HAPPY READING ❤ KALO TYPO KASIH TAU YA ✔
Lian menggeser kursi ke belakang, mendaratkan pantatnya, Pandangannya menyapu pada makanan di meja.
"Selain tumis kangkung?"
"Telur dadar."
"Yang lain?"
"Sarden."
"Buk---"
"Bang Lian, seharusnya bersyukur. Lia itu pernah makan cuma nasi doang pas waktu di panti!" Adel memotong ucapan Lian, ia kesal sendiri. Tiga hari yang lalu keduanya sudah menginap di rumah Rezfan. Di tambahi tiga, Lian juga ikut. Dengan embel-embel takut sendirian.
Rizky di sebelah Adel bersikap mendukung. Ini dampak cowok itu di saat rumahnya selalu makan enak, berleha-leha tanpa urat malu.
"Maaf, dek," desisnya. Ia meraih centong nasi dengan tangan sedikit gemetar. Jujur, Lian tidak bermaksud. "Untuk sekarang ... belum bisa pulang ke Padang."
"Kenapa?" semprot Rizky.
Sementara Adel mengerutkan keningnya. Andai, suaminya itu berteriak ketika gumpalan nasi beserta kawannya masih di mulut pasti nyembur. Tentu tidak baik di depan rezeki keduanya berdebat hal tak penting. Adel mencoba menengahi diketuknya meja dua kali lebih keras.
"Jangan berkelahi!"
"Tap---"
"Kak Rizky sayangku, kita sekarang lagi makan. Setelah ini dengan senang hati aku akan mempersilakan kalian adu jotus atau sekalian bergulingan terus jungkir-balik."
Rizky mengangguk patuh, diam-diam membuat Adel menahan diri untuk tak bersorak. Tentu, ia bisa mengendalikannya.
Lima belas menit kemudian, Adel kira setelahnya Rizky dan Lian akan saling bertatapan sengit namun ternyata itu salah. Suara interupsi lain mengubah perhatian sepupunya itu ke seorang gadis berambut sebahu-- baru sadar Adel menepuk jidatnya. Ternyata rumahnya menjadi tempat penampungan.
"Kenapa gue nggak dibangunin?" Citra berjalan sempoyongan menghampiri, kedua tangannya kemudian bertumpu di meja. "Bang Lian aku naksir kamu."
Hampir-- piring kotor yang ada di sebelah tangannya jatuh ke lantai. Antara yakin tak yakin apa sahabatnya itu lebih mirip orang mabuk. Ia berharap semoga Rizky tidak mendengarnya yang sudah melangkah menuju ruang tengah.
Cowok itu tersenyum kecut sambil tangannya mengibas. "Maaf, gue udah naksir Safira!" jawabnya ketus.
Dan sepertinya Citra patah hati. Berpikir, ia mulai menyusun masa lampau yang pernah terjadi. Jika Adel sedikit pun tak gentar saat mendekati Rizky bahkan berakhirnya dengan menikah. Itu berarti Citra kemungkinan bisa. Lagi pula dari sudut manapun Safira milik Bian.
"Dia udah punya pacar!" teriaknya.
Lian tersentak kaget. "Nggak. Fira itu pas bocah janji, bakal jadi pengantin gue nanti." Lian menyambar piring kotor yang hendak Adel bawa menuju dapur. "Biar aku yang cuci."
"Palingan itu diancam," desis Citra. Langkahnya bergerak cepat mengikuti Lian, muka bantalnya entah hilang ke mana. Yang pasti sekarang ia harus melakukan misi konyol.
"Gue bakal kasih tiket ini dengan satu syarat," ucap Safira menggoyangkan tiket berwarna kuning keemasan itu ke kanan-kiri.
"APA?!" Citra berusaha menangkapnya. Percayalah, uangnya tidak cukup membeli tiket se-mawal menginap di kapal pesiar tapi Safira bisa membelinya.
"Syaratnya lo harus jauhin gue dari dia. Namanya Lian Rafael," jelasnya penuh penekanan.
"Hah? Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky dan Adelia [END]
Dragoste[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, ADA PART YANG DIPRIVAT] Rizky akan menjauh jika bertemu Adelia Adelia mendekat jika Rizky menjauh Prinsipnya jika cewek 'di kejar bukan mengejar' dia hapus dalam coretan hidup Hidupnya berporos pada Rizky, kebahagiaan, ta...