12. The Second Day

178 19 0
                                    

Assalamualaikum, maaf ya kalau update tannya telat. Soalnya idenya macet di awal dan masih melakukan beberapa surver terkait kedokteran. Udahlah, lansung aja ya!

HAPPY READING
🍓🍓🍓🍓

Deeva pulang ke rumahnya dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, bingung, linglung, dan entahlan intinya pikiran deeva gado-gado.

Hebatnya seorang Adeeva adalah ia mampu berkendara dengan pikiran yang melanglang buana tanpa nabrak. Deeva sampai dengan selamat dan sehat walafiat, ia melangkah dengan langkah biasanya.

Saat melewati ruang tamu, ia melihat Kenzo duduk di sofa dengan pandangan kosong. Tanpa memperdulikan Kenzo seperti biasanya, Deeva melangkah menuju kamarnya.

Hingga suara berat yang sarat kebingungan menyapa telinganya, “Sebenarnya lo salah atau benar?”

“Abang nggak perlu percaya kalau nggak mau, Deeva udah terbiasa menghadapi abang yang sinis dan dingin.”

Deeva melangkah meninggalkan Kenzo yang kembali larut dalam lamunannya. Sebenarnya Deeva tidak sengaja melontarkan ucapan yang menurutnya menyakitkan bagi sang Abang, tetapi semuanya telah terjadi.

Deeva menghembuskan nafas kasar sesaat ia sampai di kamarnya, seperti biasa ia menyandarkan badan mungilnya ke pintu kamar dan terduduk.

****

Makan malam di keluarga Mahda terlihat dingin dan tenang, Kenzo yang biasanya memasang wajah dingin menjadi tak terbaca. Wajahnya seakan kebingungan dan masih percaya tak percaya dengan berita yang ia dengar.

“Deeva ke atas dulu ya? Soalnya besok Deeva ada kuis. Assalamualaikum.”

Deeva meninggalkan meja makan dan meninggalkan tatapan bertanya dari Furqon dan Zevana.

Furqon berbalik menatap raut tak terbaca Kenzo seraya berkata, “ Sebenarnya ada apa dengan kalian? Malam ini kalian terlihat berbeda.”

Bukannya menjawab Kenzo malah meninggalkan meja makan dan berjalan menuju kamarnya.

“Sebenarnya mereka berdua kenapa?” Pretty memberi komentar pertamanya malam ini.

“Sangkin kecewanya seorang Kenzo kepada kalian, kalau kalian tidak mengirim anak kalian ke rumah kami ... pasti Bram masih hidup sampai sekarang,” ucap Jenny menambah duka Zevana.

“Kematian Bram itu sudah takdir Allah, hidup dan mati sudah ada di tangan Yang Maha Kuasa,” ucap  Zevana, setelah dirinya kembali tenang.

Makan malam berlansung dengan aura dingin yang mencekam, Furqon menghela nafas pasrah melihat istrinya kembali ke mode dinginnya.

****
Malam ini Deeva terbangun oleh alarm yang sudah terpasang di dalam otaknya, ia mengambil wudhu dan melaksanakan shalat istikhara.

Malam ini adalah malam ke dua ia melakukan shalat istikhara untuk memantapkan keputusannya. Jujur hatinya mulai bimbang dan takut, akan tetapi keyakinan akan takdir yang ditulis Sang Takdir membuat hatinya kembali yakin.

“Hamba kembali menghadap dengan segala kebimbangan hati, hamba masih enggan untuk menikah muda. Karir, pendidikan, dan masalah dalam kehidupan hamba belum sepenuhnya selesai. Bagaimana hamba bisa menghadapi problema yang datang silih berganti. Tapi hamba sekali lagi hanya memohon jalan terbaik, apapun itu. Amin,” doa Deeva dimalam itu.

Setelah shalat, Deeva memilih kembali tertidur karena jujur hari ini merupakan hari yang amat panjang baginya.

Esok malam adalah malam terakhirnya untuk berfikir, ia akan mengambil keputusan yang Allah kirimkan dan yakinkan untuknya.

Fille ForteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang