25. Time Zone

136 18 5
                                        

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Maaf atas keterlambatannya,  alasan keterlambatan kali ini adalah karena ideku langsung stuck dan blank seketika.  Tapi...

HAPPY READING

🍓🍓🍓🍓

“Pergi kemana?” Cristy mengagetkan dua sahabatnya yang kini memasang raut seperti baru saja melihat penampakan, walaupun memang benar.

“Lo kalau mau nyamber bilang-bilang dulu ngapa? Kalau jantung gua copot gimana? Anak gua gimana?” Cia berujar beruntun kepada sahabatnya yang kini hanya menyengir tak jelas karena mendapatkan celotehan dari bumil.

“Yee... maafkan diriku baginda Ratu, tapi mana ada petir nyamber bilang-bilang?”

“Heleh ngeles mulu loh, Bambank. Itu cuma khiasan Maemunah!” kali ini Deeva-lah yang menanggapi celotehan Cristy yang menurutnya nggak jelas itu.

“Eh... Btw kalian tadi ngomongin apaan? Mau kemana?”

“Besok kami ada kunjungan ke RS.Galaksi dan pulangnya lebih awal. Kami berencana pergi ke time Zone untuk merilekskan pikiran,” jelas Cia sembari mengelus perutnya yang kini agak menonjol.

“Lo mau ikutan nggak?” kali ini Deeva yang bertanya.

“Ya jelas ikutlah, apalagi besok gua free. Sekalian cuci mata karena udah lama mata gua burem ngeliat diktat kuliah yang tebalnya bikin niat keliling dunia 7 kali,” curhat Cristy sembari memijat keningnya.

“Curhat mbak!!! Makanya, cari jodoh sana! Betah banget jomblonya,” ujar Deeva dengan nada mengejek sembari ber-tos ria dengan Cia.

“Yang sama-sama udah sold out mah beda, bully aja terus sampe jodoh gua melintasi samudera pasifik untuk membawa gua pergi.” Ucapan Cristy membawa tawa untuk kedua sahabatnya itu. Hingga suara Kenzo menghentikan suara tawa tersebut.

“Sayang pulang yuk! Sekalian mampir ke warung sate langganan kamu.”

Kenzo menghampiri Cia dan lansung mengenggam tangan Cia, seakan Cia itu benda pecah belah.

“Gua duluan ya, Beb? Assalamualaikum dan selamat siang,” pamit Cia sembari melambaikan sebelah tangannya yang tidak digenggam Kenzo.

“Waalaikumsalam, take care.”

“Selamat siang Bumil bawel.”

“Kita juga pulang yok, Deeva! Lo bawa motor nggak?”

“Gua tadi bareng kak Arsen, jadi nggak tau naik apa pulangnya.” Deeva berujar dengan nada bingung yang kentara karena memang ia bingung.

“Yaudah bareng aja sama gua karena berhubung gua adalah sahabatmu yang paling comel, cantik, dan baik hati.”

Cristy masih sempat narsis di depan Deeva yang kini memasang mimik seakan ingin muntah.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor kampus diselingi obrolan yang membuat mereka tertawa dan tentu saja melupakan beberapa hal untuk sementara waktu.

Cristy yang memiliki masalahnya sendiri dibalik sikap ceria nan recehnya dan Deeva yang memiliki beban yang kini masih bercokol semakin berat, meskipun senyum selalu bertengger di bibir mungilnya.

Fille ForteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang