11. The First Day

337 25 2
                                        

Assalamualaikum, karena otak Cia ngalir jadinya update lagi.

Jangan lupa

Vote

Komentar

Follow

And

Share ya!💜💜💜

HAPPY READING

🍓🍓🍓🍓

"Ibaratkan kapal, hati adalah nahkoda yang mengatur arah laju kapal. Kalau hati adalah nahkodanya, maka kitalah navigasinya. Tuntunlah hati agar bersih dari segala prasangka, karena prasangka mendatangkan penyakit hati. "
🍓🍓🍓🍓

Cia menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, meskipun ia melihat Deeva menggeleng tanda agar ia tak mengatakan kebenarannya.

"Lo di kirim ke rumah Om lo, karena dulu banyak yang ngincer lo. lo tau kalau Ayah dan Bunda lo sama-sama punya perusahaan yang terkenal. Seandainya lo nggak di bawa kesana, cih... mungkin lo nggak ada lagi di dunia."

"Kenapa harus gua dan sedangkan Deeva juga anaknya? Jangan memberikan alasan untuk membela sahabat lo yang pembawa sial."

"Gua sebenarnya malas ngeladenin orang yang keras kepala semacam lo. Lo itu udah dewasa, jurusan hukum, dan sekaligus calon pengacara ... dan otaklo kayak nggak memcerminkan semua itu. Kenapa lo dan bukan Deeva? Kalau lo seorang penjahat? Lo lebih milih nyulik sang pewaris atau adeknya?" Cia masih kokoh berdiri di tengah guyuran hujan.

"Kalau gua panjahat, maka gua lebih milih nyulik si Bungsu karena lebih disayang." Lidah Kenzo kali ini mendadak keluh mendapatkan serangan permainan kata dari Cia.

"Itu kalau penculiknya yang biasa, nah ini penculiknya adalah Lo cari tau sendiri!!! Dasar otak udang." Cia mengakhiri ucapannya sembari memapah Deeva bersama dengan Cristy menuju ruang ganti.

Kenzo masih tertegun dan pikirannya kali ini tidak bisa ia jelaskan. Ia linglung dan tak tau mana yang harus ia percaya.

Dengan tatapan yang kosong, Kenzo berjalan menghampiri Arsen dan Revan yang sedari tadi terdiam melihat sahabatnya.

Arsen menepuk pundak sahabatnya ketika melihat tatapan linglung dari Kenzo.

"Gua bakalan bantu cari tau yang sebenarnya." Ujar Arsen menenangkan dan diangguki oleh Revan.

****

Deeva sudah kembali ceria dan aura tenang mulai menguar darinya. Cia dan Cristy memang sahabat terbaiknya atau bisa dibilang saudari yang tak pernah ia miliki.

Kring.... kring.... kring....

"Halo Assalamualaikum, tante."

"......"

"Baik tante, iyya Deeva nggak sibuk kok. Lagian kampus Deeva lagi ngadain acara ramah-tamah gitu dan Deeva udah nggak ngikutin Event apa-apa kok."

"....."

"Boleh tante, tapi dimana?"

"...."

"Danau Tempe ya tante? oh oke. Sore nanti ya, tante."

"..."

"Waalaikumsalam Warahmatullah."

Cia dan Cristy menatap dengan binar kekepoan yang besar, Deeva sampai mengeryit bingung melihatnya.

"Siapa yang nelpon, lo?" Tanya Cristy diikuti tatapan penasaran Cia.

Fille ForteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang