Sorry 2

7.1K 1K 318
                                    

Gerimis. Ada beberapa peneduh yang berdiri di depan sebuah kafe kecil di depan rumah besar yang sedang dipandangi Jeon-Jonas. Dan kendati hujan sudah lebih bersahabat, peneduh-peneduh tersebut masih setia bercengkerama dengan sesekali bertukar tawa.

Jeon-Jonas melipat tangan di depan dada, sudah menunggu lebih dari tiga jam ketika akhirnya Melissa tetap bersikukuh ingin mengunjungi rumah Ava. Ia sendirian kali ini, hanya ditemani ingatan tentang ciuman singkat mereka, yang sialnya berefek sangat lama di pikirannya.

Ia pikir, Melissa memaafkannya. Ia pikir semudah itu. Melissa tidak menolak ciumannya, dan ia pikir itu adalah kabar baik untuk hubungan mereka. Nyatanya tidak, sepertinya.
Melissa masih menyimpan marah atas seluruh kejahatan yang telah ia perbuat.

Dan ini adalah karma. Kini Melissa membalasnya, tinggal menunggu apakah kajahatan yang akan diperbuat wanita itu akan lebih kejam dari kejahatan yang ia perbuat. Sure, ia akan mengikuti permainan wanita itu, setega apa pun nantinya Melissa kepadanya. Ia akan menerima. Ia akan berbesar hati. Ia akan menahan semua monster di dalam dirinya. Ia akan—

Oh, sial. Siapa pria yang berjalan ke dalam rumah besar itu?!

Jeon-Jonas terburu-buru menurunkan kaca mobil, menyipit tajam begitu pria tinggi bersetelan formal tersebut, menekan bel. Hanya dalam beberapa detik, Ava muncul dengan senyuman lebar, membiarkan pria itu masuk dengan sopan.

Ini tidak benar! Demi Tuhan, kedua gadis sialan itu akan mempengaruhi Melissa-nya!

🌷🌷

“Mel, dia harus diberi pelajaran!” seru Ava saat Melissa bercerita mengenai kejadian-kejadian di kediaman Jeon-Jonas.

Maggie yang terburu-buru datang, membatalkan acara kencan butanya dengan seorang pria matang dan menyelingkuhi Jeongin, mengangguk mantap. “Ini keterluan, Mel. Serius!”

Okay. Begini saja. Untuk beberapa hari, menginap saja di rumahku. Orangtuaku sedang kencan di Tokyo seolah mereka masih muda, dan aku harap kita bisa menggunakan kesempatan ini dengan mencari-cari pria lajang yang bisa dikencani, Mel. Seperti Maggie, dia kencan dengan Lorde Hugs,” saran Ava.

“Batal. Aku langsung ke sini,” sahut Maggie.

“Jeongin?” tanya Melissa.

“Jeongin selalu menyuruhku menjaga diri, memakan makanan yang sehat, bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sehat and it’s so boring. Aku mungkin tidak akan berteman dengan kalian lagi kalau aku menyetujui saran Jeongin, kan? Jadi kedatangan Lorde Hugs yang punya banyak tato di perut dan dadanya, membuat aku merasa bahwa tidak seharusnya aku setia pada Jeongin.”

“Lorde Hugs punya jempol yang besar,” celetuk Ava diiringi seringai. Maggie menyenggolnya sembari terkekeh.

“Tapi aku tidak ingin kencan dengan pria lain. Aku punya suami,” balas Melissa.

Ava dan Maggie mendesah berat.

“Seperti yang kami ucapkan sebelumnya, Jeon-Jonas harus diberi pelajaran, Sayang. Ini hanya seputar kencan sehari, setengah hari sepertinya. Pria-pria itu yang akan datang ke sini, dan kau bebas memilih akan menghabiskan kencan seharimu dengan siapa. Get it?

Melissa mengangguk. “Mereka tidak akan mengharapkan hubungan yang lebih jauh, kan?”

“Aku pastikan, tidak,” jawab Ava. “Setuju?”

“Setuju.”

“Yap.” Ava tersenyum lebar, mengambil ponselnya untuk memperlihatkan foto-foto pria yang ia kenal dan butuh pasangan. Maggie meneguk tandas sebotol coke, menarik satu bungkus Lays rumput laut, dan mengunyahnya. Sesekali menyuapi Melissa.

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang