperti wanita-wanita yang sudah ia pakai, Melissa perlu diyakinkan, Melissa juga perlu diberi kesan pertama yang mendebarkan. Ini adalah pengalaman pertama gadis itu dan Jeon Jonas harus menjelaskan bahwa ia akan melakukannya dengan lembut.

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang