2. 99

318 20 0
                                    

Assalamualaikum......

Akhirnya bisa up meskipun ceritanya agak gaje dan otak udah kayak kehabisan ide..

Nggak bakalan banyak bacot...

Happy Reading

🍓🍓🍓

“Mendongak dan tatap mata gue,”

Ucapan Arsen tak dihiraukan oleh Deeva dan Deeva memilih untuk menjadi keras kepala untuk hal yang satu ini.

“GUE BILANG TATAP MATA GUE SEKARANG!” Arsen berteriak murka.

“Dengar ya kak Arsen!, sedari tadi Deeva udah sabar dan karena kakak meninggikan suara kakak pada Deeva makanya Deeva nggak terima.” Deeva mulai kesal saat mendengar bentakannya.

“Hei, lo itu anak baru sopan sama senior dikitlah!” Arsen mulai menurunkan suaranya.

“Kalau kakak seorang islam maka kakak pasti tau derajat cewek dimata agama,” Deeva malah menambah masalah dengan melawan.

Apa Adeeva nggak tau kalau mulai dari sekarang kehidupan kampusnya mulai tak tenang.

“Jangan bawa-bawa Agama, jangan sok ngajarin, jangan sok tau dan pastinya lo udah bener nggak?, nasehatin gue kayak lo udah bener aja.”

Mata Arsen menyiratkan sesuatu yang berkilat.

“Maaf kak!” Deeva yang akhirnya mengalah karena kalau nggak ada yang mengalah, maka perdebatan nggak berfaedah ini nggak akan berakhir.

“Sebagai hukumannya, lo pergi ke belakang kampus terus pungutin gue sampah sebanyak 100 buah dan jangan coba curang karena gue bakalan ngitungin satu persatu. Kenzo tolong awasin bocah ini!”

Perintah mutlak dari sang ketua BEM membuat Deeva kesal sekaligus senang bukan main karena Kenzolah yang bakalan mengawasinya.

Namanya juga orang sabar dan baik hati, jadi gue ngelakuin dengan hati sedikit ikhlas. Ya sedikitlah, mana ada orang yang mau ikhlas jalanin hukuman yang nggak berpaedah kayak gini.’ Deeva kembali membatin.

“Sabar-sabar, orang sabar pantatnya lebar. Eh..nggak deh kalau orang yang sabar pantatnya lebar berarti pantat gue lebar dong?.” Deeva mulai berguman sabar dengan ucapan yang nyeleneh.

****

Rasa kesal Deeva meluap ketika melihat abangnya Kenzo, walaupun muka Kenzo masih datar kayak papan cucian tetangga.

Deeva senang bisa berdekatan dengan sang Abang. Deeva berjalan dengan langkah semangat seperti biasanya dengan jilbab berkibar tertiup angin.

Sejenak Kenzo terbengong menatap adiknya, terbesit rasa bersalah dan ingin mendekap tubuh sang adik namun ia urungkan.

“Kak sekarang kita ke arah mana?.” Deeva berbalik ke arah abangnya untuk menanyakan arah, namun Kenzo masih terdiam sembari menatap Deeva, Deeva mengeryit bingung melihat keterdiaman abangnya.

“Bang..Abang..Abang kok diem?.” Deeva menatap heran abangnya.

“ Makanya jadi orang jangan sok tau dan jangan senang membangkang jadi gini kan akibatnya. Gue jadi ikutan sial gara-gara pembawa sial kayak lo!” Kenzo balik membentak untuk menutupi perasaan yang bergejolak di dadanya.

Dan seperti biasa, Deeva malah tersenyum manis membalas perlakuan abangnya. Bukan karena ia tegar tapi, senyum itu adalah perisai hatinya yang terluka.

“Jangan gitu dong bang nanti gantengnya ilang terus nggak ada yang naksir.”

Deeva masih sempatnya menggoda Kenzo dan itu berhasil karena seulas senyum tipis terbentuk di wajah Kenzo meskipun Deeva tak melihatnya.

Fille ForteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang