51: 항상 사랑 (selalu mencintai)

1K 87 7
                                    

Beomgyu memandang pantulan wajahnya pada kaca besar di depannya, ia tersenyum setiap kali memandang matanya. Dua bulan yang lalu ia mendapat donor dari seseorang, entah itu siapa. Dan Beomgyu sangat berterima kasih sekali pada orang itu.

Selama kurang lebih 8 tahun ini, hanya kegelapan yang ia lihat tapi untung saja dalam setahun ia bisa bangkit. Mencoba mandiri dan mensyukuri apapun itu sehingga benar saja kali ini ia mendapat berkah kembali dapat melihat kembali.

Selama ini ia juga masih menghabiskan banyak waktu bersama para sahabatnya, ia bersyukur mereka menerimanya apa adanya, Eric pun terkadang menelpon hanya untuk menanyakan keadaannya.

Tapi hanya satu orang yang bahkan Beomgyu tak pernah tahu kabarnya bagaimana.

Siapa lagi jika bukan Soobin.

Yang ia tahu, Soobin pasti kembali ke Inggris melanjutkan study nya setelah putus dengannya. Pastinya lelaki itu akan membencinya.

“Gyu, hari ini kau terap harus check up,” ucap Jimin yang berada di pintu kamar Beomgyu.

“Iya appa. Aku tahu.”

“Ayo appa antar. Appa akan menyiapkan mobil.”

Beomgyu menggeleng. “Tidak appa. Aku akan pergi sendiri saja,” tolak Beomgyu, karena ia tahu siang ini appa nya harus menemui client dan pasti harus menjemput kekasihnya siapa lagi jika bukan Min Yoongi.

Tenang saja, Beomgyu sudah menerima sepenuh Min Yoongi dalam hidupnya. Ia tahu begitu besarnya cinta ayahnya tapi tentu saja menyayangi ibunya.

Lagi pula Min Yoongi tidak buruk, selama Beomgyu tak bisa melihatpun lelaki itu turut menemaninya ketika Taehyung sekarang sudah sibuk mengurus Jungkook dan juga Kai.

Ia juga sudah tinggal bersama Jimin, seperti janjinya kala itu pada ayahnya tapi memang ia juga ingin.

Jimin menghela napas, ia mencoba untuk tidak mengomeli Beomgyu. “Gyu jika kau tidak mau diantar appa, kau harus mau pergi dengan Lee-ssi.”

“Baiklah.” Beomgyu setuju meski ia sedikit cemberut.

***

Beomgyu sudah sampai di rumah sakit, ia di haruskan untuk menunggu sebentar karena dokter Jang yang menangani Beomgyu belum tiba di rumah sakit.

Ketika Beomgyu hendak duduk seorang suster menghampirinya. “Choi Beomgyu-ssi.” Beomgyu mengangguk, menunggu suster itu melanjutkan bicaranya.

“Jang-uisanim, memberitahuku bahwa kali ini kau bisa check up pada Choi-uisanim. Beliau kedapatan tidak dapat datang kerumah sakit karena sedang berada di luar negeri dan Choi-uisanim sudah mendapat ijin dari beliau,” ucap suster itu menjelaskan.

Beomgyu hanya mengangguk lalu mengikuti sang suster pada sebuah ruangan dokter.

“Choi-uisanim adalah dokter muda yang berbakat, ia juga sangat tampan,” bisik sang suster tepat sisi telinga Beomgyu sebelum Beomgyu mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu.

Tuk

TUK..

“Masuklah,” sautan suara berat yang berasal dari sana, kemudian Beomgyu perlahan membuka pintu. Ia dapat melihat seseorang berjas putih yang sedang menghadap melihat jendela di belakang kursi.

“Anu ... aku ...” ucap Beomgyu perlahan.

“Baiklah, ayo kita selesaikan pemeriksaannya,” potong lelaki itu kemudian berjalan ke arah kiri yang merupakan tempat dimana pemeriksaan berlangsung. Dokter itupun berbalik lalu tersenyum kecil.

Deg

Beomgyu terdiam, matanya terkejap.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa Soobin berada di hadapannya saat ini. Beomgyu dengan cepat menggeleng, mengedipkan matanya. “Mungkin saja hanya mirip,” ucapnya dalam hati.

Beomgyu pun melangkah menuju brangkar disana lalu duduk dan menunggu dokter di depannya mulai melakukan pemeriksaan.

“Baik, apa kau tidak merasakan keluhan apapun Gyu?“ Beomgyu dengan cepat mendonggak dan dapat ia lihat pada jas itu tertulis nama Choi Soobin sangag jelas.

Mata Beomgyu belinang seketika siap akan mengeluarkan seluruh air matanya, matanya tak lepas dari wajah Soobin yang tersenyum padanya.

Clek

“Aku membawakanmu makanan Soobinie,” teriak seorang wanita berjas putih juga yang masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.

“Oh ... mianhae sepertinya aku menganggu kalian.”

Soobin beranjak kemudian duduk di kursi kerjanya. “Tak apa, kau taruh saja makanannya di meja kita bisa makan bersama nanti setelah urusanku yang ini selesai.”

Beomgyu mengigit bibirnya merasa kesal, entah kenapa ... apalagi wanita itu memanggil Soobin dengan nada imut.

Hanya mengetik dan menulis sedikit lalu Soobin menyodorkannya sebuah kertas pada Beomgyu. “Aku hanya memberikanmu tip pantrangan saja, karena kau tak perlu mengkonsumsi obat lagi,” ucap Soobin dan Beomgyu segera menerima kertas tersebut.

Ne, kamsahamnida.” Beomgyu membungkuk hormat lalu setelahnya dengan cepat keluar dari ruangan ia bahkan baru ingat jika saat awal masuk ia tak membungkuk hormat terlebih dahulu.

Jantungnya berpacu kencang. Seharusnya ia bisa mempersiapkan hal seperti ini, Soobin tentu saja membencinya setelah apa yang ia lakukan dahulu. Ia juga tahu Soobin datang kerumah pamannya kala itu memanggil manggil namanya sangat keras, Beomgyu mendengar itu tapi ia tak bisa hanya sekedar untuk menemui Soobin.

Sementara setelah Beomgyu pergi dari ruangan itu. Wanita yang di ketahui Kim Sohee memukul kepala Soobin sedikit keras.

“Apa-apaan kau ini?” tanya Soobin memandang Sohee kesal.

“Kau yang apa-apaan? Aku yakin dia pasti salah paham.”

“Biar saja.”

“Ish dasar kau ini.” Sohee kemudian duduk di sofa yang memang ada disana. Ruangan Soobin memang sangat bagus, lengkap dan nyaman tak lupa juga luas sehingga Soobin banyak meletakkan barang yang ia butuhkan seperti sofa dan juga meja panjang yang sedang.

“Saat magang saja, aku sering menangkap basah dirimu yang diam-diam memperhatikannya, membantunya bahkan kau juga kenal dengan orang-orang yang selalu bersama dengan lelaki tadi, entah itu temannya atau siapanya.” Sohee berbicara dengan cepat, Soobin hanya menggelengkan kepala mendengar cerocos rekan kerjanya itu.

“Bisakah kau diam? Saat ini aku masih harus melihat data pasienku nanti.”

Sohee mendelik, “Katanya tadi urusanmu hanya tinggal lelaki tadi, kalau begitu makanannya ku makan saja. Aku akan menghabiskannya.”

“Habiskan saja, kalau bisa jangan makan disini di kantin sana! Aku tidak mau ruanganku kotor olehmu,” dengan kesal Sohee pun berdiri lalu tangannya mengambil kembali bungkusan makanan yang ia bawa. “Yasudah aku pergi.”

Sohee pun pergi dengan kesal. “Padahal aku kan sangat peduli padanya, dia kalau kalau terus-terusan meninggalkan jam makan, ia juga bisa sakit ... ishh.”

Bersambung...

Sweet Heart | SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang