Hadiah

944 105 129
                                    

JIKA SUKA VOTMET YA 🌟HAPPY READING...KALO ADA TYPO KASIH TAU YA ✔

❤❤❤


Rizky menoleh ke samping menatap Safira yang tengah memasang wajah jutek andalannya. Terlihat sekali gadis itu menahan kesal, rencananya ingin tidur di bawah selimut hancur kembali karena sang sahabat. Persis seperti minggu-minggu kemarin.

"Rumah lo tadi sepi. Orang tua lo ke mana, Kak?" tanya Safira memecah keheningan. Ia berharap agar Adel bisa cepat keluar dari toilet umum. Entah apa yang dilakukan gadis itu sampai harus berlama-lama di sana.

"Oh, mereka lagi urusin lahiran Kakak gue katanya sih gitu," sahut Rizky tersenyum tipis. Sedikit kaget dengan ucapan tiba-tiba Safira.

"Siapa?"

"Nayang."

Safira mengangguk. Keduanya menoleh ke belakang mendengar suara jeritan.

"Ada apa? Kenapa lo teriak-teriak habis keluar dari toilet?" tanya Safira ia mengguncang bahu Adel

"I... itu ... ada kecoa." Adel menjawab sembari menarik ujung kaos Rizky. "Aku takut, Kak. Minta perlindungan," lanjutnya.

Safira mendelik raut wajahnya kembali seperti semula. Rasa khawatir tadi langsung menguap, sementara Rizky menepuk puncak kepala Adel menenangkan.

Harus banget ya gue jadi nyamuk? Dasar Veron lama amat, ke taman doang udah mirip mau naik haji. Safira membatin.

"Cuma kecoa doang! Lo dulu liat ular ketawa. Pas liat hewan kecil kaya kesetanan." Safira mencibir tersenyum mengejek.

Adel tidak peduli. Dampak Safira kelamaan marahan dengan Bian sering mencela orang.

"Pakai celana selutut pas jogging."

"Iya."

Rizky mendengus kuat. Ia tidak suka melihat penampilan Adel, terlalu terbuka. Jelas gadis itu biasa saja.

"Gue nggak suka."

"Kalo nggak suka jangan di liat," celetuk Safira, di tariknya Adel melidunginya dari mata liar Rizky. "Sekali lagi lo liat sesuatu yang aneh gue tonjok lo, Kak. Dasar kampret!"

Memang aneh. Rizky tidak mau kalah ia turut menarik pergelangan tangan kanan Adel.

"Itu calon pacar lo udah datang," ucap Rizky menunjuk seorang cowok tengah berlari di balut kaos olahraga.

"Maaf, telat. Tadi gue muter dulu tiga kali putaran! Kata Mama sih badan gue biar sehat harus lari dulu." Veron menyengir lebar, mengatur napas yang terputus-putus.

Safira berkacak pinggang menatap rendah Veron yang sudah terkapar. "Udahlah, gak usah curhat. Lia, kita duluan aja. Biar dia sendirian," jawab Safira melirik sekilas Adel yang masih di tempeli Rizky.

Adel mengangguk patuh mengikuti langkah Safira, tidak peduli dengan teriakan Rizky. Sebenarnya Adel masih belum percaya calon suami masa depannya itu bisa bersikap romantis dan selalu membuatnya jantungan.

Perkataan Kakak iparnya memang benar, bahwa Rizky semakin dalam jika mengenal dan merasa nyaman ia akan bersifat terbuka.

~~~

Safira memandang lekat anak perempuan yang tengah menangis histeris di hadapan Rizky. Bukan Adel namanya jika gadis itu tak heboh, berjalan mondar-mandir.

"Mungkin itu anak dia kali," bisik Safira di samping telinga Adel.

Rizky berjongkok memandang lekat anak perempuan yang ia perkirakan umurnya empat tahun.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang