JIKA SUKA VOTMET YA 🌟HAPPY READING...
Adel tidak pernah melihat Citra segirang itu hanya tidur bersamanya. Kamar tamu yang lumayan besar itu kedua orang tua Rizky persilahkan untuk dirinya dan Citra.
"Gue selalu berharap tidur bersama kaya gini." Citra tersenyum lebar memandang langit-langit kamar, sesekali melirik Adel yang di sisinya.
Sebenarnya Adel ingin menolak curhatan Citra, ia bukan Safira yang siap jadi pendengar setia lalu memberikan solusi.
"Em, sekarang aku lagi bahagia jadi ... jangan kasih cerita sedih." Adel cengengesan.
Gadis berambut sebahu itu bersunggut-sunggut. "Lo emang beda sama Fira."
"Jelaslah. Aku lebih cantik!"
"Lo nggak cantik."
"Aku cantik plus seksi."
"Narsisnya gak pernah hilang."
Adel terbahak-bahak, pasrah saat Citra sudah menarik tangannya mengubah jadi posisi duduk.
"Gue rasa sekarang Fira udah baikan sama Bian, bikin gue bingung gimana caranya Fira bisa luluh?"
"Human macam kamu terlalu kepo, ah... di sini pengap." Adel turun dari ranjang. Ia ingin keluar sebentar mengambil air minum apalagi tadi setelah acara makan bersama itu dirinya sama sekali tidak minum karena terlalu fokus melihat ketampanan Rizky. "Aku mau ke dapur."
Citra menghentikan langkah Adel menarik rambutnya pelan, "sekalian ambilin gue kue yang ada di kulkas. Buatan Tante Ririn itu enak banget! Gue ketagihan," ucapnya.
Adel menepis tangan Citra dari rambutnya kemudian mengangguk. Terkadang Citra itu sadis bisa main fisik jadi tidak salah selama ini Rizky pernah mengatakan harus berhati-hati. Entah masa lalu apa yang membuatnya seperti ini, contohnya seperti kejadian waktu itu gadis itu dengan entengnya mendorong ia lalu menjatuhkan kursi ke tubuhnya.
"Nggak salah Safira mau terima dia temenan sama kamu." Adel menipiskan bibirnya, "otomatis aku ikut, gampang dibabuin sekarang kamu balas juga?"
Citra terdiam. Ia akui Adel sangat pintar dalam setiap maksud ucapan dan gelagatnya.
"Ketauan deh sekarang. Lo orang kedua yang paling penting dalam hidup Safira," gumam Citra, gadis itu melangkah menuju Adel, dress selututnya berkibar karena angin malam yang sengaja jendelanya dibiarkan terbuka.
Drama.
Ingin sekali ia membenturkan kepala Citra sekeras mungkin, dari raut wajah tak pantas menjadi peran antagonis. Lebih pantas disebut boneka berjalan.
"Muka kamu jelek!" hina Adel.
"Lo lebih jelek dari gue...," balasnya. Citra mendorong kening Adel kembali berkata, "udah tengah malam, gue mau tidur. Tapi jangan lupa bawa kue yang gue pengen."
"Iya, jelek."
Dengan langkah pelan Adel berjalan menuju dapur hanya lampu ruang tamu yang menyala sedikit membiarkan seberkas cahaya, rumah semewah ini kalah dengan rumahnya dan Safira. Jadi tak apa jika dulu Bella pernah memanfaatkan Rizky.
"Lo ngapain di sini?"
"SETAN!" Adel memekik mundur, kakinya tiba-tiba terasa lemas. Bagaimana bisa orang yang ia pikirkan sudah ada di dekatnya? Sembari memegang lilin.
"Eh, jangan jatuh dulu."
"Aku udah jatuh kok dipelukan Kak Rizky."
Cowok itu memutar bola matanya malas, ia memasuki dapur di ikuti Adel menuju meja paling sudut dan ada dua kursi di sana. Lilin yang Rizky pegang ia letakkan di meja kecil itu.
"Udah gue duga lo bakal keluar kamar," katanya mengukir senyum menatap Adel yang menarik kursi.
Ucapan Rizky sama sekali tidak dipahami Adel, gadis itu melongo meminta penjelasan. Apa hubungannya.
"Gimana kabarnya sama tenggorokan lo? Nggak minum sedikit pun." Rizky bertanya, sementara Adel mendengus kuat. Itu berarti calon suami masa depannya itu dua jam yang lalu terus mengamati.
"Alhamdulillah. Masih hidup." Netra redupnya terus mengikuti langkah Rizky membuka kulkas.
"Gue nggak mau lo ninggalin gue," sahut Rizky mendekat. Adel menerima uluran air minum yang di serahkan Rizky padanya. "Kata Safira biasanya pas malam lo suka sama minuman dingin. Kebiasaan lo itu aneh banget...."
Keduanya duduk berhadapan setelah Rizky mengambil banyak makanan dari dalam lemari.
"Lo gue suapin."
"Udah kenyang." Adel mendorong kue yang hendak disuapkan Rizky padanya. "Itu kue, Citra katanya mau. Aku ke sini mau bawa ke kamar."
"Tetap harus mau. Buka mulut lo!" tegas Rizky. "Atau lo mau gue cium? Bibir alami lo menggoda soalnya."
Adel tersenyum malu kemudian menjawab, "yaudah, cium aku lagi." Urat malunya seakan putus ia memajukan bibirnya membuat Rizky berdecak kesal.
"Gue cubit juga lama-lama." Rizky mendorong wajah Adel dengan telapak tangannya. "Yaudah, suapin gue."
Adel mengangguk, sebelum itu tangannya terulur menguasap rambut Rizky dengan sayang.
"Enak banget ya punya kucing kaya gini selalu nurut."
"Lo ngomong itu seakan gue hewan peliharaan."
"Emang."
Adel tertawa keras. Setidaknya ia bisa membuat Rizky tidak merasa takut untuk kehilangannya, guratan laki-laki itu saat ia selalu dekat dengan lawan jenis. Selamanya Rizky akan memiliki Adel.
****
Citra jengah dengan Naufal yang terus mengamati wajah lekat Adel tertidur. Ia sedari tadi terus mendorong tubuh Naufal untuk turun dari ranjang, di pagi buta seperti ini Naufal dengan santainya memasuki kamar perempuan.
"Istri kedua gue kalo tidur cantik juga ya?" gumamnya. "Jadi pengen gigit."
"Kakak apaan, sih? Keluar dari kamar ini sebelum Kak Rizky liat." Citra memekik, bagaimana bisa Naufal mengambil kesempatan mengecup pipi Adel. Luar binasa jika Rizky melihatnya.
"Bilang sama sepupu lo itu gue udah cium Lia." Naufal bangkit berdiri ia melirik Citra yang masih terkejut. "Ah, gue baru sadar Rizky adik gue ternyata."
Pintu kamar tertutup pelan, Citra tidak paham maksud dari perkataan Naufal. Cowok itu jika bertemunya pasti akan bertindak menyebalkan.
"Nggak waras kayaknya."
Belum sempat ia bernapas lega pintu kembali terbuka rasanya Citra ingin berteriak marah sebelum itu terjadi suara lembut seseorang membuatnya gelagapan.
"Iya, tante ada apa?"
Ririn tersenyum tipis dipandangnya sang keponakan terlihat baik-baik saja.
"Kamu udah bangun, tapi kenapa Lia masih tidur? Coba kamu bangunin."
Gadis berambut sebahu itu mengangguk. Ia masih berdiri di posisinya menunggu Ririn pergi sampai punggung itu hilang di telan jarak, tak lama Citra menyeringai ia ingat perkataan Safira.
Langkahnya menuju kamar mandi beberapa detik kemudian ia keluar membawa gayung berisi air.
BYURR
Citra tertawa ngakak menunggu Adel menjerit. Air itu merembah membasahi wajahnya.
"Kok lo gak teriak?" tanyanya sedikit takut. Setengah sadar Adel membalas tatapan Citra datar sembari mengusap rambutnya.
"Buat apa?" tanyanya balik. Gadis itu menuju pintu berjalan sempoyongan. "Udah biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky dan Adelia [END]
Romansa[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, ADA PART YANG DIPRIVAT] Rizky akan menjauh jika bertemu Adelia Adelia mendekat jika Rizky menjauh Prinsipnya jika cewek 'di kejar bukan mengejar' dia hapus dalam coretan hidup Hidupnya berporos pada Rizky, kebahagiaan, ta...