HAPPY READING❤
Setelah merapatkan meja, lalu Adel merebahkan tubuhnya untung kelas sekarang sepi. Dua bulan sudah berlalu tinggal menghitung hari untuk acara perpisahan, yang katanya akan diadakan pesta besar-besaran. Safira tidak peduli begitupula dirinya, lebih baik tidur daripada harus heboh.
"Fira, sekarang aku lagi chat sama Kak Rizky. Masa dibilang katanya bau padahal jelas aku udah mandi."
Gadis berkucir satu yang tengah makan batagor itu menoleh ke belakang lalu menyahut asal, "itu berarti calon suami lo itu hidungnya masih berfungsi. Hebat juga ya bisa cium sampai ke rumahnya! Titisan para cenayang."
Adel mendengus kuat. Lawan bicaranya itu jelas salah jika disuruh memilih ia lebih baik berbicara pada Citra bahkan Nadia, daripada harus dengan Safira ketika membahas Rizky, calon suami masa depannya. Kembali ke aktifitas awal jemari Adel bergerak lincah di layar ponsel sesekali ia tersenyum lebar.
Calon suami
Sembarangan bilang bau. Awas aja kalo naksir!!!
Gue udah naksir sama lo
Jadi malu
Tapi sekarang hilang
Gaje. Bilang aja kagak usah gengsi
Hm
Nanti gue jemput
Oke
Adel cengar-cengir setelah membaca chat Rizky. Sebentar Adel menghentikan kegiatannya saat ia sadar ada seseorang yang lebih penting. Tadi keduanya pergi ke kantin dan ia berpapasan dengan Nadia, jelas ada hal yang dikatakan Nadia padanya. Namun, Safira justru mengomel ingin segera pergi ke kelas jadi Adel menurut saja.
"Mau ke mana?" Safira bertanya raut wajahnya berubah heran.
"Kelas sebelah. Kayaknya aku harus bicara sama Nadia," jawabnya. Adel meletakkan ponselnya dimeja Safira. "Sekalian nanti tas aku bawain ya?"
Tanpa menunggu jawaban Safira, Adel melangkah lebar keluar kelas. Benar tebakannya Nadia tengah menunggu di kursi panjang sambil menunduk fokus dengan buku di tangannya
"Lumutan tau gue nunggu lo!" Semprot Nadia setelah sadar sosok gadis dicarinya telah hadir. "Duduk, ada hal penting yang harus gue bilang."
Adel mengerutkan keningnya tetap menurut. Ia duduk di sebelah Nadia yang sudah merapatkan tubuhnya.
"Kak Rizky kasih hadiah lagi ya? Biasanya, kan. Kalo gini pasti kejutan dari calon suami, hem. Mana?" Adel tersenyum bangga, Nadia memutar bola matanya. Berpikir bagaimana ada manusia semacam alay akut.
Nadia menghela napas, tangannya terulur menggengam tangan sang lawan bicara sembari memandang penuh harap. "Kayaknya Kak Rizky mau serius sama lo, serius di sini ke tahap yang selama ini lo impikan!"
Si teladan ngomong apa, sih?
Paham, garis wajah bingung Adel. Nadia kembali melanjutkan ucapannya, "gue yakin ini berita baik tapi menurut gue ini berita buruk. Kak Rizky pengen lo sama dia married aliasnya nikah, berumah tangga."
Justru Nadia yang dibuat bingung. Perkiraanya Adel akan berteriak bahagia namun hanya menujukkan kesan biasa atau mungkin cuma seulas senyum tipis.
"Kudet, ah! Kak Iki pernah bilang kalo dia mau nikah terus katanya gak maksa ... dikira seminggu yang lalu itu bercanda. Ternyata katanya serius." Adel memang tidak pernah menyangka calon masa depannya itu melamarnya walaupun tanpa cincin, boneka apalagi bunga. Menurut Adel ucapan Rizky tulus saja itu mampu membuatnya tidak bisa tidur.
Nadia beralih memandang lurus ke depan, sorot matanya berubah sendu. "Selama ini uang yang selalu dikasih Kak Rizky hasil jadi mata-mata dadakan menurut gue sangat berharga."
"Semua orang pasti bilang uang itu berharga. Jadi apa hubungannya aku dan Kak Rizky nikah dengan kamu bilang hal buruk?" ungkap Adel.
"Mama gue lagi sakit, setiap nominal yang dikasih calon suami lo itu gue butuhin buat Mama untuk berobat, sakit leukimia. Sekarang gue bingung harus ngapain, apalagi setelah ini kita lulus dan gue pengen kuliah, apa ada pekerjaan lain buat gue?" sahutnya pelan.
Entah sejak kapan Adel terakhir mendengar sebutan Mama yang begitu tulus. Ia pernah senasib dengan gadis berkacamata itu tapi dalam arti berbeda.
"Cukup aku aja liat mereka berdua meninggal di depan mata, kamu jangan, Na." Adel jelas sangat tahu jika Nadia sangat menyayangi orang tuanya.
"Terus gue harus apa?"
Duduk Adel yang sengaja bersila dan berhadapan membuat Nadia tertegun sebentar atas senyuman tulus terukir dibibir alami itu.
"Aku bakal bantu. Kejar impian menurut kamu itu sulit, tapi kalo kita berusaha nggak ada namanya mustahil."
Detik berikutnya Adel terperangah perlakuan Nadia yang tiba-tiba memeluknya erat.
****
"Mau ke mana?"
Seketika punggung Rizky menegang, usahanya mengendap-ngendap pupus sudah. Di tangga terakhir kedua orangnya terlihat menunjukkan wajah penasaran.
"Jemput Lia."
"Hati-hati, kamu wajib bersikap manis terhadap Lia. Pasti gak mau kan kalo nanti dia batalin nikahnya gara-gara bosan liat kulkas berjalan."
Rizky mengangguk kaku. "Aku pergi dulu, nanti pulangnya mungkin agak malam." Hendak berbalik badan panggilan lain membuatnya tambah gelisah. "Apa lagi, Pa?"
"Gimana pas kamu tinggal di rumah saudara sendiri? Waktu pulang kemarin Papa tau kamu menghindar li---"
"Kayaknya Rizky harus pergi sekarang." Cowok itu memotong cepat lalu berbalik badan, melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju pintu rumah.
Lima belas menit kemudian.
Rizky terlonjak kaget secara tiba-tiba pintu mobil terbuka sudah menebak siapa pelakunya ia mendengus kuat, Adel tersenyum lebar saking lebarnya itu bibir tinggal menunggu robek.
"Udah lama nunggu, Kak?"
"Menurut lo?"
Adel mengembuskan napasnya pelan, tangan kanannya bergerak meraih tangan cowok itu hati-hati. Tidak ada penolakan Adel kegirangan dalam hati.
"Kenapa?" Rizky melirik sebentar tangan keduanya yang bertaut, diam-diam ia mengulum bibir menahan senyum.
"Bukannya Papa itu tukang ngadu, tapi aku yakin Kak Rizky pasti masih marah karena udah dibandingkan sama orang lain. Siapa sih yang gak marah Lia aja marah kalo dibanding-badingkan." Adel mengabaikan raut wajah Rizky seolah tidak suka diceramahi. Apalagi saat dirinya memanggil Rezfan dengan sebutan Pàpa. Bentar lagi juga nikah.
"Oke, terserah." Rizky mengusap dagunya sedikit penasaran bagaimana bisa gadis di sampingnya kini berubah jadi Mario teguh.
"Kita mau jalan-jalan ke mana?" tanyanya setelah lama terdiam.
"Yang pasti bukan ke neraka." Rizky terbahak puas memandang Adel memasang tampang cemberut.
****
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA. MAKASIH ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky dan Adelia [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, ADA PART YANG DIPRIVAT] Rizky akan menjauh jika bertemu Adelia Adelia mendekat jika Rizky menjauh Prinsipnya jika cewek 'di kejar bukan mengejar' dia hapus dalam coretan hidup Hidupnya berporos pada Rizky, kebahagiaan, ta...