Merasa Jauh

1K 128 194
                                    

JIKA SUKA VOTMET YA 🌟 HAPPY READING.

❤❤❤❤

Safira mencoba untuk tidak peduli... tapi jika dirinya tidak peduli bagaimana dengan nasib sang sahabat? Rasanya ia ingin mencekik leher itu dengan dasi. Safira kembali melirik Adel dari kaca meja rias. Dirinya benar-benar tidak tahu kenapa Adel sekarang tengah menyembunyikan tubuhnya dari selimut.

Lebih mirip kepompong yang gagal jadi kupu-kupu.

"Ini untuk kesekian kalinya gue nanya." Safira mencapol rambutnya sambil menghadap kasur. "Lo beneran nggak mau sekolah hari ini?"

"Iya."

Safira cukup curiga namun terlalu malas untuk menarik selimut itu. Ia hanya menangkap suara Adel yang serak.

"Fira...."

"Hm."

"Aku cuma mau minta maaf!"

"Lo nggak ada salah." Safira duduk di sisi kasur, ia menarik sedikit selimut yang menutupi tubuh Adel lalu menyentuh keningnya. "Nggak sakit."

"Aku emang gak sakit, tapi di lubuk hati ini yang sakit." Adel menepis pelan tangan Safira.

"Terserah! Sebenarnya lo udah kasih tau sama Bunda kalo lo ada di rumah gue?" tanya Safira ia bangkit meraih tasnya

"Iya."

"Gue pergi dulu, nanti pintu depan gue kunci."

Safira menghela napasnya. "Jangan terlalu banyak nangis. Mata lo udah bengkak, kalo lo nangis lagi gue yakin itu mata tenggelam."

Adel terbahak-bahak mendengarnya, itu nasihat bisa juga disebut goyunan. Setelah Safira pergi, hanya bunyi jam yang berbunyi mengisi keheningan kamar.

Lima belas menit kemudian.

Pandangan Adel menyapu kamar Safira, berantakan. Kata itu yang pantas. Jika dirinya sering risi dan mengomel maka tidak dengan Safira, cewek tomboy itu justru biasa-biasa saja.

Kaki jenjang Adel turun dari kasur matanya terasa berat ini pasti efek menangis sampai jam tiga dini hari. Ia tidur hanya dua jam saja. Lelah.

"Veron?"

Adel terperangah, seorang cowok berseragam khas itu tengah berada di ambang pintu kamar.

"Gue terpaksa bobol rumah Fira karena khawatir."

Veron meringis. Gadis itu memberinya pelototan detik berikutnya Veron terjungkal ke belakang.

"Kamu itu sembarangan kalo masuk rumah orang, ke kamar segala lagi!" Adel menjambak rambut Veron, satu kakinya menginjak kaki di balut sepatu itu.

"Ampun, ampun, ampun. Gue minta maaf, tadi itu bercanda gue masuk di pintu samping yang gak ke kunci ," Veron menangkup tangannya.

Dada Adel naik-turun tatapannya nyalang, bodo amat. Adel melepaskan jambakannya kembali berdiri, berjalan menuju dapur.

Adel meneguk susu coklat yang dibuat Safira sekali teguk, membiarkan Veron bertopang dagu yang terus menatapnya tanpa berkedip. Jika kesabarannya memang sudah habis... maka gelas ini akan mengenai kepala si tolol.

"Lo keliatan cantik plus imut, Lia. Mata lo jadi sipit gitu," ungkap Veron menyengir.

"Veron."

"Iya, sayang?"

Adel mendengus.

"Pas aku ke dapur kamu ikut juga, sekarang aku diruang tamu kamu ikut juga. Terus kenapa kamu duduk di samping aku?" tanya Adel emosi.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang