Prologue

16.9K 314 6
                                    

Waktuku tiba. Malaikat pencabut nyawa menghampiriku, perlahan tapi pasti. Saat itu, aku merasa seperti kembali mengingat kejadian masa kecilku, mengingat hal-hal yang pernah diajarkan Ayah padaku, hari-hari yang kulalui bersama Ayah. Aku bahkan ingat hari disaat Bunda pergi meninggalkan aku dan Ayah sendiri, beberapa tahun yang lalu. Semuanya tergambarkan dengan jelas. Hal-hal yang pernah kulalui bersama Mama dan Yoda, Nenek juga Kakek. Hingga sosok Justin yang baru-baru ini membuatku merasa bahagia dan berharga. Waktu seperti berjalan sangat lambat, seiring dengan rasa sakit menjelang kematianku. Aku melihat sosok tinggi besar itu semakin berkilauan, semakin dekat dengan tubuhku yang terbaring tak berdaya, dengan sayap yang entah berapa ratus jumlahnya, ia mencabut begitu saja ruhku. Hingga aku merasakan sakit yang luar biasa.

Detik itu juga, aku seperti dibawa menyusuri lorong yang sangat panjang. Di sisi kanan dan kirinya, aku bisa melihat diriku, dan orang-orang terdekatku. Seperti film tahun 1930-an yang diputar, semuanya terlihat hitam putih. Aku melihat sendiri gambaran-gambaran kehidupanku di dunia. Aku bisa merasa sekarang aku sedang berjalan menuju ke surga.

Namun, saat aku hendak memasuki sebuah pintu diujung lorong yang penuh cahaya ini, ada yang menghentikanku. Sebuah suara.

"Tidak, kamu belum bisa melanjutkan perjalananmu, tapi aku akan membawamu menyelesaikan apa yang belum engkau selesaikan."

"Apa itu?"

"Nanti kau akan tahu,"

Aku pun kembali dalam ruangan dimana aku dirawat sebelumnya, berbeda dengan saat aku meninggalkan tempat ini, dimana semuanya terlihat tenang beberapa saat yang lalu. Kini, tangis memecah keheningan. Kulihat Ayah merangkul tubuhku yang tidak bergeming sedikitpun. Ia menangis. Semua yang ada di sana menangis. Termasuk Justin.

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang