JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN KALO ADA TYPO YA.
HAPPY READING ❤
Dari tempatnya Adel memandang punggung Safira. Entahlah apa yang dilakukan gadis itu dipinggir kolam setelah kegitan khusus untuk kelas duabelas dalam praktek olahraga sebelum ujian nasional. Jadwal terakhir adalah renang. Dari awal yang selama ini dipelajari basket, futsal, voli, dll. Memikirkannya saja membuat Adel pusing apalagi melakukannya tapi untungnya nilainya tidak terlalu jelek amat.
"Gue berasa muka gue tambah jelek."
Adel menoleh ke samping, Citra sedang memegang cermin sementara di genggaman kanannya memegang sisir.
"Alhamdulillah. Ngaku juga kalo jelek!" cibirnya. Citra melirik sinis tidak terlalu peduli untuk membalas tujuannya ke sini hanya numpang duduk sambil merias wajahnya lagi.
"Tadi lo dapat nilai berapa?"
"Delapan puluh sembilan."
"Lumayan."
Tatapan Adel bertemu Safira, refleks Adel melambaikan tangan sambil tersenyum lebar berharap gadis yang sedang memegang setumpuk handuk itu menuju ke arahnya. Terkabulkan, ia berdiri meraih yang disodorkan Safira.
"Biar lo gak kedinginan." Hanya ucapan itu Safira pergi. Adel menelan ludah susah payah, berusaha kuat untuk tidak cengeng. Sebenarnya baik-baik saja, namun ada sesuatu mungkin-- dalam diri Safira yang merasa bersalah.
Tidak membiarkannya Adel mengejar langkah lebar Safira. Jika memang begitu biar ia yang mendekat.
"Serius! Beneran, tangan aku gak kenapa-napa. Jadi jangan mirip tembok gini dong." Adel setengah teriak. "Kan, memarnya cuma sedikit. Ini udah seminggu kamu diemin aku."
"Gue ada urusan," jawab Safira melambat langkahnya. Sekilas ia melihat tangan Adel memang sudah hilang bekas memarnya tetapi ia terlalu sulit untuk melupakan.
"Terus kenapa masih marah?" Adel maju selangkah mencegat langkah Safira, kedua tangannya ia rentangkan. "Gak sanggup tau saling diam kaya gini. Bikin sakit hati!"
Safira menaikkan alisnya.
"Perasaan gue selalu sapa lo, jangan lebay. Lagipula sekarang kita berdua fokus buat ujian nanti," tutur Safira.
Adel mendegus kuat. Kenyataannya memang begitu Safira masih menyapanya, namun gadis itu berpindah duduk dikelas paling belakang, alasannya sesuai absen.
"Yang kemarin itu kamu selalu jalan-jalan sama Bian. Itu yang namanya mau belajar." Adel berucap sewot sambil berkacak pinggang sebelah.
Belajar gandengan maksudnya.
"Gue mau ke kantin."
Adel memicing curiga sadar bahwa Safira mengubah pembicaraan, sementara Safira memutar bola matanya lalu merangkul bahu Adel secara paksa, menyeret gadis itu menuju koridor utama.
"Harus banget ya kita ke kantin?" tanya Adel lesu. Untungnya sekarang koridor sepi masih Ķbm. Adel memilih diam di kelas daripada harus berdesakan diantara banyak murid di koridor atau lebih parahnya kantin. Menurutnya lebih mirip pembagiaan sembako padahal kantin Dirgantara termasuk luas tapi tetap saja ada beberapa orang hits yang selalu bersikap penguasa.
"Iya. Kebetulan gue ada janji sama seseorang," gumamnya.
"Sama Bian pasti." Sudah menebak Adel tau itu, dilihat dari tampang Safira yang tak pernah secerah sekarang. Jujur, sohibnya itu lebih banyak tersenyum.
"Hem."
"Jelas. Bian itu bukan orang baik."
Safira menghela napasnya,"gue gak mau debat sama lo. Cuma gara-gara cowok tolol itu. Bisa lo lihat dari sisi baiknya Bian udah pesenin kita makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky dan Adelia [END]
Romansa[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, ADA PART YANG DIPRIVAT] Rizky akan menjauh jika bertemu Adelia Adelia mendekat jika Rizky menjauh Prinsipnya jika cewek 'di kejar bukan mengejar' dia hapus dalam coretan hidup Hidupnya berporos pada Rizky, kebahagiaan, ta...