-Sekat

690 64 114
                                    

HAPPY READING ❤ KALO ADA TYPO KASIH TAU YA

****

Rizky bisa saja tidak peduli namun ketika tatapannya terpaku pada seorang wanita familiar di tengah-tengah kafe sibuk menenangkan balita digendongannya.

"Bisa bantuin gue nggak?"

Rizky berjengit kaget, belum sempat ia buka suara Bella menukas cepat. Suaranya lebih terdengar teriakan bercampur tangisan balita perempuan di gendongan Bella yang terus bergerak gelisah.

"Maaf, gue sibuk." Rizky menolak blak-blakkan. Sadar kini ia tengah di pelototi orang-orang yang mungkin berkata dirinya tidak punya rasa kepedulian tinggi--kalau begitu kenapa tidak para pengunjung kafe saja yang menolongnya. Dasar.

"Lo ... masih dendam sama gue," tutur Bella sewot. "Itu cuma masa lampau jangan sampai dendam juga kali. Kenalin dia Rara keponakan gue," lanjutnya.

Rizky mendengus kuat memilih mengalah ia mendekati Bella kemudian mencoba meraih Rara dari pelukannya.

"Ayo, ikut om ganteng."

Tangisannya kembali menjerit Rizky mundur perlahan. Ia menyorot Bella tak paham.

"Lo tau gue punya riwayat maag?" Bella mengusap air mata di pipi Rara. "Dia demam, mamanya lagi ke luar kota dari tadi rewel dan gue belum makan."

"Terus? Apa hubungannya dengan gue?" Rizky bertanya datar. Raut wajahnya tidak terkesan iba memang seperti itu sejak keduanya memiliki hubungan rumit walau hanya sebatas teman.

Bella memutar bola matanya, "Sebagai makhluk sosial tolongin gue. Makanan kek, obat pereda demam. Lo makin bodoh ya?!" sahutnya dongkol.

Rizky bergumam tak jelas membalikkan badannya menuju tempat yang Bella katakan. Hampir sepuluh menit baru dirinya kembali.

Dengan posisi wanita itu sudah duduk sementara dipangkuannya Rara masih menangis cegukan.

"Nasi goreng plus sirup pereda demam." Rizky meletakkannya ke meja. Niatnya ingin pergi dan duduk di luar saja kembali tertunda ketika sebuah tangan menahannya.

"Suapin gue!" ucap Bella serius.

"Suami lo mana?"

"Dia kerja, dua jam lagi baru ke sini katanya." Bella menyerahkan sendok pada Rizky tatapannya ikut memandang Rara.

"Gue nolak. Keponakan lo bisa duduk, kan? Kursi di samping lo kosong." Rizky mengibaskan tangannya.

Rizky mengumpat lirih tangisan Rara mengisi telinganya untuk kesekian kali seakan tantenya itu dianiaya.

"Ara aja setuju, percuma kalo ganteng tapi nggak bertanggung jawab."

"Hubungannya apa, bego?"

Bella berdecak kesal kali ini ia meraih tangan Rizky kemudian meletakkan ujung sendok pada cowok itu.

"Suapin gue...," pintanya.

"Permintaan lo nggak masuk akal."

"Jelas. Karena gue bilangnya mendadak. Apa lo lupa hubungan kita dulu."

Rizky malas berdebat, ia hanya menurut patuh setiap yang dikatakan wanita itu walaupun kebanyakan lebih mengomel sebab sendok yang sudah di isi nasi goreng itu sedikit mengenai hidung mancung Bella.

Sadar.

Ada yang aneh Rizky menoleh ke arah dekat pintu, sendok dipegangnya terjatuh mengeluarkan suara cukup keras. Bukan, kini sosok yang ia tunggu binar matanya terlihat berbeda.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang