Being a jerk 3

6.6K 1K 218
                                    

Mereka tidak baik-baik saja. Setelah hari itu, di mana Melissa hanya bisa memukul keras dada Jeon-Jonas serta berlari ke luar untuk memungut kembali boneka dari Ben, mereka tidak lagi saling bicara. Mereka tidur di kamar masing-masing, tidak lagi saling mendekap seperti hari-hari sebelumnya. Hubungan mereka merenggang, benar-benar melebihi jarak yang sempat diperkirakan.

Sampai detik ini, Melissa tidak tahu apa kesalahan yang ia lakukan. Ia hanya tahu bahwa Jeon-Jonas tiba-tiba menjadi dingin, berekspresi datar dan selalu menjaga jarak. Pria itu menjadi tidak tersentuh, meski Melissa tahu, Jeon-Jonas selalu bertanya mengenai keadaannya melalui Enna.

Tapi tetap saja, itu bukan kabar baik yang bisa ia banggakan. Ia ingin pria itu sendiri yang bertanya padanya, bukan mendengar penjelasan melalui mulut orang lain.

Siang ini, tepat pada pukul sepuluh setelah sarapan di dalam kamar, Melissa menuruni undakan tangga hendak bersantai di kolam renang. Ia melepas gaunnya di ruang ganti, menggantinya dengan pakaian renang merah muda yang pernah ia pakai saat pertama kali menjadi penghuni di rumah tersebut.

Matahari tidak terlalu terik ketika ia akhirnya keluar, duduk dan merendam kedua kakinya di tepi kolam.

Kemudian—air yang tadinya tenang mendadak bergoyang. Melissa memekik ketika melihat tubuh seseorang tengah berenang di dalam air, menimbulkan kecipak keras, dan Jeon-Jonas muncul dengan rambut yang menututupi sebagian wajah.

Dengan kepala yang menyembul di permukaan, pria itu menoleh, menyipit tajam mendapati Melissa bergeming kaku di tepi kolam.
Jeon-Jonas kembali menenggelamkan kepala di dalam air. Ia menyentak kedua tangan, berenang secepat yang ia bisa, lalu membuat Melissa terkesiap saat tiba-tiba ia telah muncul tepat di hadapan wanita itu.

Melissa bergerak mundur, sementara Jeon-Jonas telah menaruh kedua tangannya yang terlipat di atas tepi kolam. Ia menatap wanita itu lurus. Tajam, datar.

Tidak ada yang berniat bersuara, mereka hanya saling melempar pandang. Sampai beberapa menit kemudian ketika Melissa berniat berdiri dan pergi, Jeon-Jonas menggenggam pergelangan kakinya.

Melissa menggigit bibir, tidak tahu pasti mengapa pria itu seolah tidak ingin ia pergi. Tapi kemudian, saat ia baru saja berpikir bahwa Jeon-Jonas menginginkannya tetap di sana, pria itu melepas pergelangan kakinya, kembali menceburkan kepala ke dalam air lalu berenang dengan gaya dada.

Melissa bergeming beberapa saat, masih ingin melihat bagaimana tubuh besar pria itu bergerak cepat dari ujung ke ujung. Tidak dapat ia pungkiri, Jeon-Jonas memang sekekar itu, seberotot itu, dan ia sangat menyukai itu. Andai saja tidak ada jarak yang membentang luas di antara mereka, Melissa akan dengan senang hati ikut menceburkan diri ke dalam kolam, membuat Jeon-Jonas menegurnya habis-habisan, lalu berakhir dengan merayu pria itu agar memaafkannya.

Namun sepertinya, kesalahannya kali ini sudah melewati batas, benar-benar tidak bisa diselesaikan dengan rundingan singkat. Ada yang perlu Melissa buktikan, dan ia tidak cukup paham harus mengawalinya dari mana.

🌷🌷

Ia bercerita pada Enna. Ketika wanita paruh baya itu bertanya mengapa ia tidak sesemangat hari-hari sebelumnya. Sepanjang cerita, Enna selalu mengelus punggung tangannya, memasang wajah iba lalu mendesah saat Melissa mengatakan bahwa Jeon-Jonas telah bosan dengan hubungan mereka.

“Tidak, tidak seperti itu. Aku yakin dia melakukan semuanya karena sebuah alasan yang kuat. Dia mencintaimu. Sangat malah. Orang bodoh pun tau kalau dia sangat menyayangimu. Tapi setelah dipikir-pikir aku pernah mendengar keributan sebelumnya. Tiga—atau empat hari yang lalu sepertinya. Aku mendengar beberapa orang di luar berlarian, tapi aku tidak melihat karena memilih tidur.”

MY PINKY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang